19. Deal

Bukankah seharusnya ia sudah di neraka sekarang? Mungkinkah malaikat maut menginjak tanah? Langkah kaki siapa itu? Siapa di sana?

Hilang fokus beberapa tarikan napas dan tahu-tahu punggungnya sedang diraba oleh sesuatu; sebuah tangan di balik bahan wol yang hangat. Hal yang sama juga ia rasakan di bawah lututnya, dan dalam sekejap tubuh lemahnya sudah melayang.

Sial, sial, sial, sial...

Kelopak matanya bergetar, berontak, meronta-ronta minta diangkat. Terlalu sulit, terlalu berat, bahkan kesadarannya sudah seperti serpihan kaca. Ia tidak punya bayangan tentang siapa orang asing itu, apa maksud dan tujuannya.

Di saat yang sama, semerbak harum yang cukup familier menyeruak masuk ke lubang hidungnya. Sayang sekali ia tidak yakin di mana ia pernah menghirup wangi itu. Rasionalitasnya menemui kekacauan. Bencana. Sekuat apa pun ia berusaha untuk tetap terjaga, kantuk telah mengalahkan dan mengekang kesadarannya. Pikirannya pun berlanjut di alam mimpi.

\=\=\=\=\=\=\=\=

Hamparan rumput yang digelar di bawah selimut kabut menjadi saksi bisu dentingan dua pedang yang sedang beradu ketajaman. Percikan-percikan api tersembur di setiap benturan. Tak satu pun dari kedua pengguna pedang itu yang berniat mengalah.

Kemenangan sudah ditentukan saat seorang pria berambut hitam membuat katana yang tergenggam di tangan kanan lawannya terlepas secara paksa. Pedang bermata lengkung itu terbang dan menancap di tanah tak jauh dari titik pertarungan.

Tak berhenti di situ, pria itu menghantam perut lawannya melalui tendangan. Remaja malang itu membungkuk kesakitan, ia mengangkat wajah, mengintip ujung tajam sebuah longsword yang berhenti satu jengkal dari lehernya yang banjir keringat.

"Sesuatu menganggumu akhir-akhir ini?" Pria itu menatap dengan penuh selidik kepada lawannya yang kini tengah berusaha menegakkan punggungnya kembali.

Tangan Glen lari ke perut, membekapnya sambil meringis. Lukanya akibat dikeroyok masih belum sembuh total, dan tendangan barusan mendenyutkan lambungnya. Namun, Glen tahu bukan itu penyebab dari kekalahannya. Ia sudah terbiasa dengan rasa sakit, dan ketika otaknya memikirkan penyebab sebenarnya, ia tidak mungkin mengatakannya kepada pria itu.

Pria itu mengernyit pada Glen yang masih belum meresponsnya, seolah jiwanya berada di tempat yang jauh. Meluruhkan pedangnya dari leher Glen, dengan dingin ia berkata, "Apa pun itu, kuharap tidak akan berdampak pada saat menjalankan misi."

Glen mengangguk. Nyeri di perutnya menyusut seiring waktu.

"Latihan berakhir. Ada pertemuan yang harus kuhadiri." Pria gagah berkemeja putih itu berjalan melewati Glen, meninggalkannya mematung seorang diri di tengah lapangan.

Glen memutuskan masuk ke dalam sebuah mansion bergaya beaux-arts bercat hijau gelap yang berlokasi tak jauh dari tempatnya bertarung. Hanya perlu berjalan sebentar melewati pohon rindang dan semak belukar, bangunan tua itu telah muncul di depan mata. Ia memasuki pintu yang terhubung langsung dengan dapur. Punggung seorang gadis menyambutnya di depan konter. A-line dress berwarna krem membalut tubuhnya yang ramping. Merasakan kehadiran seseorang, gadis itu memutar badannya, menyajikan senyum terbaiknya saat menemukan orang yang sangat ingin ia lihat.

"Glen."

