16. Punishment

Adegan di sudut ruang kelas 2-D itu memiliki satu orang penonton. Ia nyaris kehilangan akal karena sungkan bertanya pada saudaranya, dan saat ia menemukan gadis itu sedang asyik melodrama dengan orang lain, lelaki lain, ia tak bisa menahan gertakan gigi-giginya.

Sekarang semuanya jelas. Mereka berdua berbagi rasa yang sama. Entah mengapa fakta itu membakar dadanya. Apa yang salah dengannya? Gigi-giginya menggertak lebih keras. Segala hal menyangkut elf itu selalu berhasil memporak-porandakan nalarnya. Begitu besar dampak yang dia bubuhkan terhadap dirinya, dan hal itu semakin membuatnya berselera untuk menghancurkan mereka berdua.

Esok hari dan seterusnya, Glen dan Zeze tetap bersikap normal seakan tak pernah terjadi apa pun di antara mereka. Bahkan beberapa hari belakangan, Zeze terang-terangan berinteraksi dengan Glen. Ia sudah tidak peduli. Toh, setiap mata dan telinga sudah tahu tentang kedekatan si murid baru dengan Glen Leios. Bukankah kata mereka, 'pecundang' hanya akan menempel dengan sejenisnya? Jika menjadi pecundang bisa membuatnya lebih dekat dengan Glen, ia akan dengan senang hati menyandang gelar itu seumur hidupnya.

Pada pelajaran biologi, Madam Viologos mengimbau semua murid di dalam kelas itu untuk berkelompok dengan teman sebangku dalam rangka mengamati berbagai jenis sel. Kini sebuah mikroskop telah berpijak di antara meja Glen dan Zeze.

"Aku tidak tahu bagaimana menggunakannya," tutur Zeze. Ditatapnya Glen yang berdiri kaku di sisi kanannya dengan sorot penuh harap.

“Internet,” balas Glen dari sela gigi tanpa sedikit pun memberinya lirikan.

Sebenarnya Zeze telah menduga Glen tidak akan mau repot-repot mengajarinya, tapi mengapa jawaban lelaki itu masih saja membuatnya sebal?

Mereka membagi tugas. Ketika tiba di giliran sel epitel, mereka menjadi ragu dan canggung. Lelah karena harus terus-terusan saling lirik, Zeze pun mengalah dan mengajukan diri untuk melakukannya sendiri.

Zeze menukil bagian dalam pipinya dengan cotton budd, mengoleskannya di kaca preparat, lalu menoleh pada teman sebangkunya, "Siapa yang akan lihat?"

"Silakan," Glen bergumam tanpa menatapnya.

Sementara Zeze mengobservasi, Glen mencatat poin-poin yang diberikannya.

"Glen, kau tahu, ada sebagian dýnami-ku di sana," Zeze menyeringai lebar.

Glen mengabaikannya, fokus mengeluarkan kaca preparat berisi daging pipi bagian dalam Zeze dari penjepit mikroskrop, ketika tahu-tahu benda yang dipegangnya terbakar! Kaget, benda tipis itu refleks terlempar dari jepitan jari-jarinya.

Tawa Zeze meledak terhadap reaksi Glen, sehingga membuatnya mendelik dan mendesis ke arahnya, "Cobalah untuk serius."

Zeze mengangkat bahu, "Aku sudah memperingatkanmu."

Pelajaran berpedang menggantikan jam pelajaran biologi. Setelah melakukan pemanasan bersama di lapangan, Mr. Spathi mengintruksikan kepada dua puluh enam murid yang telah mengganti seragam mereka dengan kaos dan celana training loreng untuk membuat barisan. Dua tangan terjalin di belakang pinggang sementara kedua kaki memisah, pundak tegak, dagu naik.

"Pada Tahun Pertama, kalian telah diperkenalkan dengan empat macam pedang yang masih relevan di masa kini. Sekarang, pada Tahun Kedua, kalian dibebaskan untuk memilih satu jenis pedang yang akan kalian gunakan di sepanjang semester. Ingat, pilihlah yang benar-benar sesuai dengan kemampuan fisik dan keahlian kalian. Saya akan mengadakan duel setiap dua minggu sekali untuk mencatat perkembangan kalian, untuk mengetahui apakah jenis pedang yang kalian pilih telah benar-benar sesuai. Ini penting untuk penilaian di tingkat akhir," jelas Mr. Spathi di hadapan mereka semua.

