NovelToon NovelToon

My Hot Army

Suasana Genting

Amora berjalan dengan kamera di tangannya, memotret apa yang setiap dia lihat bagus. Amora, sedang mengadakan perjalanan solo nya ke tempat dimana, mencari spot untuk pemotretan modelnya, dan untuk karya yang akan di pameran kan.

Kini Amora sedang berada di daerah pegunungan, memotret tema alam, yang membentang hijau pepohonan yang tumbuh tinggi, dengan gunung yang begitu tampak indah.

Amora terus berjalan, hingga berada di daerah, yang menuju suatu lembah. Amora pun menuruni anak tangga, yang licin dan sedikit berlumut.

Dreettt

Dreeettt

Amora melihat, Ayahnya menelepon. Lantas Amora, langsung mengangkatnya namun dengan berjalan mencari sinyal , karena suara yang di tangkap tidak begitu jelas.

"Hallo.. Ayah sayang, udah kangen ya sama Amora?" ucap Amora.

"Ayah sudah bilang, kamu segera telepon. Jangan abaikan perintah Ayah, sekarang kamu ada di mana?"tanya Satria Esa.

" Lembah Kujang, kenapa?" jawab Amora kembali bertanya.

"Kapan kamu pulang?"

"Kalau selesai mendapatkan gambar yang bagus, Ayah jangan khawatir, Amora itu sudah besar."

"Ayah hanya minta saran sama kamu, Tante Liana akan ke rumah."

"Please ya Ayah, ini pasti kerjaan Nenek sama Kakek. Ayah itu milik Amora, Ayah paham kan! Amora sayang sama Ayah, Amora cinta sama Ayah. Kalau sampai, Ayah menikah jangan harap pernah liat Amora." ucap Amora, langsung mematikan ponselnya.

Sedangkan di tempat lain, Satria Esa hanya bisa menghela nafas panjang. Melihat tingkah laku keponakannya, Satria pun lalu keluar dari ruangannya.

"Bang." sapa Pak Satria Esa pada Pak Santoso.

"Abang sudah ajukan pensiun?" tanya Pak Satria Esa.

"Iya, sudah saat purna. Kamu kapan menikah? jangan sampai, sudah pensiun belum juga menikah." ucap Santoso.

"Sama Amora di larang, hari ini Liana mau datang ke rumah, tapi Amora marah."

"Liana itu, yang di kenalkan sama orang tua kamu kan?"

"Iya, tapi dari beberapa perempuan semuanya tidak ada yang cocok, apalagi Amora selalu berbuat sesuatu untuk menggagalkan nya."

"Amora sudah berusia 23 tahun, ingat usia kamu sebentar lagi kepala lima. Mau sampai ajal tetap sendiri? kalau tidak bisa cari, biar saya yang akan carikan."

"Jangankan Abang yang cari, orang tua bahkan tetangga Amora akan mengamuk."

"Benar - benar, sangat luar binasa keponakan kamu itu."

Pak Satria Esa hanya bisa tersenyum, menatap Pak Santoso. Namun Satria Esa pun, tidak terlalu memikirkan tentang status dirinya saat ini.

*****

"Cacing - cacing, target arah jam 10." ucap Rimba.

"Siap kapten." ucap Cacing yang mengarahkan senjatanya, tepat pada titik sasaran.

Cacing pun akan menarik pelatuknya, saat melihat target berada di hutan. Namun tak disangka dari arah jam 3,ada seorang wanita yang sedang berjalan membawa kamera.

"Kapten, arah jam 3 sepertinya akan menghambat."

Eldrian atau Rimba meneropong ke arah yang di maksud Cacing, saat melihat nya seorang gadis sedang berjalan sambil memotret. Sedangkan target, berada tepat di arah jam 10.

"Kapten, target bergeser ke arah jam 2." ucap Cacing.

Antara target dan warga sipil mendekat, Tim yang di pimpin Eldrian tidak bisa mengarahkan tembakkan nya.

"Bos, ada yang datang." ucap seorang pria berambut gondrong.

Amora berpapasan dengan dua orang pria, mereka saling menatap. Amora terus memotret, pemandangan di sekitar hutan.

"Bos, dia bawa kamera." ucap pria itu, pada pria berkepala botak.

"Kita ikuti." ucapnya mengikuti Amora.

Sedangkan Eldrian bersama tim nya mengawasi mereka, dan melihat target mengikuti wanita tersebut.

"Rubah rencana." ucap Eldrian.