Menghela napas, Glen mendekati rak piring dan meraih sebuah gelas yang berada di atas kepala gadis itu. "Sejak kapan tiba?" Glen bertanya sembari menuang air ke dalam gelas.

"Sekitar satu jam yang lalu," jawabnya. "Sir Barier memberitahuku bahwa kau sedang berlatih dengan Kak Antoni, sehingga aku memutuskan menunggu sembari membuat kue tiramisu kesukaanmu. Baru saja dimasukkan ke oven. Kau bisa menunggu."

Glen tidak menyahut, sibuk menenggak minuman sampai dahaganya hilang. Sedangkan gadis itu tetap setia memperhatikan setiap tindak-tanduknya dari samping.

Setelah puas, Glen menyingkirkan gelas kosong itu, berbalik dan menyandarkan satu siku di pinggiran konter. "Sudah sembuh?" Tanyanya, mengusap mulutnya dengan lengan kaus berwarna hijaunya.

Senyuman gadis itu semakin lapang, puas usai mendengar pertanyaan yang telah dinantikannya sejak tadi. Ia mengangguk semangat, "Walaupun masih belum bisa berjalan terlalu jauh."

Tanpa menanggapi ucapannya, Glen berjalan menuju meja makan yang hanya dipisahkan oleh sepasang pintu kaca di pojok ruangan. Ia menarik salah satu bangku. Bunyi gesekannya berbenturan dengan bangku lain di seberangnya.

"Aku sudah diperbolehkan masuk sekolah besok," gadis itu mengumumkan seraya mengambil duduk di bangku yang telah ditariknya. "Kau ingat pamanku, Mr. Barlas? Dua minggu yang lalu dia datang menjengukku ke rumah sakit dan mengeluh kepada ibuku tentang betapa frustrasinya dia karena harus berpisah dengan bibiku yang telah dikirim ke Saufrity untuk menangani kasus pelarian narapidana. Kemarin dia datang lagi dan memberi kami kabar bahwa dia diberi tugas ke tempat yang sama tapi untuk menangani kasus yang berbeda. Seingatku semacam kasus penculikan. Kurasa para Dewa menyaksikan betapa menyedihkannya dia selama ini dan memutuskan untuk mengasihaninya. Ah, dia juga memintaku bertanya padamu apakah dia bisa meminjammu sebentar di divisinya hanya sampai misi barunya itu selesai. Dia berjanji akan merekomendasikanmu kepada atasannya agar kau mendapatkan lencana tambahan atas kontribusimu. Tentu saja seluruh keputusan ada di tanganmu. Dia sama sekali tidak memaksamu, kok."

Masih absen respons, Glen menjangkau pisang di atas meja, mengupas kulitnya terlalu lamban, lalu melahapnya dalam diam.

Senyum tipis terulas di bibir si gadis, tanda sebuah pemakluman. Ia telah mengenal Glen sejak mereka kecil. Tak berlebihan bila mengatakan bahwa ia sudah terbiasa dengan baik-buruknya kelakuan teman masa kecilnya itu.

"Apa kau masih mengunjungi makam Luke dan Ulbert?" Tanya gadis itu hati-hati.

Glen mengangguk dan menelan dengan keras seolah ia baru saja mengunyah batu.

"Glen, apakah mereka masih... memukulimu?" Pertanyaan kedua sudah menginjak batas.

"Hera," Glen memanggil nama gadis itu tanpa menatap matanya. Fokusnya terbuang pada titik-titik cokelat yang melingkar pada daging pisang. "Tolong," imbuhnya, mulutnya terasa pahit

Gadis itu, Hera, menahan napasnya sebelum menumpahkan aliran kata yang selama ini terbendung di dalam rongga dadanya, "Mau sampai kapan kau begini, Glen?"

Mata cokelat-karamel itu meredup. "Kau tidak bisa seperti ini terus. Kau hanya menyiksa dirimu, dan itu tidak sehat." Suaranya melirih, bergetar, dan sungguh menyayat hati. Masih banyak yang ingin ia tumpahkan, namun sisanya hanya mampu bergaung di dalam kepala. Apa yang salah? Kenapa?

