My Hot Army

My Hot Army

Suasana Genting

Amora berjalan dengan kamera di tangannya, memotret apa yang setiap dia lihat bagus. Amora, sedang mengadakan perjalanan solo nya ke tempat dimana, mencari spot untuk pemotretan modelnya, dan untuk karya yang akan di pameran kan.

Kini Amora sedang berada di daerah pegunungan, memotret tema alam, yang membentang hijau pepohonan yang tumbuh tinggi, dengan gunung yang begitu tampak indah.

Amora terus berjalan, hingga berada di daerah, yang menuju suatu lembah. Amora pun menuruni anak tangga, yang licin dan sedikit berlumut.

Dreettt

Dreeettt

Amora melihat, Ayahnya menelepon. Lantas Amora, langsung mengangkatnya namun dengan berjalan mencari sinyal , karena suara yang di tangkap tidak begitu jelas.

"Hallo.. Ayah sayang, udah kangen ya sama Amora?" ucap Amora.

"Ayah sudah bilang, kamu segera telepon. Jangan abaikan perintah Ayah, sekarang kamu ada di mana?"tanya Satria Esa.

" Lembah Kujang, kenapa?" jawab Amora kembali bertanya.

"Kapan kamu pulang?"

"Kalau selesai mendapatkan gambar yang bagus, Ayah jangan khawatir, Amora itu sudah besar."

"Ayah hanya minta saran sama kamu, Tante Liana akan ke rumah."

"Please ya Ayah, ini pasti kerjaan Nenek sama Kakek. Ayah itu milik Amora, Ayah paham kan! Amora sayang sama Ayah, Amora cinta sama Ayah. Kalau sampai, Ayah menikah jangan harap pernah liat Amora." ucap Amora, langsung mematikan ponselnya.

Sedangkan di tempat lain, Satria Esa hanya bisa menghela nafas panjang. Melihat tingkah laku keponakannya, Satria pun lalu keluar dari ruangannya.

"Bang." sapa Pak Satria Esa pada Pak Santoso.

"Abang sudah ajukan pensiun?" tanya Pak Satria Esa.

"Iya, sudah saat purna. Kamu kapan menikah? jangan sampai, sudah pensiun belum juga menikah." ucap Santoso.

"Sama Amora di larang, hari ini Liana mau datang ke rumah, tapi Amora marah."

"Liana itu, yang di kenalkan sama orang tua kamu kan?"

"Iya, tapi dari beberapa perempuan semuanya tidak ada yang cocok, apalagi Amora selalu berbuat sesuatu untuk menggagalkan nya."

"Amora sudah berusia 23 tahun, ingat usia kamu sebentar lagi kepala lima. Mau sampai ajal tetap sendiri? kalau tidak bisa cari, biar saya yang akan carikan."

"Jangankan Abang yang cari, orang tua bahkan tetangga Amora akan mengamuk."

"Benar - benar, sangat luar binasa keponakan kamu itu."

Pak Satria Esa hanya bisa tersenyum, menatap Pak Santoso. Namun Satria Esa pun, tidak terlalu memikirkan tentang status dirinya saat ini.

*****

"Cacing - cacing, target arah jam 10." ucap Rimba.

"Siap kapten." ucap Cacing yang mengarahkan senjatanya, tepat pada titik sasaran.

Cacing pun akan menarik pelatuknya, saat melihat target berada di hutan. Namun tak disangka dari arah jam 3,ada seorang wanita yang sedang berjalan membawa kamera.

"Kapten, arah jam 3 sepertinya akan menghambat."

Eldrian atau Rimba meneropong ke arah yang di maksud Cacing, saat melihat nya seorang gadis sedang berjalan sambil memotret. Sedangkan target, berada tepat di arah jam 10.

"Kapten, target bergeser ke arah jam 2." ucap Cacing.

Antara target dan warga sipil mendekat, Tim yang di pimpin Eldrian tidak bisa mengarahkan tembakkan nya.

"Bos, ada yang datang." ucap seorang pria berambut gondrong.

Amora berpapasan dengan dua orang pria, mereka saling menatap. Amora terus memotret, pemandangan di sekitar hutan.

"Bos, dia bawa kamera." ucap pria itu, pada pria berkepala botak.

"Kita ikuti." ucapnya mengikuti Amora.

Sedangkan Eldrian bersama tim nya mengawasi mereka, dan melihat target mengikuti wanita tersebut.

"Rubah rencana." ucap Eldrian.

"Paus, Cacing, Elmo, Tiger, Kobra, Gagak, merak ikuti mereka." perintah Eldrian.