"Namun sebelum itu, Miss Dianova, tolong jelaskan karakteristik dari masing-masing keempat jenis pedang tersebut. Cukup poin-poinnya saja." Mr. Spathi menunjuk seorang siswi di deretan kedua dari depan. Zeze tahu siapa itu; Si Pirang menyebalkan.

Dia tersentak karena tidak menyangka namanya akan dipanggil. Mr. Spathi pasti memergokinya sedang berbisik-bisik dengan siswi lain di belakangnya. Pria itu masih menunggunya buka suara. Namun yang dia ucapkan hanya berupa cicitan, "Saya... tidak tahu, Sir. Saya lupa."

"Aku tidak tahu libur panjang bisa menghapus sebagian memori dari otak seseorang." Mr. Spathi menatap Si Pirang dari balik bulu mata, sehingga membuatnya semakin menunduk ketakutan.

Lalu pria itu melayangkan tatapan ke ujung barisan, tepat di mana Zeze berdiri.

"Bagaimana aku tahu pedang apa saja yang masih relevan," gumam Zeze yang menyadari tatapan itu.

Glen, yang berdiri di sisi kiri Zeze, tentu saja mendengar keluhannya. Laki-laki berkaus abu gelap itu kemudian membisikkan keempat jenis pedang yang dimaksud dalam satu tarikan napas ke telinga kiri Zeze, "Longsword, katana, rapier, sabre."

Zeze membalas informasinya dengan satu anggukan, meskipun terkejut.

"Miss Finn?"

Visual sejumlah pedang antik yang terpajang di dinding ruang santai sayap timur istana langsung muncul di dalam kepalanya.

"Longsword, pedang bermata dua. Bentuknya lurus dan panjangnya sekitar satu meter. Lebih mengutamakan power dan diciptakan sebagai senjata penusuk. Memiliki hasil tebasan yang tidak sebaik katana.

"Selanjutnya, Katana, pedang bermata satu dari Jepang. Bilahnya agak melengkung untuk mendukung fungsi utamanya, yaitu menebas. Lebih mengutamakan kecepatan dan ketepatan, sehingga buruk dalam pertarungan yang memakan waktu.

"Lalu, Rapier, pedang bermata dua berbentuk ramping dan lurus serta meruncing di bagian ujungnya. Diutamakan sebagai senjata pendorong dan penusuk. Rapier memiliki gagang yang rumit untuk melindungi tangan. Gagang rapier didesain untuk penggunaan satu tangan, itulah yang nembedakannya dengan longsword.

"Terakhir, Sabre, pedang bermata satu yang merupakan hasil penggabungan rapier dan katana, karena memiliki gagang rumit sebagai pelindung tangan dan sisi melengkung untuk menebas. Merupakan pedang yang digunakan dengan satu atau dua tangan. Fungsi utamanya adalah untuk memotong."

Mr. Spathi mengangguk, “Terimakasih. Sekarang, saya akan beri waktu kepada kalian untuk memutuskan pedang apa yang akan kalian gunakan. Setelahnya, pilih satu orang sebagai partner battle kalian.” Usai mengumumkan, ia menghilang ke dalam ruang penyimpanan pedang. Murid-murid pun mengekorinya.

Zeze sedikit memundurkan langkahnya agar bisa sejajar dengan Glen. "Apa pilihanmu?" Tanyanya.

"Katana."

Zeze hanya mengangguk tanpa menanggapi sehingga mengundang lirikan mata Glen. "Kau?"

Mata Zeze mengerjap. Ditengoknya laki-laki itu dengan pandangan heran. Dia bertanya?

"Sabre, kurasa," jawabnya ragu. "Aku tidak pandai menggunakan pedang."

Glen tak menyahut, justru memacu langkahnya agar bisa mendahului Zeze.

Mereka memasuki sebuah ruangan yang lebih pantas disebut museum dibanding tempat penyimpanan. Di dalamnya berjejer ratusan pedang yang dikelompokkan berdasarkan jenis dengan model dan warna yang beraneka ragam, masing-masing bersemayam di dalam lemari kaca.