Glen mendongak, menatap sepasang manik cokelat di hadapannya dengan sorot yang sulit diartikan. Lima detik berlalu dan Glen bangkit meninggalkan ruang makan.

Kehilangan kata, Hera hanya bisa terpaku memandangi punggung Glen yang kian mengecil.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Gemerisik kertas adalah bunyi pertama yang masuk ke lubang telinganya. Mula-mula hanya berupa dengungan dari suatu tempat yang jauh, lalu semakin nyata dan semakin mengusik. Timbul hasrat untuk memarahi siapa pun yang telah menciptakan gangguan itu.

Tidak bisakah aku tidur dengan tenang?

Tunggu sebentar... 'tidur'?

Bulu mata lentiknya bergetar bak sayap kupu-kupu, mengungkap sepasang iris biru yang tersembunyi di balik kelopak kulit berwarna ungu pucat.

Simbol bulan sabit di tengah matahari adalah hal pertama yang menyambut pandangannya. Butuh setengah menit untuk menyadari bahwa itu hanyalah ukiran langit-langit sebuah tempat tidur.

Tangan kirinya pelan-pelan terangkat ke depan wajah. Bukan sebuah tangan berkulit putih yang hari-hari biasa ia lihat, melainkan tangan berlapis perban cokelat yang melilit siku hingga buku-buku jari. Tangan kanannya bernasib serupa, dengan tambahan selang kecil menyalip masuk ke dalam perban. Saat menggerakkan alis, kain yang sama menahan guratan yang akan terbentuk pada keningnya.

Pada akhirnya aku tidak mati. Padahal aku telah mengucapkan kata-kata terakhirku. Takdir benar-benar memaksaku untuk bermain drama picisan.

Zeze mendengus, lalu menegang saat mengingat kembali alasannya terbangun, dan tepat di momen itu gemerisik lembaran kertas terdengar lagi. Kepalanya menoleh ke kanan. Kelambu yang transparan menciptakan siluet samping seseorang yang sedang menduduki sebuah kursi lipat, letaknya di sebelah ranjang tempatnya berbaring. Ragu-ragu ia mengangkat tangan kanannya yang bergetar pelan menuju kelambu.

"Bagaimana perasaanmu?"

Mendadak tujuan itu menghilang. Jari-jemarinya membeku di udara. Suara itu adalah suara yang familier bagi dirinya versi kecil. Sebuah suara yang selalu dinantinya di setiap Minggu pagi dan hari libur nasional.

Kemudian tiba saat di mana meja terbalik; suara itu berubah menjadi suara yang dibencinya. Suara milik seorang pengkhianat.

Karena tak kunjung menerima respons, orang itu menyingkap sendiri kelambu di antara mereka.

Zeze melarikan pandangannya ke ukiran celestial di atas kepala, "Mengapa kau menolongku?"

"Kau tidak ingin ditolong?"

"Kau sudah lama mengetahuinya," tukas Zeze, membiarkan nada dingin mengisi kata per kata, "Benar, kan?"

Kesunyian membentang di antara mereka lebih lama dari waktu normal, dan Zeze tidak tahan dengan itu. "Mengapa kau diam saja?” Tanya Zeze akhirnya. “Tidakkah kau ingin membongkarnya? Kepada keluargamu? Kepada dunia?”

"Tidak jika itu menguntungkanku."

Jawaban itu sukses memancing kembali tatapan Zeze kepadanya.

Orang itu bangkit dari kursi lipat dan pindah ke tepi ranjang, menatap lekat ke dalam mata Zeze. Tiba-tiba dia membungkukkan badannya, mendekatkan wajahnya ke wajah Zeze. Zeze menahan napas, matanya mengerjap hebat.

