4. Fiancé

Sebuah jam alarm bundar menyebarkan jeritannya ke seantero ruangan luas berbentuk balok. Menggeliat dan mengerang, Chanara Romair membuka perlahan kedua matanya. Sebuah kaki sofa berbahan besi adalah hal pertama yang menyambut pandangannya yang berkabut. Rupanya ia ketiduran di bawah sofa, setengah badan masuk ke dalam kolongnya.

Menyeret tubuhnya sendiri keluar dari kolong sofa, Chanara mendudukkan dirinya di atas sepotong karpet merah tebal, di antara sofa dan sebuah meja kaca. Kaus putihnya sekusut rambutnya yang telah layak disamakan dengan surai singa. Kepalanya menoleh memindai sekitar dan terpaku di sebuah jam alarm bundar yang berpijak di atas meja. Tangan kanannya terulur menuju benda itu dan memadamkan bisingnya dengan sekali pukul, nyaris menghancurkannya. Itulah alasan mengapa alarm di ponsel tidak digunakan. Chanara nyaris tidak bisa mengontrol kekuatannya jika masih berada di ambang kesadaran. Pernah ponsel Zafth menjadi korban dan Zafth terpaksa menghabiskan setengah tabungannya hanya untuk mengganti layar dan LED yang rusak.

Mengucek mata dan melihat yang lain juga mulai bangun dari tidur, Chanara pun mengecek sofa di sebelah kirinya. Di atasnya terbaring seorang gadis muda yang rambut pirang keperakannya berantakan menimbun wajah. Digoyangkannya bahu gadis itu, "Zeze. Bangun."

Zeze menggeliat dalam tidurnya. Sebelah mata birunya terungkap, berupaya beradaptasi dengan tikaman cahaya lampu. "Pukul berapa sekarang?" Suaranya serak.

Chanara kembali menguap, "Delapan."

Kesiangan. "Kurasa aku menyetelnya tepat jam setengah tujuh."

"Seseorang sepertinya alergi bangun pagi," gumam Chanara, mengedikkan bahu.

"Seseorang itu adalah dirimu. Aku tahu," gerutu Zeze. Mendudukkan diri, pandangannya menyapu sekitar dengan hanya mata kanannya yang terbuka.

"Butuh bantuan?" Chanara sudah mengulurkan kedua tangannya ke arah mata Zeze yang tertutup, hendak mengungkapnya secara paksa, dan Zeze langsung beringsut menjauhinya, mendesis horor kepadanya. Chanar tertawa iseng tanpa suara.

Setelah beberapa kali percobaan, akhirnya dua mata safir terungkap pada dunia. Zeze kembali menyapukan pandangan, apa yang ia lihat jauh lebih jelas dari sebelumnya. Sebuah ruangan berlangit-langit tinggi yang ditata sedemikian rupa menyerupai ruang santai penerima tamu, lengkap dengan tiga buah sofa panjang yang disusun membentuk huruf U dengan meja berlapis kaca sebagai pusat, TV tipis cekung berukuran jumbo menggantung di dinding bercat putih, dan perabotan khas ruang tamu lainnya. Semuanya beratmosfer modern, kontras dengan gaya palladian yang membentuk bangunan itu.

Sofa yang berlokasi di seberang Zeze diisi oleh Mia yang sedang mengutak-atik ponsel sambil sesekali menguap. Sementara di bawah kaki Mia, ada Obi yang tengah melakukan hal serupa, lelaki berambut hitam itu duduk beralaskan sepotong karpet tebal yang melapisi petakan lantai granit. Sofa yang terbujur di tengah diisi oleh Zafth dan Leah yang sedang mengumpulkan kembali serpihan nyawa mereka dari alam mimpi.

"Oh, sudah bangun, para tukang tidur?" Aurel, dengan setelan kasual berwarna gelap, datang menghampiri mereka dengan kedua tangan penuh oleh nampan berisi air dan buah-buahan. Keenam orang itu lantas menyerbu bahkan sebelum nampan tersebut menyentuh meja.