*Credits to the artist

Zeze tampak sangat tertarik, terbukti dari caranya mondar-mandir membandingkan pedang yang satu dengan yang lain.

Jika pedang-pedang ini diperjualbelikan, aku pasti akan ada di antrian paling depan. Yah, bukan berarti aku akan menggunakannya, tapi berani taruhan usia pedang-pedang ini pasti lebih tua dari kakek buyutku.

“Cocok untuk melengkapi koleksi barang antikku,” gumam Zeze, dan terlintas niat buruk untuk mengendap-endap pada malam hari dan mencuri pedang-pedang itu. Sebagai kolektor barang antik, Zeze mengerti betul kualitas dan nilai mereka. Baginya, tidak ada yang lebih menakjubkan dari saksi bisu sejarah.

Mungkin lain kali.

Pilihannya jatuh pada sabre di sudut ruangan dengan gagang berwarna hitam keemasan. Tertoreh ukiran kata 'Apollo' di sepanjang mata pisaunya yang saat dibawa keluar menguapkan spektrum warna ke udara bebas atas pantulan sinar mentari. Entah apa yang membuatnya tertarik dengan benda itu, padahal banyak pedang serupa dengan desain yang lebih menarik. Hanya saja aura pedang itu menggugah minatnya. Mengusiknya di titik yang sulit dimengerti.

Dilihatnya sekeliling, semuanya telah berpasangan. Zeze memilih duduk bersila di pinggir lapangan sambil menyaksikan teman-teman sekelasnya diobservasi oleh Mr. Spathi.

Hingga tiba saatnya Mr. Spathi memanggil namanya, "Siapa partnermu, Miss Finn?"

Otomatis mata birunya melayang pada Glen yang tengah duduk melamun di pinggir lapangan, kepala menunduk ke telapak tangan. Merasa diperhatikan, Glen mengangkat kepalanya, dan mata mereka bertemu.

"Dia," Zeze menunjuknya.

Mr. Spathi mengangkat alis tidak yakin. Ia tahu seperti apa anak itu di setiap mata pelajaran, dan semua murid pasti akan langsung menghindarinya.

Glen menyipitkan mata, lalu dengan perlahan—nyaris tidak terlihat—ia menggeleng. Namun Zeze tidak peduli, ia masih menantinya untuk beranjak.

Mr. Spathi masih menilik Glen dengan sorot ragu. Murid Baru ini sepertinya belum mengerti apa pun. Namun durasi tak memberinya pilihan. “Mr. Leios?”

Glen membuang kasar napasnya. Tidak bisakah ia seperti sedia kala; diabaikan, tidak dianggap, dikucilkan? Sepertinya akan sulit selama Zeze ada di dekatnya.

Menyerah, Glen bangkit dari tempatnya duduk dan dengan berat hati mengayunkan kaki menuju Zeze, yang menunggunya dengan senyum iseng.

"Maaf sebelumnya, Sir," ucap Glen setibanya di hadapan mereka, "Tanganku sedang terluka."

Zeze mengangkat sebelah alis, apa yang sedang dia rencanakan?

Glen yang menyadari tatapan curiga itu pun mengangkat tangan kanannya, suatu tindakan yang nyaris mengeluarkan bola mata Zeze dari sarangnya. Luka melepuh tertoreh di sepanjang jempol hingga jari manis Glen!

"Ah, benar. Sebaiknya jangan. Baiklah, Miss Finn, Anda harus mencari partner yang lain."

Zeze mematung dengan rahang terkatup. Sepasang mata birunya adalah lelehan es yang menghujankan beribu model permintaan ampun atas kebodohan yang telah diperbuatnya. Siapa sangka leluconnya malah menghalanginya untuk bisa merasakan serunya pertarungan melawan Glen. Lebih parah dari itu, ia baru saja melukainya!

Glen hanya memberinya lirikan ringkas sebelum kembali ke tempat semula; pinggir lapangan. Bahkan setelah bokongnya kembali terhubung dengan tanah berumput, tatapan penuh rasa bersalah itu masih menggelayutinya.

Sebenarnya ia lebih dari sehat untuk sekedar meladeni permainan kekanakan Zeze. Luka sekecil itu hanyalah gigitan serangga baginya. Namun, ia tidak bisa menunjukkan kartu asnya sekarang—karena ia yakin Zeze tidak akan membiarkannya bertarung dengan tanggung-tanggung.

