Bab 13 Bertemu Suami dan Maduku

"Ya Mbak, nggak papa. Wajar kalau Mbak Riska cemburu melihat kedekatan ku dengan Mas Danang. Kan belum tahu apa yang sebenarnya terjadi." Siska berkata seolah semua yang di ucapkan itu benar. Senyum palsu pun dia terbitkan untukku.

"Karena kita sudah ketemu di sini aku nginep di kontrakanmu, ya. Mas?." Mas Danang tersedak. Siska melotot sempurna.

Hahahaa...aku suka melihat raut keduanya. Alasan apa yang akan kalian keluarkan kali ini.

"Aku rindu padamu, Mas!." kubisikkan itu tepat di samping telinga Mas Danang. Tanpa mempedulikan reaksi Siska dari ekor mataku dapat dilihat bagaimana tegangnya wajah kedua pemgkhianat itu. Ini baru permulaan dan belum ada apa-apanya. Siska, Mas Danang!.

"Tapi, De. Di kontrakan kami itu hanya ada satu kamar. Itupun sudah di gunakan rame-rame oleh teman-teman. Jadi sebaiknya tidak nginep bareng Mas deh."

Mas Danang menggaruk tengkuknya. Apakah gatal betulan atau sekedar untuk menutupi rasa groginya? Entahlah. Tapi yang pasti satu poin, Mas Danang sedang menggali kuburannya sendiri dengan membuat sandiwara yang pada ujungnya akan merepotkan dirinya sendiri.

"Oh gitu. Baiklah." Ada kelegaan Mas mendengar respon dari ku. "Tapi aku ingin mengenal teman-temanmu Mas. Tidak ada salahnya kan mengenalkan aku pada mereka? Malam ini bawa aku ke mereka?." dapat kulihat wajah Mas Danang yang sedang kelimpungan. Pasti dia kebingungan untuk mencari alasan selanjutnya.

Kamu pikir bisa membodohi ku, Mas!.

"Siska, aku bolehkan malam ini nginep di rumah kamu?." keterkejutan itu tampak jelas di raut madu sekaligus sepupuku. Memang enak! pusing-pusing lah ngatur alasan!.

"Eh, ini Mbak. A-aku aku harus izin suami dulu, ya soalnya dia tidak mudah menerima orang baru." Siska tergagap dan terlihat sangat gelisah.

"Kenapa kamu gagap seperti itu, Sis? Apa saking takutnya dengan suamimu? Lagian, aku ini bukan orang lain, lho. Aku sepupumu sendiri," Aku berusaha terus mendesaknya.

"Meskipun begitu, Mbak. Soalnya dia benar-benar tidak mudah menerima orang baru. Termasuk saudaraku sendiri." Siska masih mempertahankan alasannya yang tidak masuk akal.

"Tapi bisa akrab dengan Mas Danang," aku hafal betul bagaimana sepupuku itu bila sedang mencari alasan. Bola mata Siska bergerak ke kiri dan ke kanan tidak beraturan lalu tidak lama kemudian dia mengangguk patah-patah.

"Awalnya itu sulit juga, Mbak. Tapi setelah aku ceritakan siapa mas Danang, suamiku baru paham dan bisa menerima suami Mbak."

Sampai kapan kamu sanggup membuat alasan, Siska?.

Ya Allah laki-laki macam apa sih yang kamu nikahi, Sis? kok kamu mau-maunya menikah dengan pria macam itu? Tertutup dan tidak mau mengenal saudara istrinya. Aneh, eh tapi bukan suami orang kan yang kamu nikahi? kalau suami orang sih wajar," kutatap wajah Siska yang mendadak tegang. Wajahnya memerah kembali.

Mas Danang mendadak terbatuk-batuk. Pasti, dia merasa sangat tidak nyaman. Tapi apa peduliku. Aku hanya ingin memainkan sedikit saja perasaan kalian. Dan aku sangat menikmati pemandangan di hadapan. Tegang, teganglah!.

"Biasanya, ya. Laki-laki yang terlalu tertutup seperti itu memiliki wanita lain di luar. Entah kamu yang pertama atau kamu yang di jadikan selingkuhannya."

Sepasang pengkhianat itu saling pandang. Seolah mereka sedang berbicara melalui sorot mata.

"Eh, ada sesuatu ini yang mengganjal di kepala. Kamu dan mas Danang sering ketemuan? kok sepertinya sudah akrab dan kenapa mas Danang tidak pernah cerita sama aku tentang kedekatan kalian?. Ya selama ini mas Danang menelpon aku itu hanya sekedar minta duit atau meminta untuk memenuhi kebutuhan ibumu yang tidak bisa kamu penuhi Mas!." Biarlah kubongkar aib nya di sini. Siska harus tahu kalau suaminya miskin. Semua kebutuhan nya aku yang memenuhinya.