Dia mendaratkan bibir tebal dan penuhnya di telinga kanan Zeze. Lalu, dengan suara beratnya yang selirih embusan angin, dia berbisik, "Tertarik untuk membuat kesepakatan denganku?"

Alis Zeze berkerut di samping sensasi dingin yang merayapi tulang belakangnya, jelas gagal mengikuti ke mana orang itu membawa kata-katanya.

Saat dia menegakkan punggung, mereka berdua kembali saling tatap.

"Apa yang sebenarnya sedang kau rencanakan?" Desisi Zeze, nadanya mendesak.

Sangat wajar bila Zeze sekalut itu. Orang itu adalah salah satu misteri masa kecilnya. Zeze merasa mual pada anggapan bahwa ia tengah berhadapan dengan dirinya sendiri. Bahwa ia tengah melihat dirinya sendiri. Orang yang sama liciknya dengan dirinya—manipulator sepertinya.

Darah sepertinya memang lebih kental dari air.

"Aku bermaksud merebut mahkota dari kepala mereka. Tapi, aku butuh bantuanmu —bantuan kalian."

Mata Zeze melebar. Apa!?

Apa yang dia katakan? Mengembalikan Aplistia menjadi kerajaan? Apa dia gila? Sekarang Aplistia dipimpin oleh mahkamah bentukan raja terdahulu, dan tujuan utama kami adalah mengawasi mereka, menghabisi siapa saja dari para bangsawan itu yang berpotensi merugikan publik dan memulai peperangan. Tidak ada sama sekali niat bagiku atau bagi rajaku untuk mengubah sistem tersebut. Aku sama sekali tidak dapat mengerti dirinya. Sebegitu laparnyakah dia dengan takhta? Apa dia berencana menentang keputusan ayahnya sendiri? Itu mustahil, aku tahu betapa hormatnya dia kepada pria itu.

Dia berubah, batin Zeze, ekspresinya lebih prihatin daripada marah. Dia pasti sudah gila. Tempat ini membuat semua orang menjadi gila.

"Jawabanmu?" Dia masih sabar menunggu Zeze yang tengah berusaha menata hatinya.

Zeze berdeham sebelum merespons, "Apa keuntungannya bagiku?"

Orang itu melihat sekitar sebelum menjawab, "Aku akan membantumu. Kalian."

Jawaban itu kelewat singkat, tapi berarti banyak bagi Zeze.

Benar, dia mempunyai otoritas dan pengetahuan yang kubutuhkan. Latar belakangnya sendiri sudah menjadi senjata yang menguntungkan. Tapi, sekalipun itu dia, merebut kendali stir tidaklah semudah membunyikan klakson. Untuk memberontak pada dewan bentukan ayahnya, dia harus meyakinkan setidaknya 70% dari keluarga bangsawan untuk berpihak padanya. Dia pasti sudah memiliki dukungan politik, atau masih dalam proses mengumpulkannya. Menggunakan Énkavma untuk memangkas jumlah penghambat adalah rencana yang licik. Tidak perlu repot dan tidak ada yang bakal menaruh curiga kepadanya. Jika sesuatu terjadi pada kami, dia juga tidak akan dirugikan.

"Aku juga butuh kau untuk memainkan peranmu," tambah Kion. Jeda sebentar. "Memainkannya dengan benar."

Ck. Dia ingin aku keluar bukan hanya sebagai seorang Ankhatia. Tapi juga sebagai tunangannya!

Zeze masih berkonflik dengan nalarnya, sementara orang itu telah kembali membolak-balik lembaran buku, menolak menyela perang di dalam pikiran calon sang partner in crime

Satu tarikan napas.

Sebaiknya ini sepadan dengan apa yang akan aku terima, ancamnya dalam hati.

"Baiklah."

Dia menyetop tangannya yang hendak membalik lembaran berikutnya, lalu menjulang dan mengambil segelas air di atas nakas. Zeze memperhatikan tindak-tanduknya dari awal hingga akhir, agak jengkel karena dia tidak kunjung memberi tanggapan atas pernyataannya.