"Paus, Cacing, Elmo, Tiger, Kobra, Gagak, merak ikuti mereka." perintah Eldrian.

Saat sedang memotret, Amora merasa ada yang mendekat. Amora melihat kedua pria yang berpapasan, berjalan ke arahnya. Amora pun dengan santai, melanjutkan langkah kakinya.

Amora berusaha berjalan dengan sangat cepat, kedua pria itu pun sama. Akhirnya Amora berhenti, dan menoleh ke arah nya.

"Mau apa kalian?" tanya Amora.

Kedua pria itu hanya menatap tajam ke arah Amora, lantas keduanya mendekat namun Amora memundurkan langkah kakinya.

"Siapa kamu?" tanya pria berambut gondrong.

"Siapa saya! kamu sendiri siapa?" tanya kembali Amora.

"Apa itu?" tunjuk pria berkepala botak.

"Kamera! kamu pikir, ini radio?" ucap Amora.

"Serahkan pada kami."

Amora langsung memegang erat kameranya, saat mereka ingin meminta kamera, milik Amora. Kedua pria itu semakin mendekat.

"Eh kalian mau rampok ya?" ucap Amora.

"Siapa yang mengirim kamu?" tanya pria berkepala botak.

"Mengirim saya? yang jelas Tuhan yang mengirim saya." ucap Amora lari.

Mereka pun mengejar Amora, Tim merah pun mengejar ketiganya. Mereka tak sadar, Tim merah yang di pimpin Eldrian sudah mengintai keduanya.

Amora terus berlari, hingga akhirnya Amor melihat ada dua buah mobil dan beberapa orang berdiri. Semuanya menatap ke arah Amora, dan Amora mendekat.

"Tolong, ada yang mau jahatin saya." ucap Amora dengan nafas naik turun.

Kedua pria itu berhenti tepat di depan mereka, beberapa pria menatap ke arah Amora. Dan Amora merasakan keanehan, mereka menatap ke arahnya. Amora pun melihat, ada sebuah senjata dan di dalam mobil ada seorang pria yang terikat.

"Si - siapa kalian?" tanya Amora gemetar.

"Hahahah.. kamu meminta tolong dengan orang yang salah." jawab pria berkepala botak.

"Dia itu mata - mata." ucap kembali pria berkepala botak.

Mereka langsung memegang kedua tangan Amora, dan merampas kamera milik Amora. Mereka pun, mengecek Kamera tersebut namun hanya ada photo - photo pemandangan.

"Ada?" tanya pria berpakaian jas.

"Tidak ada bos." jawab pria berkepala botak.

Plaaaakk

Pria itu menampar pria berkepala botak, karena telah menangkap orang yang salah. Pria itu pun mengambil kamera tersebut, dan menyerahkan pada Amora.

"Maaf, kami telah berbuat salah sama kamu." ucapnya.

"A - apakah saya boleh pergi?" tanya Amora gemetar.

"Silahkan." jawabnya.

Amora pun di lepaskan, namun seorang pria menghalangi langkah Amora, sehingga Amora menghentikan langkah kakinya.

"Kamu jangan pergi!" ucapnya.

"Saya tidak bersalah, dan saya hanya orang biasa." ucap Amora.

"Dia sudah tahu tentang kita, bisa saja dia lapor ke pihak berwajib."

"Janji, saya tidak akan lapor. Karena saya tidak tahu apa - apa!" ucap Amora.

"Bawa dia." ucapnya mendorong tubuh Amora.

"Tim Biru, siap mengepung." ucap Eldrian.

Saat mereka akan masuk kedalam mobil, Tim Biru langsung keluar dari persembunyiannya. Mereka langsung mengarahkan senjatanya, Tim merah pun keluar dari hutan dan langsung mengarahkan senjatanya.

"Angkat tangan, turunkan senjata." ucap Eldrian.

Mereka langsung menembaki Tim merah dan Tim Biru, terjadilah aksi tembak menembak. Amora menutup telinganya, dan bersembunyi di belakang mobil.

Dor

Dor

Suara tembakkan begitu sangat keras, Amora memejamkan kedua matanya melihat Para penjahat menembaki para Tentara. Amora pun ditarik tangannya, dan berdiri dengan paksa sebuah pistol tepat di kepalanya, dengan tangan pria itu melingkar di leher Amora.

.

.

.

Jadi Sandera

"Kalau kalian tetap menembak, wanita ini akan saya tembak kepalanya!" ucapnya sambil mengarahkan pistol tetap di pelipis Amora.

