Bab 3 Menjadi Suami Seutuhnya

"Tapi bagaimana kalau aku tidak bisa memberikan keturunan pada Mas Danang, Bu?." dengan segera aku menyahut demikian ingin tahu apa reaksinya.

"Ibu akan tetap menyanyangimu sebagaimana mestinya. Cucu bukan segalanya bagi Ibu. Yang penting kamu tetap menjadi menantu, Ibu." jawabannya sangat menenangkan dan menentramkan, bukan? sayangnya itu dulu.

Sekarang semua itu seperti angin lalu. Omong kosong. Riska tidak akan pernah terkecoh lagi. Sudah cukup ia menjadi wanita bodoh selama ini, di bodohi oleh 3 pengkhianat ini.

Eh, tunggu sebentar. Apa maksudnya kata-kata Ibu tadi. Cucu bukan segalanya?, asal aku tetap menjadi menantunya. Apa yang Ibu inginkan sebenarnya?.

Ah, aku paham saat ini. Tentu, Ibu tidak akan mengusik anak pada wanita yang pernah mengandung namun keguguran. Bukan karena cinta, dan kasih sayang yang tulus. Tapi semata-mata karena uang. Bukan suudzon, tapi begitu kenyataannya. Selama ini, aku selalu memenuhi kebutuhan Ibu. Dan mulai sekarang, aku tidak akan lagi mengeluarkan uang untuk memenuhi kebutuhannya lagi. Biarlah menantu barunya yang memenuhi kebutuhannya.

Handphone jadul Ibu berdering. Pasti Mas Danang yang menelpon.

"Waalaikumsalam, Iyah Nang. Iya Ibu sudah ada di rumahmu. Kamu mau ngomong sama istrimu?." Ibu menyodorkan handphone nya kepadaku.

Dengan terpaksa aku pun menerima nya padahal aku enggan sekali berbicara dengan Mas Danang.

Sebelum itu aku mengatur nafas terlebih dahulu tanpa Ibu tahu lalu menjawab telepon, "Assalamualaikum, Mas. Maaf teleponmu tidak terangkat. Aku sedang tidak enak badan." setenang mungkin kusampaikan itu. Padahal, di dalam sini aku sangat ingin sekali mengumpat dan memakinya habis-habusan atas pernikahan keduanya.

"Waalaikumsalam, Sayang. Alhamdulillah...Akhirnya Mas bisa mendengar suara mu. Mas khawatir sekali tadi. Takut kamu kenapa-napa. Kamu sakit apa, Sayang?." Nada penuh kekhawatiran terdengar jelas dari suara Mas Danang.

Seandainya aku tidak mendengar obrolan Ibu dan menantu barunya. Mungkin hatiku melayang mendapatkan perhatian dari suami dan mertuanya.

"Sayang, kok diam. Kenapa?." Mas Danang menegurku.

"Aku hanya sedang pusing, Mas. Mungkin kecapean. Soalnya di toko belakangan ini sangat ramai banget. Hari ini aku pun sengaja buka toko setengah hari. Toko serame itu kalau sendiri juga kecapean. Sayangnya, tidak ada yang membantu. Gimana kalau Mas pulang saja? Bantu aku menjaga toko kembali." Aku ingin tahu apa reaksi Mas Danang.

"Sayang, jangan minta Mas pulang. Di sini Mas sudah nyaman. Di sini Mas merasa bisa menjadi suami seutuhnya, sebab bisa menafkahi istri dengan keringat sendiri.

"Tapi, bukankah dari dulu aku tidak pernah mempermasalahkan hal itu, Mas? Pernah aku mengungkit soal nafkah? pernah aku menjatuhkan harga diri kamu karena kamu tidak memberiku nafkah? tidak kan?."

Bodohnya Aku mempercayai alasan Mas Galang untuk bekerja di luar kota Aku pintar dan jeli kalau alasannya percaya ke kota itu hanya modus semata. Bayangkan Aku di rumah memiliki toko sembako yang hasilnya lebih dari cukup untuk memenuhi semua kebutuhan kami kuliah itu ingin Mandiri tidak mau dicap sebagai penikmat hasil keringat istri perasaan itu lalu minta izin merantau ke kota.

Padahal, aku pun sudah melarangnya kerja di luar, Bahkan aku sudah siap memberikan modal kembali padanya, kali ini, untuk beternak ayam, sayangnya, makanan, tetap menolak, dengan alasan ingin melafal istri dengan keringatnya sendiri. aku menghargai keputusannya, serta percaya, lalu melepaskan kepergiannya begItu saja.