Setelah dahaga terpuaskan, orang itu meletakkan kembali gelas yang telah kosong ke tempat asal, dan tindakan selanjutnya yang sukses membuat denyut nadi Zeze tambah berantakan adalah ketika dia menjauh ke arah pintu.

Apa-apaan itu!? Hei, tidakkah kau ingin mengatakan sesuatu? Zeze memaki dalam hati, dan ia marah pada dirinya sendiri karena tidak mampu mengatakannya secara lantang.

Tangannya yang besar mendarat di sebuah gagang emas dengan ornamen rumit bertuliskan ‘Orion’ melingkar di sepanjang permukaannya. Anehnya dia tidak kunjung menarik atau mendorong gagang itu meskipun sudah memakan waktu, sehingga membuat Zeze menatap heran punggung tegap yang dilapisi kemeja hitam itu dari tempat tidur.

“Tidak ada yang mengetahui keberadaanmu di sini.” Pintu mulai ditarik hingga setengah terbuka. “Kau bisa beristirahat dengan tenang selama yang kau mau,” sambungnya dari celah pintu sesaat sebelum tertutup.

"Sial!" Zeze mengumpat sambil mencoba duduk. Ternyata tidak sesulit dugaannya. Lalu ia menengok jam dan kalender digital yang tergantung di dinding sebelah kanan ranjang. Matanya langsung membulat. Ia telah tertidur selama tiga hari!

Sialan!

Dengan tergesa-gesa, Zeze mencabut infus dan membedah perban di kedua tangannya, mencoba menemukan luka yang ternyata sudah memudar. Ia gerakan kaki-kakinya untuk duduk di tepi tempat tidur. Tak ada masalah dengan kaki kirinya, dan ia berharap keberuntungan itu juga menyertai kaki kanannya yang diperban dari pergelangan hingga betis. Terakhir kali kaki itu belum sepenuhnya pulih pasca pertarungan di kediaman Earl Swarovske, dan pertarungan tiga hari silam memperburuk kondisinya.

Berpegangan pada tiang ranjang, Zeze mencoba berdiri. Juga di luar dugaannya kedua kaki itu masih mampu dipijakkan, kecuali ia masih harus sedikit menyeret kaki kanannya yang malang itu. Duduk kembali di tepi ranjang, Zeze memutuskan untuk membongkar semua perban yang tersisa; di kaki dan kepalanya. Lukanya memang sudah hilang, tapi bekasnya belum, meninggalkan tanda merah muda di tengah kulit yang putih.

Obat apa yang diberikan padaku? Ini menakjubkan. Aku harus bertanya untuk berjaga-jaga. Semoga harganya masih bisa dijangkau.

Zeze berjalan ke arah balkon, satu-satunya sumber pencahayaan di dalam ruangan yang agak redup dan suram. Semilir angin musim gugur, dingin dan sejuk, langsung menyambutnya, tak kalah dengan kicauan burung yang saling bersahutan.

Berbagai bentuk awan berkelana di langit biru, sementara berbagai macam pikiran berkelana di dalam kepalanya. Dua hari lagi. Ia mendengus meratapi nasib, kemudian kembali ke kamar. Perutnya berbunyi kala melihat sajian makanan dan buah-buahan di atas meja sofa, letaknya tak jauh dari tempat tidur.

Disambarnya sebuah apel merah. Tepat di momen itu, pintu terbuka dan kepala Obi menyembul dari celah, "Master memberitahuku kau sedang dalam perawatan di sini. Syukurlah kelihatannya kau baik-baik saja. Jangan menjadikan kematian sebagai alasan untuk melarikan diri dari hutang-hutangmu padaku. Ngomong-ngomong, apa kau akan menceritakan padaku apa yang telah terjadi padamu? Seingatku Kai bilang tidak ada misi untuk minggu ini?"

Alih-alih menjawab, Zeze justru melemparkan apel di tangannya kepada Obi. Apel tersebut menggetarkan pintu, Obi berhasil menutupnya tepat sebelum kepalanya memar.