"Tidak bisakah kalian cuci muka terlebih dahulu?" Aurel mencibir pelan. Gadis berkacamata dengan rambut hitam wolf-cut seleher itu lalu mengambil duduk di sisi kiri Zeze, yang sedang menenggak segelas air putih.

Leah mendengus keras, tampaknya masih hangover. "Semalam aku terlalu banyak minum hingga melupakan apa yang terjadi. Aku tidak melakukan hal buruk, kan?"

"Hampir," Obi menjawab di sela kesibukan dengan ponselnya. Dilihat dari gerakan bahunya yang bergoyang ke kanan dan ke kiri, tertebak bahwa dia sedang bermain game bertema balapan.

"Kau hampir menaiki meja saat sedang karaoke," celetuk Zafth, menguap, "Berterima kasihlah pada Edgar, berkatnya sekarang tidak ada yang menyimpan aibmu di galeri ponsel mereka."

Leah mengangkat bahu, "Well, kedengarannya tidak terlalu buruk. Lagipula aku tidak keberatan bila pun itu terjadi."

Zafth berdecak mendengarnya. Mata hitamnya yang sayu memandang tak percaya pada wanita berambut cokelat madu yang duduk tepat di sampingnya itu.

"Semalam seru sekali, bukan!?" Seru Chanara, antusiasmenya tetap kental meski hari telah berganti. "Sudah lama kita tidak berkumpul secara lengkap. Um, berapa lama?" Ia meletakkan satu telunjuk di bibirnya, mendongak pada langit-langit bertema api.

"Setahun," timpal Zafth dengan mulut penuh melon.

"Ah! Itu waktu yang cukup lama," Chanara mengangguk.

"Apa boleh buat, masing-masing dari kita memiliki kesibukan sendiri," Mia, yang masih belum selesai update di media sosial, ikut memasuki obrolan. Satu tangannya mengutak-atik layar sementara tangan yang lain bertugas memegang potongan melon. Plester luka tertempel di hidung mungilnya yang patah akibat insiden tadi malam.

Di sisi lain, ketika mobil virtual yang Obi kendalikan siap memasuki garis finis, sebuah panggilan masuk secara mendadak dan menggagalkan selebrasinya. Obi mengumpat kesal, namun tetap mengangkat panggilan itu. Usai mendengarkan ocehan si penelepon, ia menutup panggilan dan memandang orang di seberangnya dengan dahi mengernyit.

"Ze," panggil Obi sembari mengangkat ponsel setinggi wajah dan menggoyang-goyangkannya ke arah Zeze yang tengah melamun, memandang kosong air putih di tangan.

Bahu mungil itu melompat. Buru-buru dia meraih ponselnya yang terselip di sudut sofa, membuka kunci layar dan menemukan banyak pesan yang belum terbaca. "Yang mana?" Tanya Zeze, mengernyit ketika melihat jumlah pesan.

"Zarai."

Yang lain sedikit bereaksi ketika nama itu disebut oleh Obi. Air muka mereka mengeruh, tegang, waspada, namun mereka berhasil menjernihkannya dalam waktu singkat.

Zeze menggulir layar ponselnya ke atas dan menemukan nama Zarai. Terdapat sepuluh panggilan tak terjawab dan lima pesan tak terbaca, tetapi yang berhasil memancing perhatiannya hanya pesan paling atas.

"Raja memanggil," begitu bunyinya.

Tanpa menunda-nunda, Zeze bangkit ke toilet. Ia bercermin sehabis membasuh muka. Kedua tangannya yang bergetar bertumpu di bibir wastafel. Saatnya menjalankan rutinitas paginya yang bermula sejak satu tahun lalu; ia mengeluarkan sesuatu dari kantong jaket bagian dalam. Sebuah tabung berisi sejumlah obat. Menatap benda itu, walau hanya sebentar, telah berhasil menggiring jiwanya kembali kepada peristiwa yang terjadi setahun silam.