"Eh, Mbak. Karena sudah malam aku pamit pulang dulu, ya. Nanti aku kabarin dan kirim alamat rumah kalau sudah mendapatkan izin dari suami." dengan tergesa dan sedikit gugup Siska beranjak dari tempat duduknya.

Alih-alih menjawab pertanyaanku, Siska malah pamit pulang. Kentara sekali kalau sedang menghindari aku.

"Baiklah, hati-hati di jalan. Salam untuk suamimu. Jamu harus waspada pada laki-laki seperti itu. Takutnya dia memiliki wanita lain di luar sana." ucapku di sela cipika-cipiki dengan Siska. Dapat kulihat tubuhnya yang sedang menegang.

"De, Mas antar Siska dulu ya. Soalnya tadi suaminya sudah berpesan pada Mas untuk mengantar Siska pulang." pandai sekali kamu cari alasan, Mas.

"Oh gitu, baiklah nggak papa silahkan antarkan, tapi aku ikut. Tidak baik loh kalian berduaan terus. Takut ada setan ketiganya."

"Nggak usah. Cuman sebentar kok. Kasihan dia sedang hamil. Kamu ke sini sama temanmu, bukan? Temani dulu dia. aku nanti akan balik lagi ke sini, kok." Tanpa menghiraukan aku Mas Danang mengejar Siska yang sudah berjalan terlebih dahulu.

Aku menoleh ke arah belakang. Menatap Septia yang sedang mengangkat tangan dan menggerakkan kepala ke arah mereka. Memberi kode agar aku menyusulnya.

Tanpa berpikir panjang aku pun segera berlari menyusul mereka. Tidak kupedulikan tatalan aneh dari orang-orang sekitar.

Aku berhasil menyusulnya di parkiran.

"Mas, aku ikut!." cekalan tanganku di pergelangan tangan Mas Danang berhasil menghentikan langkah kaki laki-laki itu.

"Kenapa harus ikut sih? aku mau mengantar Siska naik motor loh," Mas Danang berdecak sebal. Tanpa di jelaskan pun sudah tahu siapa yang sedang tidak di sukainya.

"Justru aku tidak mau kalian berboncengan menggunakan motor. Kalian itu bukan mahram tidak dibenarkan untuk berboncengan dengan alasan seperti ini." kubalas dengan tatapan nyalang.

"Mas, Mbak. Jangan Bertengkar karena aku. Aku nggak mau Mas Danang kehilangan kepercayaan dari Mbak Riska. Aku bisa pulang sendiri kok Mas Danang tidak perlu repot-repot mengantarkan aku. Mbak Riska benar tidak bagus kita jalan berdua." Siska mendengus sebelum akhirnya meninggalkan kami. Setengah berlari dia berjalan ke arah jalan. Antara ucapan dan tindakannya tidak selaras sama sekali.

"Mau kemana, Mas? masih mau mengejar Siska? Sebenarnya dia itu siapa kamu sih? sampai kita harus bertengkar demi membelain dia? Padahal, ada istrimu di sini. Dia hanya sepupuku tapi perlakuanmu seperti dia adalah istri mu saja!."

Mas Danang hanya bisa menatap punggung Siska yang telah menjauh. Sebab saat ini Siska sudah naik ke atas motor tukang ojek. Kebetulan ada ojek yang sedang melintas.

"Kamu apa-apaan sih Ris! Siska jadi pergi kan karena ucapanmu yang keterlaluan. Pasti dia tersinggung. Kamu pikir dia wanita seperti apa?. Dia itu sepupumu sendiri. Tapi, kamu tega menuduhnya yang bukan-bukan. Kamu picik, Ris!." Mas Danang kembali menaikkan suara hingga beberapa oktaf. Kilat amarah terpancar jelas di manik berwarna coklatnya itu.

.

.

.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Endang Oke

Endang Oke

hrenya kamu ngomong sisksa ya lah mau aja dianterin sama suami org. apa kata org ! ini juga punya suami ke gatelan amat nganterin istri org! kaya laki2 murahan.