"Teman tidak tahu diri, hm!" Omelnya.

Sembari menikmati keempukan sofa dan lezatnya buah, matanya ia bawa berkeliling kamar. Sewaktu kecil, ia selalu tertarik dan penasaran dengan visual kamar kakak sepupunya itu. Namun perasaan itu telah lama hilang, dan siapa sangka jawabannya akan ia temukan sekarang, di saat ia tidak lagi tertarik. Di saat orang itu tak lagi menarik.

Rapi dan teratur. Foto sang pemilik kamar sama sekali tidak bisa ditemukan. Salah satu dinding sesak dengan tulisan-tulisan dalam bahasa Yunani kuno yang dibingkai lalu dipajang di dinding.

Tidak mengherankan. Orang itu sangat menggilai sastra dan literatur. Tipikal old money, kurasa.

Apa yang cukup menarik perhatian adalah ukiran di langit-langit kamar, di mana ujung panah dalam rasi bintang Orion membidik kepada tulisan:

Kion Ropalo Zesto

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Terpopuler

Comments

ARJ

ARJ

tetiba bingung mau berdiri dipihak Glen atau Lion🤧

2021-08-28

4

lihat semua
Episodes
1 1. Burn • [ VOLUME 1 ]
2 2. Started
3 3. Cracked Mask
4 4. Fiancé
5 5. Whisper
6 6. Academy
7 7. Empty Chair
8 8. Untitled
9 9. Goddess
10 10. Orange
11 11. Idiot
12 12. Red Rose
13 13. Smooth Criminal
14 14. New Toy
15 15. Heaven Is A Place Where Nothing Ever Happens
16 16. Punishment
17 17. Misner Space
18 18. Light
19 19. Deal
20 20. Cemetery
21 21. Rozeale Ankhatia
22 22. If It Was You
23 23. Old Friend
24 24. Falling
25 25. Imbalance
26 26. Struggle
27 27. The Healer
28 28. Reset
29 29. Fairytale
30 30. Forgotten
31 31. Debutante
32 32. Silly
33 33. Artemis
34 34. Partner In Crime
35 35. Nuts
36 36. Framed
37 37. Cola
38 38. Bored
39 39. Variable
40 40. Help!
41 41. Zero
42 42. Trick Or Treat?
43 43. The Game
44 44. Chapter Two
45 45. Continued
46 pengumuman: CAST
47 46. Discussion • [ VOLUME 2 ]
48 47. Lust
49 48. Home
50 49. Right Side
51 50. Riddle
52 51. Decode
53 52. Sweet Seventeen
54 53. Spring Cup
55 54. Mystery
56 55. Mr. Rious
57 56. Interrogation
58 57. Database
59 58. Dancing
60 59. Suspect
61 60. May, 1st
62 61. UNO
63 62. Damn
64 63. Wait For Me
65 64. Sacrifice
66 65. Bloody Rose
67 66. Raflesia
68 67. Lottery
69 68. Racing
70 69. Asanatha
71 70. Bury The Hatchet
72 71. Tree
73 72. The Winner
74 73. Healed
75 74. Reminisce
76 75. Andromeda
77 76. Grim
78 77. Farewell
79 78. Encounter
80 79. Sleep