"Mundur semua." ucap nya kembali.

Tim merah dan Tim Biru pun, menurunkan senjatanya, para penjahat itu pun berjalan mundur, dengan senjata yang mengarahkan pada Para Tentara.

"Tolong, jangan tembak saya." ucap Amora dengan nada bergetar.

"Diam kamu! karena sudah berani mendekati kami, kamu akan jadikan sandera." ucap nya.

"Lepaskan wanita itu!" ucap Eldrian.

"Kami tidak akan lepaskan, kecuali kalian lepaskan Bos kami." ucapnya.

"Bos kalian sudah terbukti bersalah, menyerah lah sebelum kami tembak kalian semua." ucap Eldrian.

"Kami akan bawa dia, kami meminta menukar dengan Bos kami."

"El, kita tidak bisa melakukan apa - apa. Karena ini melibatkan warga sipil, jalan satu - satunya bawa dia."ucap Brian.

Eldrian pun menatap gadis tersebut, dengan wajah yang ketakutan. Eldrian pun menaikan senjatanya, dan mengarahkan ke arah mereka.

" Apa yang kamu lakukan?" tanya Bowo.

"Kamu pikir, kita mau di bodohi mereka!" jawab Eldrian.

"Arahkan senjata pada mereka." ucap Eldrian memberikan perintah.

"El!" ucap Bowo.

"Ini perintah! tembak." ucap Eldrian.

Dor

Dor

Arrrggghhh

Eldrian menembak kaki Amora, hingga tersungkur, lantas tembakan kedua Eldrian tepat mengenai jantung pria yang mengarahkan pistolnya pada pelipis Amora.

Dor

Dor

Eldrian dan semua anggota Tim nya menembaki para penjahat, hingga satu persatu penjahat itu tewas tertembak. Eldrian langsung membawa Amora, yang kaki nya tertembak.

"Kapten awas..!" teriak Cacing, saat penjahat akan menembak.

Dor

Dor

Cacing menembaknya hingga tewas, helikopter pun datang untuk mengevakuasi korban. Dua korban pun di naikan ke atas helikopter, Eldrian pun ikut naik karena bertanggung jawab telah menembak kaki Amora.

Aaaaaaa

Amora menjerit, kesakitan dengan rasa panas dan perih di area kaki yang tertembak. Eldrian lantas mengikat bagian yang terluka, agar darah tidak terus mengalir.

Amora tanpa sadar memegang tangan Eldrian, terlihat begitu sangat kesakitan. Eldrian terus menatap ke arahnya, Amora pun akhirnya pingsan.

*****

Pak Santoso berjalan menelusuri lorong rumah sakit, setelah mendapatkan kabar bahwa Eldrian telah menembak warga sipil secara sengaja.

Terlihat Eldrian berdiri di depan pintu kamar operasi, Pak Santoso langsung menonjok wajahnya Eldrian.

"Ayah!" ucap Eldrian memegang pipinya yang sakit.

"Kamu kenapa tembak dia?" bentak Pak Santoso.

"Dia sandera Ayah, saya sengaja agar dia melepaskan gadis itu, dan dia minta menukar dengan Bos nya." ucap Eldrian.

"Tapi jangan kamu tembak kakinya."

"Hanya satu cara itu Ayah." ucap Eldrian.

Pintu pun terbuka, dokter pun keluar begitu juga gadis yang di tembak kakinya oleh Eldrian. Terlihat begitu lemas, dengan mata terpejam.

"Pasien syok karena kejadian itu." ucap dokter Mulya.

"Tapi kakinya tidak ada masalah kan?" tanya Eldrian.

"Rasa panik itu wajar, antara pilihan yang sulit." jawab dokter Mulya.

Saat Eldrian dan Pak Santoso berjalan ke kamar Amora, keduanya bertemu dengan Pak Satria Esa.

"Satria." sapa Pak Santoso.

"Bang, kenapa ada disini?" tanya Pak Satria Esa.

"Kamu kenapa disini?" tanya Kembali Pak Santoso.

"Dapat kabar dari rumah sakit, Amora tertembak." jawab Pak Satria Esa.

"Amora! lantas bagaimana kondisi dia?" tanya Pak Santoso.

"Ini saya mau ke kamarnya." jawab Pak Satria Esa.

"Kita lihat Amora dulu El." ajak Pak Santoso.

"Tapi saya harus lihat dia Yah." ucap Eldrian.