Glen menggeleng, sebelum pikirannya mengakar. Ia tidak boleh melewatkan kesempatan untuk mempelajari gaya bertarung gadis berambut platinum yang diikat satu itu. Artemis sesaat lagi akan bertarung. Lawannya adalah seorang siswa yang wajahnya cukup familier—Glen ingat dia juga sesekali ambil bagian dalam memukulinya, dan dari caranya menatap Zeze, Glen tahu dia menyimpan ketertarikan terhadap gadis itu.

Mereka saling berhadapan. Zeze dengan sabre, lelaki itu dengan katana.

"Aktifkan Engýisi di pedang pilihan kalian," imbau Mr. Spathi.

Di saat lawannya telah mengangkang—membangun kuda-kuda—Zeze masih dalam posisi normal dengan sebilah pedang menggantung di tangan kiri. Gadis itu sama sekali tidak mau repot mengukuhkan pedangnya ke depan dada sebagai sikap siap menyerang, ataupun menerima serangan. Ia hampir tidak membuat gerakan. Bahkan saat lawannya maju—dengan tangan kiri memegangi sarung kayu katana, dan tangan kanan menggenggam gagangnya—posisinya belum berubah.

Barulah saat lelaki itu mencabut katana dari sarungnya, tangan Zeze bergerak untuk menahan serangannya. Kedua mata pisau itu beradu, melahirkan dentingan yang berdengung membelah udara. Kecepatan serangan Zeze sangat tidak normal hingga bahkan untuk sesaat, lawannya tidak yakin apa yang baru saja terjadi.

Dia merenggut kembali katana yang baru saja beradu dengan sabre sambil melompat mundur. Kakinya menggesek tanah lapangan sampai melepaskan rerumputan dari akarnya. Sebaliknya, kaki Zeze masih menapaki tanah yang sama, tak berpindah satu inci pun.

Setiap orang yang menonton menganggap apa yang dilakukan Zeze tadi luar biasa, kecuali Glen dan Mr. Spathi. Dia tidak berbohong saat menyatakan bahwa dirinya tidak pandai menggunakan pedang. Gerakannya berdasar hanya pada insting petarung sejati ketika mencium aroma bahaya. Tak ada teknik khusus dan seni yang terkandung di dalamnya.

Orang itu mulai lagi, kali ini dia mencoba menyerang Zeze dari titik butanya. Dia bergerak lurus menuju target yang masih mematung, lalu mengubah haluannya ke barat daya.

Kecohan yang buruk. Meski tubuh Zeze tak bergerak, bukan berarti matanya tidak mengikuti.

Di pinggir lapangan, Glen menyadari bahwa laki-laki itu mengubah arahnya dua kali, dan berhenti di belakang Zeze untuk membungkam leher belakangnya.

Sekalipun pertandingan itu merupakan bagian dari latihan, tetapi para murid akademi diwajibkan untuk bertarung seakan nasib mereka ditentukan oleh hasil akhirnya. Tak perlu mengkhawatirkan kecelakaan yang tidak disengaja karena setiap pedang dilengkapi oleh Engýisi, semacam sistem keamanan reaktif—bilah pedang akan menumpul dan menjadi seempuk busa—yang akan langsung aktif saat mendeteksi tekstur kulit dan suhu tubuh suatu makhluk hidup.

Dan sekarang yang menjadi incaran lelaki itu adalah leher, bagian tubuh manusia paling riskan, sasaran wajib bagi para pengguna katana yang dikenal dengan kecepatan dan ketangkasannya. Dia menyadari bahwa adu pedang merupakan skenario buruk bagi para pengguna katana. Itu berisiko merusak mata pisau, mengingat katana didesain untuk pukulan final yang memberikan kematian cepat.

Tinggal sedikit lagi, dan dia melihat Zeze mengulurkan tangan kanannya ke belakang tanpa peringatan. Katana-nya pun membentur sabre Zeze, bukan leher seperti yang direncanakan.

Tanpa menoleh!? Sungguh, gerakan itu mengagetkannya.