Serangkaian kenangan berkumpul dan menyatu bagai kepingan puzzle, menyajikan kilasan-kilasan adegan dalam kepalanya. Nyala api, bunyi tembakan, badai kerikil, hujan salju, hutan di kaki gunung, malam, bulan purnama, darah, seorang wanita hamil berambut cokelat yang tergolek lemas di tanah, bayi di dalam dekapan, makam....

"Uh," Zeze menekan kepalanya yang terasa sakit. Ingatan itu, sampai kapan akan menghantuinya?

Setelah membasuh muka sekali lagi, Zeze mengayunkan kedua kakinya yang dilapisi jeans hitam menuju basement sebuah bangunan menara bernuansa hitam-marun, tempat yang sudah menjadi rumahnya sejak ia berusia delapan tahun. Ditemani api kecil di ujung telunjuk dan suara langkah kakinya sendiri, Zeze menuruni tangga melingkar, tenggelam semakin jauh ke dasar bangunan demi memenuhi panggilan seseorang yang ia anggap sebagai rajanya, satu-satunya yang berhak dan layak untuk mendapatkan kesetian darinya dan seluruh penghuni menara.

Semakin ke bawah, udara semakin lembab dan dingin. Dinding batu telah menggantikan dinding semen. Tak lama kemudian, matanya disapa oleh sepasang pintu kembar marun, warna tergelap dari darah, berukir burung Phoenix yang tengah mengobarkan sayap apinya. Tangan rampingnya mendorong pintu tersebut dan cahaya dari ruangan di balik pintu mengintip keluar.

Ia melihat dua orang pemuda yang sedang tanding catur, duduk saling berhadapan di sofa berwarna marun di samping perapian, satu-satunya sumber pencahayaan di dalam ruangan selain lilin-lilin yang ditempatkan di ceruk-ceruk tembok batu hitam. Satu dari empat tembok batu ditutupi oleh rak-rak kayu berisi buku-buku usang. Salah satu pemuda memiliki rambut berwarna cokelat dengan rokok terjepit di mulutnya, melawan seorang lelaki berambut emas berpenampilan nyentrik. Tubuh mereka dibungkus pakaian bergaya kasual; kaus polos dan celana jeans. Umur mereka tak lebih dari pertengahan dua puluhan.

Bunyi engsel pintu mengundang perhatian kedua orang tersebut. Si Rambut emas menyambut Zeze dengan antusiasme, "Oh, Zeze! Suatu peristiwa langka kau datang kemari."

"Aku dipanggil olehnya," sahut Zeze sambil mengarahkan dagunya kepada seorang lelaki berambut hitam pekat yang sedang menduduki sebuah kursi berlengan, letaknya di sudut ruangan, di bagian tergelap di mana matanya tidak bisa dijangkau cahaya, hanya terlihat bibir dan rahangnya yang tajam. Dia tampak sangat serius menyelami sebuah buku tebal yang terbuka di tangannya.

Merasa terpanggil, lelaki berjaket kulit itu lantas mengangkat wajahnya dari buku.

Rajanya.

Zeze tahu dirinya sedang ditatap meski ia tidak bisa menjangkau mata hitamnya. Lelaki itu lalu menutup bukunya, suatu tindakan yang tanpa Zeze sadari akan membuka awalnya yang baru.

Yang benar-benar baru.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Di bawah naungan langit yang akhirnya cerah setelah sekian lama pucat, empat buah mobil hitam meluncur di pekarangan sebuah bangunan putih yang atapnya hilang dalam kabut. Di tengah pekarangan, tepat empat meter di depan pintu utama, terdapat sebuah kolam ikan berbentuk bundar dengan patung Cupid yang sedang menuangkan air dari guci dalam dekapan, meluncur bagai air terjun dan mendarat lembut di kolam, menemani ikan-ikan cantik berwarna merah-keemasan yang berpusing di bawahnya.