2024-01-22

2

Masiah Cia

Masiah Cia

suami laknat

2023-10-06

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Suamiku Menikah Lagi?
2 Bab 2 Mencari Bukti
3 Bab 3 Menjadi Suami Seutuhnya
4 Bab 4 Mulai Penyelidikan
5 Bab 5 Memulai
6 Bab 6 Pulang Kampung
7 Bab 7 Menjatuhkan Mental Ibu Maduku
8 Bab 8 Bi Narti Sok Bijak
9 Bab 9 Mencoba Berbicara dengan Mama
10 Bab 10 Vidio
11 Bab 11 Menjalankan Rencana
12 Bab 12 Skenario
13 Bab 13 Bertemu Suami dan Maduku
14 Bab 14 Jual Rumah
15 Bab 15 Dua Manusia Tidak Tahu Diri
16 Bab 16 50 Juta?
17 Bab 17 Sinyal-Sinyal Kebohongan
18 Bab 18 Perjanjian
19 Bab 19 Pulang Kampung
20 Bab 20 Misi
21 Bab 21 Kehebohan di Dapur
22 Bab 22 Kehebohan di Dapur Part 2
23 Bab 23 Pov Riska
24 Bab 24 Rambut Basah
25 Bab 25 Obrolan Di Warung
26 Part 26 Terbongkar
27 Bab 27 Kehebohan di Taman
28 Bab 28 Kata Talak
29 Bab 29 Wejangan Mama
30 Bab 30 Bertemu Mantan
31 Bab 31 Mengenang Masa Lalu.
32 Bab 32 Mulai Panik
33 Bab 33 Wajah yang Tak Asing
34 Bab 34 Tak bisa seperti dulu lagi
35 Bab 35 Ketuk Palu Janda
36 Bab 36 Berita Perceraian Riska
37 Bab 37 Menagih Harta Gono Gini
38 Part 38 Membungkam mulut Narti
39 Part 39 Debat dengan Mantan Ibu Mertua
40 Part 40 Danang Frustasi
41 Bab 41 Tamu Misterius & Fitnah dari Narti
42 Bab 42 Seperti Roller Coster
43 Bab 43 Mempermalukan diri Sendiri
44 Bab 44 Ayah dari kandungan Siska
45 Bab 45 Siapa Dia?
46 Bab 46 Kegalauan Danang
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Bab 51
52 Bab 52 Sanusi
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56 Menjual Kayu Jati milik Narti
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66 Penyiksaan untuk Siska
67 Bab 67 Identitas Keynan
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70 Hari pernikahan Riska
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74 Obrolan pasutri
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Bab 1 Suamiku Menikah Lagi?
2
Bab 2 Mencari Bukti
3
Bab 3 Menjadi Suami Seutuhnya
4
Bab 4 Mulai Penyelidikan
5
Bab 5 Memulai
6
Bab 6 Pulang Kampung
7
Bab 7 Menjatuhkan Mental Ibu Maduku
8
Bab 8 Bi Narti Sok Bijak
9
Bab 9 Mencoba Berbicara dengan Mama
10
Bab 10 Vidio
11
Bab 11 Menjalankan Rencana
12
Bab 12 Skenario
13
Bab 13 Bertemu Suami dan Maduku
14
Bab 14 Jual Rumah
15
Bab 15 Dua Manusia Tidak Tahu Diri
16
Bab 16 50 Juta?
17
Bab 17 Sinyal-Sinyal Kebohongan
18
Bab 18 Perjanjian
19
Bab 19 Pulang Kampung
20
Bab 20 Misi
21
Bab 21 Kehebohan di Dapur
22
Bab 22 Kehebohan di Dapur Part 2
23
Bab 23 Pov Riska
24
Bab 24 Rambut Basah
25
Bab 25 Obrolan Di Warung
26
Part 26 Terbongkar
27
Bab 27 Kehebohan di Taman
28
Bab 28 Kata Talak
29
Bab 29 Wejangan Mama
30
Bab 30 Bertemu Mantan
31
Bab 31 Mengenang Masa Lalu.
32
Bab 32 Mulai Panik
33
Bab 33 Wajah yang Tak Asing
34
Bab 34 Tak bisa seperti dulu lagi
35
Bab 35 Ketuk Palu Janda
36
Bab 36 Berita Perceraian Riska
37
Bab 37 Menagih Harta Gono Gini
38
Part 38 Membungkam mulut Narti
39
Part 39 Debat dengan Mantan Ibu Mertua
40
Part 40 Danang Frustasi
41
Bab 41 Tamu Misterius & Fitnah dari Narti
42
Bab 42 Seperti Roller Coster
43
Bab 43 Mempermalukan diri Sendiri
44
Bab 44 Ayah dari kandungan Siska
45
Bab 45 Siapa Dia?
46
Bab 46 Kegalauan Danang
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Bab 51
52
Bab 52 Sanusi
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56 Menjual Kayu Jati milik Narti
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66 Penyiksaan untuk Siska
67
Bab 67 Identitas Keynan
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70 Hari pernikahan Riska
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74 Obrolan pasutri
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!