Lelaki itu mencoba mundur untuk mengatur ulang strategi. Namun sayangnya sudah terlambat. Dengan sabre yang masih menahan katana lelaki itu, Zeze memutar tubuhnya dengan tumit sebagai poros. Kemudian, dengan satu gerakan cepat, Zeze merendahkan tangannya dan membalik posisi pedangnya, menusukkan bagian tumpul gagang sabre ke perut samping lawannya. Tekanannya menyeterum seluruh persendian, lelaki itu terbungkuk paksa dan meringis kesakitan. Katana lolos dari tangan dan berdentang di dekat kakinya.

"Maaf," Sama sekali tidak ada penyesalan di dalam suara itu. Ditatapnya rambut hitam lelaki yang tengah membungkuk di hadapannya itu dengan acuh tak acuh, seakan sudah seharusnya dia merendahkan kepala untuknya.

"Baiklah, cukup," seru Mr. Spathi yang mendekat ke arahnya.

Tak ada komentar, kritik maupun saran, yang pria itu kerahkan untuk Zeze, tidak seperti yang dilakukannya kepada murid-murid yang lain. Bukan karena Zeze tak bercela, sebaliknya. Gerakannya sama sekali tidak mencerminkan seni berpedang mana pun yang ada di dunia. Gerakannya tidak mempunyai ciri khas. Dia bergerak hanya karena keharusan belaka.

Dalam pertarungan sungguhan, hal tersebut justru dianggap sebagai suatu keuntungan—pihak musuh tidak akan mudah menebak pola gerakannya. Namun kali ini Zeze sedang berada di dalam sebuah akademi yang terikat akan prosedur dan tata tertib. Oleh karena itu, menurut Mr. Spathi, Zeze telah keluar jalur.

Itu... tidak salah lagi adalah ‘systema’. Dari mana seorang gadis muda sepertinya mempelajari teknik yang begitu mengesankan sekaligus mengerikan itu? Dia seolah tidak asing dengan pertarungan nyata.

"Cukup sampai di sini pertemuan kita kali ini. Sampai bertemu minggu depan," tutup Mr. Spathi usai memastikan lawan Zeze yang tengah mengaduh kesakitan itu baik-baik saja.

Glen yang sejak awal menonton kejadian itu pun beranjak menuju ruang penyimpanan pedang. Ia merasakan seseorang tengah berupaya mengimbangi langkahnya dari sisi kiri tubuhnya, dan ia tidak perlu menebak siapa.

"Seharusnya kau yang menjadi lawanku," keluh Zeze. "Pasti tidak akan berakhir secepat itu."

Glen tidak menyahut. Sesampainya di dalam ruang penyimpanan, ia langsung meletakkan katana yang tidak terpakai di tempatnya semula dan menutup pintu kacanya, lalu menoleh ke arah Zeze yang sedang asyik mengagumi senjata-senjata antik.

Merasakan beratnya tatapan, Zeze pun membalik badan dan mendapati pelakunya adalah Glen. Dia menatapnya dengan tatapan yang selalu sulit untuk diartikan dalam sekali baca.

Zeze mendekati Glen dan berhenti dua langkah darinya. Suasana jauh lebih sunyi karena semua orang tengah menikmati waktu istirahat, meninggalkan mereka berdua di dalam.

"Maaf soal tanganmu," sesalnya.

Glen masih membisu, menyelam lebih dalam dan semakin dalam di kedalaman sepasang kubangan biru yang tersaji tepat di depan matanya.

Mendapat kuncian mata dari Glen membuat Zeze menjadi salah tingkah sehingga melirik ke segala arah, ke mana pun kecuali di sepasang manik hitam itu.

Glen terkekeh melihat tingkahnya. Ia mendesah pelan dan berkata, "Tidak apa..."

Dari balik bulu matanya, Zeze memberanikan diri untuk menatapnya lagi.

"... anggap saja itu hukuman untukku."

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Longsword

Lebih mengandalkan kekuatan otot karena bobotnya yang berat. Bisa buat nebas tapi lebih worthy buat nusuk. Karena berat, pedang ini biasa dipegang menggunakan dua tangan. Yang bisa megang menggunakan satu tangan biasanya tangannya kuat banget, tuh.

.

.

Katana

Lebih mengutamakan kecepatan tangan. Fungsi utamanya untuk menebas. Gak cocok buat bertarung lama-lama. Makanya penggunanya langsung mengincar nadi.

.