Katanya Ia pun langsung mendapatkan pekerjaan sebagai sumber pribadi jangan-jangan dia menjadi seperti pribadi dari istri mudanya yang terlalu Naif mempercayainya begitu saja

Sayang masak lagi Transfer ya Tapi maaf tidak seberapa hanya satu juta setengah saja Maklum belum ada kenaikan dari bos nanti kamu bagi dua dengan ibu ya Dan tolong penuhi semua kebutuhan beliau seperti biasa," sambil cengengesan Mas Danang berucap demikian.

Satu juta setengah bagi dua? enak sekali gundulmu! emang gaji supir berapa sih? Dan apa memang benar pekerjaanmu supir di sana, Mas? kamu pikir aku percaya dengan omonganmu begitu saja? Tidak!.

"Mas, sudah tiga bulan loh kamu itu bekerja. Masak belum ada kenaikan gaji. Kalau memang tidak ada perubahan untuk apa di pertahankan? lebih baik pulang." kulirik Ibu mertua yang terlihat tak suka mendengar permintaan ku pada anaknya.

"Tidak mungkin Mas pulang, Sayang. Mas tahu pendapatan mu lebih besar dari apa yang Mas kasih. Tapi, di situlah letak harga diriku sebagai seorang laki-laki." jelas Mas Danang lembut.

Lagi-lagi soal harga diri jadi alasanmu, mungkin aku dulu percaya, tapi saat ini aku tahu kalau kamu hanya membual, Mas.

Baiklah jika itu mau mu, dan kamu lebih nyaman dan betah di tempat istri muda. Jangan menyesal kalau aku tidak sama seperti dulu.

"Kalau gitu cepat transfer duit nya. Kasihan Ibu sudah tidak punya apa-apa," Aku harus pura-pura mengalah saat ini, sepertinya itu lebih baik. Mengalah untuk menang.

"Terima kasih, Sayang. Kamu memang selalu bisa di andalkan. Sudah cantik, baik, pengertian pula. Ibu pasti sangat bahagia memiliki menantu seperti kamu," ingin rasanya aku muntah depan Bu Zainab akibat muak dengan gombalan anak laki-lakinya, namun aku tahan dan berusaha tersenyum karena sejak tadi Bu Zainab terus memperhatikanku saat menelpon dengan Mas Danang.

Setelah basa-basi sebentar. Sambungan telepon pun kami matikan.

Aku bisa di andalkan ? kentara sekali kan kalau Mas Danang itu tergantung pada uangku.

Aku menyerahkan kembali handphone milik Ibu itu pada ibu, dan Ibu pun menerima nya dan memasukkan nya ke dalam saku daster nya.

"Nak, biarkan suamimu merantau di kota. Di sana dia merasa menjadi lelaki seutuhnya." ucap Ibu yang menurut ku kalau kalimat itu sedikit ambigu, aku akan memanfaatkan pernyataan Ibu yang pasti akan membuat Ibu terkaget-kaget.

"Lelaki seutuhnya? maksudnya gimana yah Bu? Apa di sini dia merasa tidak menjadi laki-laki karena belum berhasil menghamili ku? lalu di sana ada istri barunya dan berhasil membuat wanita hamil, begitu?." Aku mengenyitkan dahi pura-pura tidak paham.

Bu Zainab syok dengan pertanyaan dariku yang tiba-tiba dan cukup menohok. Wajahnya pias seketika. Mungkin ia tidak menduga mendapatkan pertanyaan seperti itu dariku.

Aku menikmati pemandangan itu. Dalam hati aku pun tertawa. Menertawakan sikap pengecutnya Ibu mertua dan anaknya, ah bukan tepatnya menertawakan kebodohan ku selama ini.

"Ya bukan seperti juga Ris. Suamimu merasa menjadi laki-laki karena bisa menafkahi istrinya dengan uangnya sendiri." Ibu berani menjawab setelah berhasil menguasai keadaan. Aku hanya mangut-mangut saja seolah percaya dengan penjelasan Ibu mertua.

.

.

.

Bersambung ...

Terpopuler

Comments

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

ikut panas juga hati ini

2024-01-19

1

Moms Shinbi

Moms Shinbi

bagus lnjut Thor...