81 80. Once Upon A Time
82 81. Prison
83 82. Open
84 83. Falsity
85 84. Second Meeting
86 85. Axiom
87 86. Helpless
88 87. Misfortune
89 88. Animus
90 CHAPTER BONUS [1-A]
91 CHAPTER BONUS [1-B]
92 CHAPTER BONUS [2-A]
93 CHAPTER BONUS [2-B]
94 CHAPTER BONUS [3-A]
95 CHAPTER BONUS [3-B]
96 CHAPTER BONUS [4-A]
97 CHAPTER BONUS [4-B]
98 89. Funeral • [ VOLUME 3 ]
99 90. Crestfallen
100 91. Agreement
101 92. Pizza Delivery (Part 1)
102 93. Pizza Delivery (Part 2)
103 94. Narrow (Part 1)
104 95. Narrow (Part 2)
105 96. Possessed
106 97. Sorrow (Part 1)
107 98. Sorrow (Part 2)
108 99. Jack O'Lantern
109 100. Beginning Of The End
110 101. Laxity
111 102. Savior
112 103. Hostage
113 104. Bad Idea
114 105. Underestimate
115 106. Memorials
116 107. Solving
117 108. Misunderstand
118 109. Curiosity Killed The Cat
119 110. Agony
120 111. Distance
121 112. Foolish
122 113. Fall To Pieces
123 114. Aphrodite
124 115. Loosing Grip
125 116. Insanity
126 117. Ruthless
127 118. Ignorance
128 119. Hypocrisy
129 120. Complicated
130 121. Dignity
131 122. Stupidity
132 123. Catacombs
133 124. Absurd
134 125. Backlash
135 126. Vanished
136 127. Break Free
137 128. Darkness In The Light
138 129. Ambush On All Sides
139 130. Mare's Nest
140 131. Tenet
141 132. Clandestine
142 133. Judas
143 134. Sinister
144 135. Desire
145 136. Ares
146 137. Embrace
147 138. Up In The Air
148 139. Prejudice
149 pengumuman: LIST TOKOH
150 140. Diverge
151 141. Noticed
152 142. Float Kiss
153 143. Liars
154 144. Reunion
155 145. The Answer
156 146. Liberated
157 147. Carnage
158 148. Vendetta
159 149. 1 Stone For 2 Birds
160 150. Better Place
161 151. Pleasure
162 152. Trust & Hope
163 153. Rest
164 154. Good & Bad News
165 155. Bald Cypress
166 156. Leave
167 157. Painful
168 158. Invitation
169 159. A Guest
170 160. Piece Of Art
171 161. Aware
172 162. Journey
173 163. Inland
174 164. Westafo Hall
175 pengumuman: BREAK
176 165. Madam Derba
177 166. Good Side
178 167. The Stage
179 168. Breakfast • [ VOLUME 4 ]
180 169. Deception
181 170. Evaluate
182 171. Dissent
183 172. Gratuitous
184 173. Departure
185 174. Voyage
186 175. Almost
187 176. Anger
188 177. Scratches
189 178. Discover
190 179. Out of Control
191 180. Perforce
192 181. Her
193 182. Myth
194 183. Him
195 184. Bleeding
196 185. Perfidy
197 186. Take Me Out of This Town
Episodes