Kelima mobil itu membentuk formasi dengan dua sedan masing-masing di depan dan di belakang, mengelilingi satu limosin di tengah. Setelah dirasa cukup dekat dengan bangunan mewah itu, sedan-sedan tersebut berhenti dan memuntahkan muatannya, sehingga sang mentari dapat menjatuhkan sinarnya kepada mereka.

Tiga belas pria berjas dan berkacamata hitam keluar dari dalam mobil dan membentuk barisan di kanan-kiri, memberi jalan untuk tujuh orang penumpang limosin; empat orang lelaki dan tiga orang perempuan.

Pemimpin mereka dapat dengan mudah dikenali. Dia berjalan paling depan; seorang remaja laki-laki berumur 18 tahun dengan rambut tebal berona cokelat perunggu. Tubuhnya tinggi tegap dan kakinya panjang, tersembunyi dalam balutan kemeja putih berjas cokelat gelap yang dipadukan dengan sepotong celana berbahan ringan. Syal lembut berbulu hitam memeluk lehernya yang putih dan jenjang, melindunginya dari suhu dingin angin musim gugur.

Kesempurnaannya sulit untuk dikategorikan nyata, layaknya seorang model yang keluar dari dalam lukisan. Dia memiliki bentuk mata tajam, spekulatif, penuh pertimbangan, tapi tenang. Iris hazel, hidung ramping, sepasang alis tebal, bentuk rahang yang runcing, tulang pipi tinggi dan menonjol, menjadi bumbu tersendiri untuk keelokannya. Fitur wajah perpaduan antara Eropa Tenggara dan Timur Tengah.

Seorang gadis berambut pirang bergelombang berjalan mendahuluinya menuju teras megah yang ditopang pilar-pilar berlanggam ionia dan membukakannya pintu utama mansion. "Pangeran Kion, hidangan makan siang telah siap," lapornya.

Lelaki yang dipanggil itu mengangguk. Ketujuhnya kompak membawa kaki mereka menuju ruang makan untuk menyantap hidangan makan siang yang telah tersaji hanya untuk mereka.

Tapi pada kenyataannya, realita tidak selalu dapat disandingkan dengan ekspektasi.

Setibanya mereka di sebuah ruang makan bertema baroque dengan sedikit sentuhan industrial, seseorang ternyata tengah menjajah kuliner mewah yang terhampar di atas meja makan panjang.

Orang asing tersebut duduk bersila di salah satu kursi. Rambut platinumnya dibiarkan mengalir hingga pinggang. Pakaiannya adalah jaket denim berwarna biru di luar kaus hitam polos berlengan pendek, dipadukan dengan sepotong celana jeans yang terlihat sobek di beberapa bagian terutama bagian lutut. Tidak mencerminkan pakaian berkelas sama sekali. Cara menyantapnya pun tidak memenuhi tata krama. Ia tidak segan untuk menyantap paha ayam langsung dengan tangan telanjang.

Tetapi, satu-satunya bagian dari orang tersebut yang sanggup membuat mereka tertegun adalah parasnya. Mereka berani bersumpah belum pernah melihat manusia dengan pahatan seelok dia. Bahkan dia lebih mendekati makhluk fantasi daripada manusia. Malaikat, peri, apa pun itu. Dia tidak terlihat nyata.

Yang pertama kali tersadar adalah si Gadis Berambut Pirang. Pertanyaan berkecamuk di dalam kepalanya, Bagaimana orang ini bisa masuk ke sini? Mengapa tidak ada satu orang pun yang melarangnya?

"Apa-apaan ini? Sedang apa kau di sini? Siapa kau?" Tanyanya berentet dengan suara tinggi.

Penyusup itu, Zeze, akhirnya mengalihkan pandangan dari makanan kepada tujuh wajah yang memandangnya bingung.