"Yasudah."

Ketiganya berjalan ke arah kamar rawat, Eldrian mengikuti langkah kaki mereka, saat melihat sama - sama masuk ke ruangan yang sama.

"Tunggu dulu, ini anaknya Om Satria?" tanya Eldrian.

"Sat, itu Amora?" tanya Pak Santoso.

"Iya itu Amora!" jawab Satria Esa.

"Om saya minta maaf, karena tidak ada pilihan lagi Om." ucap Eldrian, dan Pak Satria Esa langsung menatap ke arah Eldrian.

"Sat, El itu sedang mengadakan misi, penangkapan penjahat obat terlarang. Dia jadi sandera dengan meminta menukar Bos nya yang sudah tertangkap lebih dulu." ucap Pak Santoso.

"Ayah..!" panggil Amora, dan langsung Pak Satria Esa menghampiri Amora.

"Hiks.. hiks.. Ayah, Tentara itu menembak kaki Amora." isak Amora.

"Kamu kenapa sampai bisa bertemu mereka?" tanya Satria Esa.

"Mereka curiga mengira Amora itu mata - mata, gara - gara kamera yang Amora bawa." jawab Amora, lantas menatap ke arah Eldrian.

"Nah itu dia Ayah, dia pasti anak buah Ayah. Cepat kasih hukuman ke dia, sudah buat kaki Amora dia tembak." ucap Amora kesal.

"Amora, kalau dia tidak menembak kamu akan disandera, dan kamu juga akan di tembak mati oleh penjahat itu. Tidak ada pilihan, Eldrian mengambil keputusan itu."

"Pokoknya kamu tanggung jawab!" bentak Amora.

"Saya akan tanggung jawab." ucap Eldrian.

****

"Sat, saya kok sampai tidak mengenali Amora. Soalnya dia beda banget, seperti bukan Amora." ucap Pak Santoso.

"Dia operasi plastik di bagian wajahnya, entahlah anak itu merubah ciptaan." ucap Pak Satria Esa.

"Kamu kurang tegas."

"Tegas, tapi anak itu gampang saja ucapannya, yang bikin saya tutup mulut."

"Namanya anak, dari kecil tidak merasakan kasih sayang orang tua, jadinya seperti itu."

"Saya asuh, saya kasih perhatian seperti anak sendiri."

"Tapi Amora itu, di luar nalar. Perhatian kamu, di anggap bukan perhatian Ayah pada anaknya. Kamu bilang dong, kalau kamu itu saudara kandung Ayahnya."

"Amora pikir saya bercanda, kalau saya ini saudara kembarnya, karena wajah yang berbeda. Apalagi wajah saya ini, tampak muda tidak seperti umur mau setengah abad."

"Kenapa dengan wajah kamu? masih menyesal dengan orang yang mengoperasi wajah kamu menjadi wajah orang lain?"

"Sudahlah jangan ingat - ingat itu." ucap Pak Satria Esa.

*****

"Panggil saja saya El, tapi kamu itu jauh umurnya dengan saya." ucap Eldrian.

"Saya tidak tanya." ucap Amora.

"Saya tidak tahu, kalau kamu itu anaknya Om Satria Esa. Dan Ayah kita ini bersahabat, nggak menyangka."

"Terus, saya harus bilang wow gitu?"

Hanya kasih tahu." ucap Eldrian.

"Terus kamu ngapain disini?"

"Saya menunggu kamu, takutnya kamu butuh sesuatu."

"Nggak perlu, yang penting kamu bayar rumah sakit sampai saya keluar. Dan ingat satu lagi, kamu harus ganti kamera saya."

"Kalau kamera kan bukan salah saya, kenapa harus ganti!"

"Kan, gara - gara kalian sehingga mereka curiga sama saya."

"Enak saja, karena mereka orang jahat. Apalagi hutan yang kamu kemarin itu, sudah masuk Hutang biasa bukan tempat wisata. Dan memang disana titik kita menangkap mereka. Eh tiba - tiba kamu masuk, kita pun rubah rencana."

"Bodoh amat, yang jelas saya minta ganti rugi."

"Baiklah, nanti saya akan ganti, dengan uang pribadi saya." ucap Eldrian.

Eldrian terus menatap ke arah Amora, terasa detak jantung begitu sangat kencang saat menatap ke arah Amora.

"Ngapain kamu lihat - lihat?" bentak Amora.

"Kamu cantik, uppsss! " ucap Eldrian langsung menutup mulutnya sendiri.