2024-01-08

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Suamiku Menikah Lagi?
2 Bab 2 Mencari Bukti
3 Bab 3 Menjadi Suami Seutuhnya
4 Bab 4 Mulai Penyelidikan
5 Bab 5 Memulai
6 Bab 6 Pulang Kampung
7 Bab 7 Menjatuhkan Mental Ibu Maduku
8 Bab 8 Bi Narti Sok Bijak
9 Bab 9 Mencoba Berbicara dengan Mama
10 Bab 10 Vidio
11 Bab 11 Menjalankan Rencana
12 Bab 12 Skenario
13 Bab 13 Bertemu Suami dan Maduku
14 Bab 14 Jual Rumah
15 Bab 15 Dua Manusia Tidak Tahu Diri
16 Bab 16 50 Juta?
17 Bab 17 Sinyal-Sinyal Kebohongan
18 Bab 18 Perjanjian
19 Bab 19 Pulang Kampung
20 Bab 20 Misi
21 Bab 21 Kehebohan di Dapur
22 Bab 22 Kehebohan di Dapur Part 2
23 Bab 23 Pov Riska
24 Bab 24 Rambut Basah
25 Bab 25 Obrolan Di Warung
26 Part 26 Terbongkar
27 Bab 27 Kehebohan di Taman
28 Bab 28 Kata Talak
29 Bab 29 Wejangan Mama
30 Bab 30 Bertemu Mantan
31 Bab 31 Mengenang Masa Lalu.
32 Bab 32 Mulai Panik
33 Bab 33 Wajah yang Tak Asing
34 Bab 34 Tak bisa seperti dulu lagi
35 Bab 35 Ketuk Palu Janda
36 Bab 36 Berita Perceraian Riska
37 Bab 37 Menagih Harta Gono Gini
38 Part 38 Membungkam mulut Narti
39 Part 39 Debat dengan Mantan Ibu Mertua
40 Part 40 Danang Frustasi
41 Bab 41 Tamu Misterius & Fitnah dari Narti
42 Bab 42 Seperti Roller Coster
43 Bab 43 Mempermalukan diri Sendiri
44 Bab 44 Ayah dari kandungan Siska
45 Bab 45 Siapa Dia?
46 Bab 46 Kegalauan Danang
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Bab 51
52 Bab 52 Sanusi
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56 Menjual Kayu Jati milik Narti
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66 Penyiksaan untuk Siska
67 Bab 67 Identitas Keynan
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70 Hari pernikahan Riska
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74 Obrolan pasutri
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Bab 1 Suamiku Menikah Lagi?
2
Bab 2 Mencari Bukti
3
Bab 3 Menjadi Suami Seutuhnya
4
Bab 4 Mulai Penyelidikan
5
Bab 5 Memulai
6
Bab 6 Pulang Kampung
7
Bab 7 Menjatuhkan Mental Ibu Maduku
8
Bab 8 Bi Narti Sok Bijak
9
Bab 9 Mencoba Berbicara dengan Mama
10
Bab 10 Vidio
11
Bab 11 Menjalankan Rencana
12
Bab 12 Skenario
13
Bab 13 Bertemu Suami dan Maduku
14
Bab 14 Jual Rumah
15
Bab 15 Dua Manusia Tidak Tahu Diri
16
Bab 16 50 Juta?
17
Bab 17 Sinyal-Sinyal Kebohongan
18
Bab 18 Perjanjian
19
Bab 19 Pulang Kampung
20
Bab 20 Misi
21
Bab 21 Kehebohan di Dapur
22
Bab 22 Kehebohan di Dapur Part 2
23
Bab 23 Pov Riska
24
Bab 24 Rambut Basah
25
Bab 25 Obrolan Di Warung
26
Part 26 Terbongkar
27
Bab 27 Kehebohan di Taman
28
Bab 28 Kata Talak
29
Bab 29 Wejangan Mama
30
Bab 30 Bertemu Mantan
31
Bab 31 Mengenang Masa Lalu.
32
Bab 32 Mulai Panik
33
Bab 33 Wajah yang Tak Asing
34
Bab 34 Tak bisa seperti dulu lagi
35
Bab 35 Ketuk Palu Janda
36
Bab 36 Berita Perceraian Riska
37
Bab 37 Menagih Harta Gono Gini
38
Part 38 Membungkam mulut Narti
39
Part 39 Debat dengan Mantan Ibu Mertua
40
Part 40 Danang Frustasi
41
Bab 41 Tamu Misterius & Fitnah dari Narti
42
Bab 42 Seperti Roller Coster
43
Bab 43 Mempermalukan diri Sendiri
44
Bab 44 Ayah dari kandungan Siska
45
Bab 45 Siapa Dia?
46
Bab 46 Kegalauan Danang
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Bab 51
52
Bab 52 Sanusi
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56 Menjual Kayu Jati milik Narti
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66 Penyiksaan untuk Siska
67
Bab 67 Identitas Keynan
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70 Hari pernikahan Riska
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74 Obrolan pasutri
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!