Suasana masih terasa kosong lantaran Zeze hanya menyelami sosok mereka satu per satu tanpa memberi sedikit pun jawaban. Manik biru itu menghentikan perjalanannya ketika bertemu dengan sepasang mata berwarna cokelat hazel.

Cukup lama Zeze mengunci mata itu sebelum beralih ke si Gadis Pirang dan bertanya kepadanya dengan ketenangan di luar nalar.

"Kau sendiri siapa?"

Apa!?

Si Pirang tampaknya sudah tak mampu membendung emosi. Satu alis tebalnya berkedut-kedut di kala ia memperkenalkan dirinya dengan campuran kebanggaan dan bumbu kesombongan, "Aku, adalah Luna Vierhent, putri pertama keluarga inti Marquess Vierhent, salah satu keluarga bangsawan yang melayani Yang Mulia Pangeran Kion Ropalo Zesto. Siapa kau berani-beraninya menapakkan kaki kotormu itu di istana keluarga kerajaan tanpa izin legal?"

Zeze bergeming tanpa menjawab. Matanya mendarat lagi pada Kion yang sejak tadi hanya diam mempelajari gerak-geriknya.

Setelah beberapa saat saling tatap, Zeze pun kembali ke Luna dan bertanya kepadanya dengan acuh tak acuh, "Singkatnya, kau adalah pelayannya?"

Pertanyaan yang sama sekali di luar sangka dan kira. Luna benar-benar tidak memiliki persiapan. Mengelak dan mengiyakan sama-sama tidak benar. "Hei, kau belum menjawab pertanyaanku!"

Zeze berdiri, kursinya sedikit terdorong ke belakang. Ia menyeka tangannya di tisu, meraih segelas air dan menenggaknya sampai tandas, lalu meletakkannya kembali di meja. Terlalu tenang, terlalu santai. "Tampaknya benar. Baru kali ini aku melihat pelayan memakai gaun dan perhiasan."

Bibir Luna memisah dan menciptakan rongga. Syok. Sekarang ia mulai mempertanyakan telinga dan kewarasannya sendiri. Meraup napas penuh, ia ambil posisi untuk meledakkan seluruh emosinya, ketika tiba-tiba ketenangan dari sebuah suara datang menyusup.

"Permisi, tapi bukankah sepatutnya kau menjelaskan siapa dirimu terlebih dahulu kepada kami? Kau sudah sembarangan memasuki hunian orang lain tanpa izin. Bahkan jika kau telah mendapatkan izin tersebut sebelumnya, bukankah akan lebih bermartabat bila kau, seorang tamu, memperkenalkan dirimu kepada pemilik rumah ini?" Seorang lelaki berambut pirang dengan mata sebiru langit berhasil menghalau amarah Luna yang nyaris meledak.

Zeze menilainya dengan mata meredup. Tampak jelas baginya bahwa lelaki itu berkepala dingin dan berpikiran dewasa. Itu sedikit membuatnya terkesan. "Mengapa aku perlu melakukan prosedur merepotkan hanya untuk memasuki rumahku sendiri?" Balasnya kemudian.

Mereka terkejut bukan main atas pertanyaan Zeze, terkecuali Kion, yang masih menyelam dengan tenang di kedalaman sepasang kolam bundar berwarna biru yang sudah lama tidak dijumpainya itu. Namun, rupanya mata itu masih enggan untuk menyapanya, seolah mereka adalah kutub sejenis yang tercipta untuk saling menghidari satu sama lain.

"A—apa? Orang ini gila. Hei, jangan asal bicara!" Sergah Luna, mulai kalut.

"Asal bicara? Kau bisa mengonfirmasinya sendiri kepada..." Zeze melarikan pandangannya ke samping, ke arah seorang maid muda yang sejak awal menemaninya di dekat dinding. "Benar 'kan, Nana?"

Nana, maid berkacamata dengan rambut berwarna oranye, membungkukkan badannya saat menjawab, "Tepat sekali, Tuan Putri."