.

Rapier

Nah, ini pedang yang biasa ada di olahraga anggar. Itu tuh yang bertarungnya harus menggunakan baju khusus dan pelindung kepala. Lebih diutamakan sebagai senjata penusuk.

.

.

Sabre

Pedang ini yang tadi dipilih Zeze. Dari bentuknya kita bisa lihat kalau pedang ini adalah gabungan dari katana dan rapier. Pisaunya melengkung seperti katana, dan ada pelindung tangannya seperti rapier. Sabre fungsi utamanya untuk motong-motong tubuh.

.

Pilih yang mana nih? Kalau aku sih sreg di katana, cepet gitu kan soalnya, terus lebih mengutamakan dexterity dan crit atk. Yang biasa main game pasti tahu.

Terpopuler

Comments

elena

elena

ù💖💖💖💖💖💖👍👍💝💝💝💘💘

2021-08-20

1

Lala

Lala

siapa suruh iseng

2020-04-20

2

lihat semua
Episodes
1 1. Burn • [ VOLUME 1 ]
2 2. Started
3 3. Cracked Mask
4 4. Fiancé
5 5. Whisper
6 6. Academy
7 7. Empty Chair
8 8. Untitled
9 9. Goddess
10 10. Orange
11 11. Idiot
12 12. Red Rose
13 13. Smooth Criminal
14 14. New Toy
15 15. Heaven Is A Place Where Nothing Ever Happens
16 16. Punishment
17 17. Misner Space
18 18. Light
19 19. Deal
20 20. Cemetery
21 21. Rozeale Ankhatia
22 22. If It Was You
23 23. Old Friend
24 24. Falling
25 25. Imbalance
26 26. Struggle
27 27. The Healer
28 28. Reset
29 29. Fairytale
30 30. Forgotten
31 31. Debutante
32 32. Silly
33 33. Artemis
34 34. Partner In Crime
35 35. Nuts
36 36. Framed
37 37. Cola
38 38. Bored
39 39. Variable
40 40. Help!
41 41. Zero
42 42. Trick Or Treat?
43 43. The Game
44 44. Chapter Two
45 45. Continued
46 pengumuman: CAST
47 46. Discussion • [ VOLUME 2 ]
48 47. Lust
49 48. Home
50 49. Right Side
51 50. Riddle
52 51. Decode
53 52. Sweet Seventeen
54 53. Spring Cup
55 54. Mystery
56 55. Mr. Rious
57 56. Interrogation
58 57. Database
59 58. Dancing
60 59. Suspect
61 60. May, 1st
62 61. UNO
63 62. Damn
64 63. Wait For Me
65 64. Sacrifice
66 65. Bloody Rose
67 66. Raflesia
68 67. Lottery
69 68. Racing
70 69. Asanatha
71 70. Bury The Hatchet
72 71. Tree
73 72. The Winner
74 73. Healed
75 74. Reminisce
76 75. Andromeda
77 76. Grim
78 77. Farewell
79 78. Encounter
80 79. Sleep
81 80. Once Upon A Time
82 81. Prison
83 82. Open
84 83. Falsity
85 84. Second Meeting
86 85. Axiom
87 86. Helpless
88 87. Misfortune
89 88. Animus
90 CHAPTER BONUS [1-A]
91 CHAPTER BONUS [1-B]
92 CHAPTER BONUS [2-A]
93 CHAPTER BONUS [2-B]
94 CHAPTER BONUS [3-A]
95 CHAPTER BONUS [3-B]
96 CHAPTER BONUS [4-A]
97 CHAPTER BONUS [4-B]
98 89. Funeral • [ VOLUME 3 ]
99 90. Crestfallen
100 91. Agreement
101 92. Pizza Delivery (Part 1)
102 93. Pizza Delivery (Part 2)
103 94. Narrow (Part 1)
104 95. Narrow (Part 2)
105 96. Possessed
106 97. Sorrow (Part 1)
107 98. Sorrow (Part 2)
108 99. Jack O'Lantern
109 100. Beginning Of The End
110 101. Laxity
111 102. Savior
112 103. Hostage
113 104. Bad Idea
114 105. Underestimate
115 106. Memorials
116 107. Solving
117 108. Misunderstand
118 109. Curiosity Killed The Cat
119 110. Agony
120 111. Distance
121 112. Foolish
122 113. Fall To Pieces
123 114. Aphrodite
124 115. Loosing Grip
125 116. Insanity
126 117. Ruthless
127 118. Ignorance
128 119. Hypocrisy
129 120. Complicated
130 121. Dignity
131 122. Stupidity
132 123. Catacombs
133 124. Absurd
134 125. Backlash
135 126. Vanished
136 127. Break Free
137 128. Darkness In The Light
138 129. Ambush On All Sides
139 130. Mare's Nest
140 131. Tenet
141 132. Clandestine
142 133. Judas
143 134. Sinister
144 135. Desire
145 136. Ares
146 137. Embrace
147 138. Up In The Air
148 139. Prejudice
149 pengumuman: LIST TOKOH
150 140. Diverge
151 141. Noticed
152 142. Float Kiss
153 143. Liars
154 144. Reunion
155 145. The Answer
156 146. Liberated
157 147. Carnage
158 148. Vendetta
159 149. 1 Stone For 2 Birds
160 150. Better Place
161 151. Pleasure
162 152. Trust & Hope
163 153. Rest
164 154. Good & Bad News
165 155. Bald Cypress
166 156. Leave
167 157. Painful
168 158. Invitation
169 159. A Guest
170 160. Piece Of Art
171 161. Aware
172 162. Journey
173 163. Inland
174 164. Westafo Hall
175 pengumuman: BREAK
176 165. Madam Derba
177 166. Good Side
178 167. The Stage
179 168. Breakfast • [ VOLUME 4 ]
180 169. Deception
181 170. Evaluate
182 171. Dissent
183 172. Gratuitous
184 173. Departure
185 174. Voyage
186 175. Almost
187 176. Anger
188 177. Scratches
189 178. Discover
190 179. Out of Control
191 180. Perforce
192 181. Her
193 182. Myth
194 183. Him
195 184. Bleeding
196 185. Perfidy
197 186. Take Me Out of This Town
Episodes