.

.

.

Menjaga 24 Jam

"Amora...!! " pintu kamar rawat terbuka, Eldrian langsung berdiri saat Nenek Retno, Kakek Aji, Nenek Lidia dan Kakek Agus datang.

"Amora, ya Allah kenapa kamu sampai tertembak?" ucap Nenek Lidia panik.

"Coba lihat kakinya!" ucap Kakek Aji membuka selimut, yang menutupi kaki Amora.

"Siapa pelakunya? sudah tertangkap belum?" tanya Kakek Agus.

Amora langsung menunjuk ke arah Eldrian, sontak kedua kakeknya langsung memukul Eldrian.

"Ampun kek, ampun..!" teriak Eldrian meminta ampun.

Buuggghhhh

Buuuggghhh

"Kamu tega, menembak cucu kami." bentak Pak Aji.

"Kamu harus di tahan." ucap Pak Agus.

"Awwwww ampun kek, ampun..!" ucap Eldri yang terus di pukuli.

Ceklek

"Ayah..!!" ucap Pak Satria Esa langsung menarik Eldrian, dan melindunginya.

"Sat, dia itu sudah menembak cucu kami. Cepat kamu, penjarakan dia." ucap Pak Aji sambil menunjuk ke arah Eldrian.

"Ayah, dengarkan dulu. Dia itu menembak kaki Amora, saat itu di sandera. Demi menyelamatkan Amora, karena saat itu tidak ada pilihan lain, dia tembak kaki Amora. Agar terlepas dari penjahat itu, dia bukan penjahat yang ingin mencelakai Amora." ucap Pak. Satria Esa menjelaskan.

"Maafkan saya, tapi saya bertanggung jawab 24 jam menjaga Amora." ucap Eldrian.

"Hah.. 24! kamu pikir, menjaga saya selama itu bisa kaki saus cepat sembuh." ucap Amora.

"Saya akan bantu kamu, selama belum sembuh." ucap Eldrian kembali.

"Kalau kamu mau bertanggung jawab, Sat anak itu harus tinggal di rumah Amora. Semua kebutuhan, harus dia yang tanggung." ucap kakek Aji.

"Nggak! masa mau tinggal berdua sama Amora." ucap Satria Esa tidak setuju.

"Terus, kalau tidak begini, dia akan lari." ucap Pak Agus.

"Tapi tampang seperti dia, nggak akan macam - macam dan bertanggung jawab." ucap Nenek Lidia.

"Orang tua kamu siapa?" tanya Nenek Retno.

"Dia anak Bang Santoso." jawab Pak Satria Esa.

"Oh kamu anaknya Santoso!" ucap Nenek Retno.

"Iya Nek." ucap Eldrian.

"Kalau itu, kami kenal. Kamu harus jaga cucu kami, dia itu seorang photographer dan sedang ada kontrak, dengan sebuah perusahaan. Kamu bantu dia, sampai kaki nya sembuh." ucap Ibu Retno.

"Bu!" ucap Pak Satria Esa.

"Saya akan melakukannya." ucap Eldrian.

****

Setelah semua pergi, kini tinggal Pak Satria Esa yang berada di kamar rawat. Amora dengan manja memeluk tubuh Pak Satria Esa, kini mereka berada di atas tempat tidur yang sama.

"Kamu itu masih manja saja sama Ayah, sudah besar begini nggak pantas lagi." ucap Pak Satria Esa.

"Amora nyaman begini sama Ayah, makannya Amora, nggak mau Ayah menikah. Ayah itu milik Amora, cinta pertama Amora." ucap Amora.

"Ayah juga ingin menikah Amora, masa Ayah sampai sisa hidup belum merasakan rumah tangga."

"Nggak boleh, kalau bisa Amora mau jadi istri Ayah."

Pletak

Awwww

Pak Satria Esa, menjitak kepala Amora dengan reflek memukul dengan botol air mineral kosong, yang ada disampingnya.

"Ayah sakit." ucap Amora memegang kepalanya.

"Ayah bilang, sama kamu. Jangan bicara seperti itu, karena kamu anak Ayah."

"Kenapa juga, harus sebagai Ayah."

"Kamu nanti akan bertemu, pria yang akan seperti Ayah. Amora, Ayah itu sayang sama kamu, walau kamu bukan anak kandung Ayah, tapi kamu itu keponakan Ayah. Kamu mengerti kan hukumnya haram itu? terus ijinkan Ayah, mencari wanita yang bisa sebagai ibu kamu." ucap Pak Satria Esa.