Detik itu juga, tepat di momen itu, jantung mereka terhempas ke perut. Telinga mereka tiba-tiba menjadi tuli, haus meminta pengulangan.

"Pangeran, apa maksudnya ini?" Seorang perempuan berambut cokelat pendek di sebelah kanan Kion bertanya kepadanya.

"Rozeale," bisik Kion, menyebutkan nama depan perempuan itu. "Dia tidak diragukan lagi adalah keturunan salah satu keluarga pendiri kerajaan Aplistia." Kion berhenti sejenak ketika akhirnya mata biru itu menetap di matanya, "Seorang anak dari kakak perempuan Ibuku, Putri Vourtsa."

Mereka menahan napas saat Kion mengakhiri kalimatnya. Akan tetapi, ternyata tidak tuntas sampai di sana kenyataan mengejutkan yang harus mereka dengar.

"Dia adalah tunanganku."

.

.

...[ PRINCE KION ]...

Terpopuler

Comments

Sari Supartini

Sari Supartini

omg ya allah .. hemmm knpa baru nemu cerita sekeren ini ..

2022-04-29

1

Ryosa

Ryosa

keren thor

2021-10-22

2

PotatoYubitisfira

PotatoYubitisfira

Benar kata authornya, penuh dengan kejutan😳

2020-12-16

2

lihat semua
Episodes
1 1. Burn • [ VOLUME 1 ]
2 2. Started
3 3. Cracked Mask
4 4. Fiancé
5 5. Whisper
6 6. Academy
7 7. Empty Chair
8 8. Untitled
9 9. Goddess
10 10. Orange
11 11. Idiot
12 12. Red Rose
13 13. Smooth Criminal
14 14. New Toy
15 15. Heaven Is A Place Where Nothing Ever Happens
16 16. Punishment
17 17. Misner Space
18 18. Light
19 19. Deal
20 20. Cemetery
21 21. Rozeale Ankhatia
22 22. If It Was You
23 23. Old Friend
24 24. Falling
25 25. Imbalance
26 26. Struggle
27 27. The Healer
28 28. Reset
29 29. Fairytale
30 30. Forgotten
31 31. Debutante
32 32. Silly
33 33. Artemis
34 34. Partner In Crime
35 35. Nuts
36 36. Framed
37 37. Cola
38 38. Bored
39 39. Variable
40 40. Help!
41 41. Zero
42 42. Trick Or Treat?
43 43. The Game
44 44. Chapter Two
45 45. Continued
46 pengumuman: CAST
47 46. Discussion • [ VOLUME 2 ]
48 47. Lust
49 48. Home
50 49. Right Side
51 50. Riddle
52 51. Decode
53 52. Sweet Seventeen
54 53. Spring Cup
55 54. Mystery
56 55. Mr. Rious
57 56. Interrogation
58 57. Database
59 58. Dancing
60 59. Suspect
61 60. May, 1st
62 61. UNO
63 62. Damn
64 63. Wait For Me
65 64. Sacrifice
66 65. Bloody Rose
67 66. Raflesia
68 67. Lottery
69 68. Racing
70 69. Asanatha
71 70. Bury The Hatchet
72 71. Tree
73 72. The Winner
74 73. Healed
75 74. Reminisce
76 75. Andromeda
77 76. Grim
78 77. Farewell
79 78. Encounter