Updated 197 Episodes

1
1. Burn • [ VOLUME 1 ]
2
2. Started
3
3. Cracked Mask
4
4. Fiancé
5
5. Whisper
6
6. Academy
7
7. Empty Chair
8
8. Untitled
9
9. Goddess
10
10. Orange
11
11. Idiot
12
12. Red Rose
13
13. Smooth Criminal
14
14. New Toy
15
15. Heaven Is A Place Where Nothing Ever Happens
16
16. Punishment
17
17. Misner Space
18
18. Light
19
19. Deal
20
20. Cemetery
21
21. Rozeale Ankhatia
22
22. If It Was You
23
23. Old Friend
24
24. Falling
25
25. Imbalance
26
26. Struggle
27
27. The Healer
28
28. Reset
29
29. Fairytale
30
30. Forgotten
31
31. Debutante
32
32. Silly
33
33. Artemis
34
34. Partner In Crime
35
35. Nuts
36
36. Framed
37
37. Cola
38
38. Bored
39
39. Variable
40
40. Help!
41
41. Zero
42
42. Trick Or Treat?
43
43. The Game
44
44. Chapter Two
45
45. Continued
46
pengumuman: CAST
47
46. Discussion • [ VOLUME 2 ]
48
47. Lust
49
48. Home
50
49. Right Side
51
50. Riddle
52
51. Decode
53
52. Sweet Seventeen
54
53. Spring Cup
55
54. Mystery
56
55. Mr. Rious
57
56. Interrogation
58
57. Database
59
58. Dancing
60
59. Suspect
61
60. May, 1st
62
61. UNO
63
62. Damn
64
63. Wait For Me
65
64. Sacrifice
66
65. Bloody Rose
67
66. Raflesia
68
67. Lottery
69
68. Racing
70
69. Asanatha
71
70. Bury The Hatchet
72
71. Tree
73
72. The Winner
74
73. Healed
75
74. Reminisce
76
75. Andromeda
77
76. Grim
78
77. Farewell
79
78. Encounter
80
79. Sleep
81
80. Once Upon A Time
82
81. Prison
83
82. Open
84
83. Falsity
85
84. Second Meeting
86
85. Axiom
87
86. Helpless
88
87. Misfortune
89
88. Animus
90
CHAPTER BONUS [1-A]
91
CHAPTER BONUS [1-B]
92
CHAPTER BONUS [2-A]
93
CHAPTER BONUS [2-B]
94
CHAPTER BONUS [3-A]
95
CHAPTER BONUS [3-B]
96
CHAPTER BONUS [4-A]
97
CHAPTER BONUS [4-B]
98
89. Funeral • [ VOLUME 3 ]
99
90. Crestfallen
100
91. Agreement
101
92. Pizza Delivery (Part 1)
102
93. Pizza Delivery (Part 2)
103
94. Narrow (Part 1)
104
95. Narrow (Part 2)
105
96. Possessed
106
97. Sorrow (Part 1)
107
98. Sorrow (Part 2)
108
99. Jack O'Lantern
109
100. Beginning Of The End
110
101. Laxity
111
102. Savior
112
103. Hostage
113
104. Bad Idea
114
105. Underestimate
115
106. Memorials
116
107. Solving
117
108. Misunderstand
118
109. Curiosity Killed The Cat
119
110. Agony
120
111. Distance
121
112. Foolish
122
113. Fall To Pieces
123
114. Aphrodite
124
115. Loosing Grip
125
116. Insanity
126
117. Ruthless
127
118. Ignorance
128
119. Hypocrisy
129
120. Complicated
130
121. Dignity
131
122. Stupidity
132
123. Catacombs
133
124. Absurd
134
125. Backlash
135
126. Vanished
136
127. Break Free
137
128. Darkness In The Light
138
129. Ambush On All Sides
139
130. Mare's Nest
140
131. Tenet
141
132. Clandestine
142
133. Judas
143
134. Sinister
144
135. Desire
145
136. Ares
146
137. Embrace
147
138. Up In The Air
148
139. Prejudice
149
pengumuman: LIST TOKOH
150
140. Diverge
151
141. Noticed
152
142. Float Kiss
153
143. Liars
154
144. Reunion
155
145. The Answer
156
146. Liberated
157
147. Carnage
158
148. Vendetta
159
149. 1 Stone For 2 Birds
160
150. Better Place
161
151. Pleasure
162
152. Trust & Hope
163
153. Rest
164
154. Good & Bad News
165
155. Bald Cypress
166
156. Leave
167
157. Painful
168
158. Invitation
169
159. A Guest
170
160. Piece Of Art
171
161. Aware
172
162. Journey
173
163. Inland
174
164. Westafo Hall
175
pengumuman: BREAK
176
165. Madam Derba
177
166. Good Side
178
167. The Stage
179
168. Breakfast • [ VOLUME 4 ]
180
169. Deception
181
170. Evaluate
182
171. Dissent
183
172. Gratuitous
184
173. Departure
185
174. Voyage
186
175. Almost
187
176. Anger
188
177. Scratches
189
178. Discover
190
179. Out of Control
191
180. Perforce
192
181. Her
193
182. Myth
194
183. Him
195
184. Bleeding
196
185. Perfidy
197
186. Take Me Out of This Town

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!