Amora menundukkan kepalanya, Pak Satria Esa membelai rambut Amora, lalu mencium pucuk kepalanya.

"Tidak akan pernah bisa, hubungan kita ini masih sedarah. Ayah tidak pernah larang kamu, seperti hal nya tubuh kamu yang operasi an, hanya ini satu. Ayah didik kamu agama sejak kecil, kamu pasti paham."

"Amora belum memiliki rasa Ayah."

"Rasa sama pria lain?" tanya Pak Satria Esa, Amora pun menganggukkan kepalanya.

"Karena kamu belum menemukan." ucap Pak Satria Esa.

"Amora ingin seperti Ayah."

"Pasti kamu dapat seperti Ayah."

*****

Eldrian memasukan semua makanan yang ada di dalam lemari es, ke dalam kantung plastik. Begitu juga dengan beberapa kotak susu, Eldrian lantas mengambil kunci motor, untuk pergi ke rumah sakit.

"Kamu bawa apa El?" tanya Ibu Salsa.

"Papah belum cerita?" tanya Eldrian kembali.

"Cerita apa El?" tanya Ibu Salsa penasaran.

"El harus merawat anaknya Om Satria." jawab Eldrian.

"Amora maksud kamu! ada apa dengan Amora?"

"Papah tidak cerita? kalau Eldrian menembak kakinya, saat Amora di sandera."

"Ini kan suatu misi, itu pilihan kamu agar sanderanya selamat. Kenapa kamu repot - repot, kamu juga punya pekerjaan."

"El sedang tidak sibuk. Lagian ini sudah tidak sedang bertugas, makannya El mau ke rumah sakit."

"Meisa akan datang, dia akan menginap disini. Apa kamu tidak kangen dengan Meisa?"

"Kita sudah putus 3 tahun lalu, ngapain Mamah masih berhubungan dengan dia. Yang mamah bela, Meisa atau El? sudah jelas Meisa selingkuh masih saja mendekatkan kembali El sama dia."

"Mamah lebih suka Meisa, setiap wanita yang kamu ajak kemari, itu bukan tipe Mamah."

"Iya, makannya El tidak pernah dapat lagi pengganti dia. Seolah yang mau menjalani rumah tangga itu Mamah, bukan El."ucap Eldrian langsung pergi.

" El tunggu." panggil Ibu Salsa, namun pura - pura tidak di dengar oleh Eldrian.

"Anak itu, sama seperti Papahnya." ucap Ibu Salsa.

****

"Kamu makan ya, saya bawakan ini buat kamu." ucap Eldrian.

"Saya tidak suka cemilan seperti ini." tolak Amora, melihat beberapa crackers dan snack chips.

"Kenapa tidak suka?" tanya Eldrian.

"Ini juga banyak di rumah, apalagi susu begini." jawab Amora.

"Jadi kamu mau apa?" tanya Eldrian berusaha bersabar.

"Saya mau Pizza, burger, spaghetti dan juga steak dengan daging setengah matang." jawab Amora.

"Apa kamu akan makan semua?" tanya kembali Eldrian.

"Iyalah, buruan belikan." jawab Amora lantas meminta.

Eldrian pun memesan lewat aplikasi, sesuai pesanan yang Amora mau. Sedangkan Amora, mengambil crackers yang di bawa oleh Eldrian.

"Katanya nggak suka, malah di makan." celetuk Eldrian.

"Siapa bilang nggak suka, di rumah juga banyak."

"Terus dimakan? katanya nggak mau!"

"Lapar, lagian bawel banget sih, nggak ikhlas ya?"

"Bukan nggak ikhlas, tapi ya udahlah."

Eldrian melirik ke arah Amora, ada getaran dalam tubuhnya. Eldrian langsung mengalihkan pandangannya, Amora tahu Eldria melirik nya.

"Kamu kenapa liatin saya terus?" tanya Amora.

"Siapa yang liatin kamu, geer saja." jawab Eldrian.

"Sudah jelas, ngelak lagi."

Eldrian hanya diam, dan langsung fokus pada ponselnya, dan melihat dari camera layar depan menatap Amora, lantas tak sengaja Amora menatap tajam. Eldrian salah tingkah, hingga ponselnya terjatuh.

"Saya laporkan kamu ke atasan kamu, biar di pindahkan ke daerah rawan konflik." ucap Amora dengan wajah kesal.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!