80 79. Sleep
81 80. Once Upon A Time
82 81. Prison
83 82. Open
84 83. Falsity
85 84. Second Meeting
86 85. Axiom
87 86. Helpless
88 87. Misfortune
89 88. Animus
90 CHAPTER BONUS [1-A]
91 CHAPTER BONUS [1-B]
92 CHAPTER BONUS [2-A]
93 CHAPTER BONUS [2-B]
94 CHAPTER BONUS [3-A]
95 CHAPTER BONUS [3-B]
96 CHAPTER BONUS [4-A]
97 CHAPTER BONUS [4-B]
98 89. Funeral • [ VOLUME 3 ]
99 90. Crestfallen
100 91. Agreement
101 92. Pizza Delivery (Part 1)
102 93. Pizza Delivery (Part 2)
103 94. Narrow (Part 1)
104 95. Narrow (Part 2)
105 96. Possessed
106 97. Sorrow (Part 1)
107 98. Sorrow (Part 2)
108 99. Jack O'Lantern
109 100. Beginning Of The End
110 101. Laxity
111 102. Savior
112 103. Hostage
113 104. Bad Idea
114 105. Underestimate
115 106. Memorials
116 107. Solving
117 108. Misunderstand
118 109. Curiosity Killed The Cat
119 110. Agony
120 111. Distance
121 112. Foolish
122 113. Fall To Pieces
123 114. Aphrodite
124 115. Loosing Grip
125 116. Insanity
126 117. Ruthless
127 118. Ignorance
128 119. Hypocrisy
129 120. Complicated
130 121. Dignity
131 122. Stupidity
132 123. Catacombs
133 124. Absurd
134 125. Backlash
135 126. Vanished
136 127. Break Free
137 128. Darkness In The Light
138 129. Ambush On All Sides
139 130. Mare's Nest
140 131. Tenet
141 132. Clandestine
142 133. Judas
143 134. Sinister
144 135. Desire
145 136. Ares
146 137. Embrace
147 138. Up In The Air
148 139. Prejudice
149 pengumuman: LIST TOKOH
150 140. Diverge
151 141. Noticed
152 142. Float Kiss
153 143. Liars
154 144. Reunion
155 145. The Answer
156 146. Liberated
157 147. Carnage
158 148. Vendetta
159 149. 1 Stone For 2 Birds
160 150. Better Place
161 151. Pleasure
162 152. Trust & Hope
163 153. Rest
164 154. Good & Bad News
165 155. Bald Cypress
166 156. Leave
167 157. Painful
168 158. Invitation
169 159. A Guest
170 160. Piece Of Art
171 161. Aware
172 162. Journey
173 163. Inland
174 164. Westafo Hall
175 pengumuman: BREAK
176 165. Madam Derba
177 166. Good Side
178 167. The Stage
179 168. Breakfast • [ VOLUME 4 ]
180 169. Deception
181 170. Evaluate
182 171. Dissent
183 172. Gratuitous
184 173. Departure
185 174. Voyage
186 175. Almost
187 176. Anger
188 177. Scratches
189 178. Discover
190 179. Out of Control
191 180. Perforce
192 181. Her
193 182. Myth
194 183. Him
195 184. Bleeding
196 185. Perfidy
197 186. Take Me Out of This Town
Episodes