Saat sedang memotret, Amora merasa ada yang mendekat. Amora melihat kedua pria yang berpapasan, berjalan ke arahnya. Amora pun dengan santai, melanjutkan langkah kakinya.

Amora berusaha berjalan dengan sangat cepat, kedua pria itu pun sama. Akhirnya Amora berhenti, dan menoleh ke arah nya.

"Mau apa kalian?" tanya Amora.

Kedua pria itu hanya menatap tajam ke arah Amora, lantas keduanya mendekat namun Amora memundurkan langkah kakinya.

"Siapa kamu?" tanya pria berambut gondrong.

"Siapa saya! kamu sendiri siapa?" tanya kembali Amora.

"Apa itu?" tunjuk pria berkepala botak.

"Kamera! kamu pikir, ini radio?" ucap Amora.

"Serahkan pada kami."

Amora langsung memegang erat kameranya, saat mereka ingin meminta kamera, milik Amora. Kedua pria itu semakin mendekat.

"Eh kalian mau rampok ya?" ucap Amora.

"Siapa yang mengirim kamu?" tanya pria berkepala botak.

"Mengirim saya? yang jelas Tuhan yang mengirim saya." ucap Amora lari.

Mereka pun mengejar Amora, Tim merah pun mengejar ketiganya. Mereka tak sadar, Tim merah yang di pimpin Eldrian sudah mengintai keduanya.

Amora terus berlari, hingga akhirnya Amor melihat ada dua buah mobil dan beberapa orang berdiri. Semuanya menatap ke arah Amora, dan Amora mendekat.

"Tolong, ada yang mau jahatin saya." ucap Amora dengan nafas naik turun.

Kedua pria itu berhenti tepat di depan mereka, beberapa pria menatap ke arah Amora. Dan Amora merasakan keanehan, mereka menatap ke arahnya. Amora pun melihat, ada sebuah senjata dan di dalam mobil ada seorang pria yang terikat.

"Si - siapa kalian?" tanya Amora gemetar.

"Hahahah.. kamu meminta tolong dengan orang yang salah." jawab pria berkepala botak.

"Dia itu mata - mata." ucap kembali pria berkepala botak.

Mereka langsung memegang kedua tangan Amora, dan merampas kamera milik Amora. Mereka pun, mengecek Kamera tersebut namun hanya ada photo - photo pemandangan.

"Ada?" tanya pria berpakaian jas.

"Tidak ada bos." jawab pria berkepala botak.

Plaaaakk

Pria itu menampar pria berkepala botak, karena telah menangkap orang yang salah. Pria itu pun mengambil kamera tersebut, dan menyerahkan pada Amora.

"Maaf, kami telah berbuat salah sama kamu." ucapnya.

"A - apakah saya boleh pergi?" tanya Amora gemetar.

"Silahkan." jawabnya.

Amora pun di lepaskan, namun seorang pria menghalangi langkah Amora, sehingga Amora menghentikan langkah kakinya.

"Kamu jangan pergi!" ucapnya.

"Saya tidak bersalah, dan saya hanya orang biasa." ucap Amora.

"Dia sudah tahu tentang kita, bisa saja dia lapor ke pihak berwajib."

"Janji, saya tidak akan lapor. Karena saya tidak tahu apa - apa!" ucap Amora.

"Bawa dia." ucapnya mendorong tubuh Amora.

"Tim Biru, siap mengepung." ucap Eldrian.

Saat mereka akan masuk kedalam mobil, Tim Biru langsung keluar dari persembunyiannya. Mereka langsung mengarahkan senjatanya, Tim merah pun keluar dari hutan dan langsung mengarahkan senjatanya.

"Angkat tangan, turunkan senjata." ucap Eldrian.

Mereka langsung menembaki Tim merah dan Tim Biru, terjadilah aksi tembak menembak. Amora menutup telinganya, dan bersembunyi di belakang mobil.

Dor

Dor

Suara tembakkan begitu sangat keras, Amora memejamkan kedua matanya melihat Para penjahat menembaki para Tentara. Amora pun ditarik tangannya, dan berdiri dengan paksa sebuah pistol tepat di kepalanya, dengan tangan pria itu melingkar di leher Amora.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Mustarika

Mustarika

seru2 novel k puspa, saya suka.. tetap semangat kk💪💪

2023-11-18

1

Afternoon Honey

Afternoon Honey

absen disini... baca dulu 💖

2023-09-17

1

🌈Rainbow🪂

🌈Rainbow🪂

Hadir, semangat berkarya 👍

2023-08-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!