Updated 197 Episodes

1
1. Burn • [ VOLUME 1 ]
2
2. Started
3
3. Cracked Mask
4
4. Fiancé
5
5. Whisper
6
6. Academy
7
7. Empty Chair
8
8. Untitled
9
9. Goddess
10
10. Orange
11
11. Idiot
12
12. Red Rose
13
13. Smooth Criminal
14
14. New Toy
15
15. Heaven Is A Place Where Nothing Ever Happens
16
16. Punishment
17
17. Misner Space
18
18. Light
19
19. Deal
20
20. Cemetery
21
21. Rozeale Ankhatia
22
22. If It Was You
23
23. Old Friend
24
24. Falling
25
25. Imbalance
26
26. Struggle
27
27. The Healer
28
28. Reset
29
29. Fairytale
30
30. Forgotten
31
31. Debutante
32
32. Silly
33
33. Artemis
34
34. Partner In Crime
35
35. Nuts
36
36. Framed
37
37. Cola
38
38. Bored
39
39. Variable
40
40. Help!
41
41. Zero
42
42. Trick Or Treat?
43
43. The Game
44
44. Chapter Two
45
45. Continued
46
pengumuman: CAST
47
46. Discussion • [ VOLUME 2 ]
48
47. Lust
49
48. Home
50
49. Right Side
51
50. Riddle
52
51. Decode
53
52. Sweet Seventeen
54
53. Spring Cup
55
54. Mystery
56
55. Mr. Rious
57
56. Interrogation
58
57. Database
59
58. Dancing
60
59. Suspect
61
60. May, 1st
62
61. UNO
63
62. Damn
64
63. Wait For Me
65
64. Sacrifice
66
65. Bloody Rose
67
66. Raflesia
68
67. Lottery
69
68. Racing
70
69. Asanatha
71
70. Bury The Hatchet
72
71. Tree
73
72. The Winner
74
73. Healed
75
74. Reminisce
76
75. Andromeda
77
76. Grim
78
77. Farewell
79
78. Encounter
80
79. Sleep
81
80. Once Upon A Time
82
81. Prison
83
82. Open
84
83. Falsity
85
84. Second Meeting
86
85. Axiom
87
86. Helpless
88
87. Misfortune
89
88. Animus
90
CHAPTER BONUS [1-A]
91
CHAPTER BONUS [1-B]
92
CHAPTER BONUS [2-A]
93
CHAPTER BONUS [2-B]
94
CHAPTER BONUS [3-A]
95
CHAPTER BONUS [3-B]
96
CHAPTER BONUS [4-A]
97
CHAPTER BONUS [4-B]
98
89. Funeral • [ VOLUME 3 ]
99
90. Crestfallen
100
91. Agreement
101
92. Pizza Delivery (Part 1)
102
93. Pizza Delivery (Part 2)
103
94. Narrow (Part 1)
104
95. Narrow (Part 2)
105
96. Possessed
106
97. Sorrow (Part 1)
107
98. Sorrow (Part 2)
108
99. Jack O'Lantern
109
100. Beginning Of The End
110
101. Laxity
111
102. Savior
112
103. Hostage
113
104. Bad Idea
114
105. Underestimate
115
106. Memorials
116
107. Solving
117
108. Misunderstand
118
109. Curiosity Killed The Cat
119
110. Agony
120
111. Distance
121
112. Foolish
122
113. Fall To Pieces
123
114. Aphrodite
124
115. Loosing Grip
125
116. Insanity
126
117. Ruthless
127
118. Ignorance
128
119. Hypocrisy
129
120. Complicated
130
121. Dignity
131
122. Stupidity
132
123. Catacombs
133
124. Absurd
134
125. Backlash
135
126. Vanished
136
127. Break Free
137
128. Darkness In The Light
138
129. Ambush On All Sides
139
130. Mare's Nest
140
131. Tenet
141
132. Clandestine
142
133. Judas
143
134. Sinister
144
135. Desire
145
136. Ares
146
137. Embrace
147
138. Up In The Air
148
139. Prejudice
149
pengumuman: LIST TOKOH
150
140. Diverge
151
141. Noticed
152
142. Float Kiss
153
143. Liars
154
144. Reunion
155
145. The Answer
156
146. Liberated
157
147. Carnage
158
148. Vendetta
159
149. 1 Stone For 2 Birds
160
150. Better Place
161
151. Pleasure
162
152. Trust & Hope
163
153. Rest
164
154. Good & Bad News
165
155. Bald Cypress
166
156. Leave
167
157. Painful
168
158. Invitation
169
159. A Guest
170
160. Piece Of Art
171
161. Aware
172
162. Journey
173
163. Inland
174
164. Westafo Hall
175
pengumuman: BREAK
176
165. Madam Derba
177
166. Good Side
178
167. The Stage
179
168. Breakfast • [ VOLUME 4 ]
180
169. Deception
181
170. Evaluate
182
171. Dissent
183
172. Gratuitous
184
173. Departure
185
174. Voyage
186
175. Almost
187
176. Anger
188
177. Scratches
189
178. Discover
190
179. Out of Control
191
180. Perforce
192
181. Her
193
182. Myth
194
183. Him
195
184. Bleeding
196
185. Perfidy
197
186. Take Me Out of This Town

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!