Updated 197 Episodes

1
1. Burn • [ VOLUME 1 ]
2
2. Started
3
3. Cracked Mask
4
4. Fiancé
5
5. Whisper
6
6. Academy
7
7. Empty Chair
8
8. Untitled
9
9. Goddess
10
10. Orange
11
11. Idiot
12
12. Red Rose
13
13. Smooth Criminal
14
14. New Toy
15
15. Heaven Is A Place Where Nothing Ever Happens
16
16. Punishment
17
17. Misner Space
18
18. Light
19
19. Deal
20
20. Cemetery
21
21. Rozeale Ankhatia
22
22. If It Was You
23
23. Old Friend
24
24. Falling
25
25. Imbalance
26
26. Struggle
27
27. The Healer
28
28. Reset
29
29. Fairytale
30
30. Forgotten
31
31. Debutante
32
32. Silly
33
33. Artemis
34
34. Partner In Crime
35
35. Nuts
36
36. Framed
37
37. Cola
38
38. Bored
39
39. Variable
40
40. Help!
41
41. Zero
42
42. Trick Or Treat?
43
43. The Game
44
44. Chapter Two
45
45. Continued
46
pengumuman: CAST
47
46. Discussion • [ VOLUME 2 ]
48
47. Lust
49
48. Home
50
49. Right Side
51
50. Riddle
52
51. Decode
53
52. Sweet Seventeen
54
53. Spring Cup
55
54. Mystery
56
55. Mr. Rious
57
56. Interrogation
58
57. Database
59
58. Dancing
60
59. Suspect
61
60. May, 1st
62
61. UNO
63
62. Damn
64
63. Wait For Me
65
64. Sacrifice
66
65. Bloody Rose
67
66. Raflesia
68
67. Lottery
69
68. Racing
70
69. Asanatha
71
70. Bury The Hatchet
72
71. Tree
73
72. The Winner
74
73. Healed
75
74. Reminisce
76
75. Andromeda
77
76. Grim
78
77. Farewell
79
78. Encounter
80
79. Sleep
81
80. Once Upon A Time
82
81. Prison
83
82. Open
84
83. Falsity
85
84. Second Meeting
86
85. Axiom
87
86. Helpless
88
87. Misfortune
89
88. Animus
90
CHAPTER BONUS [1-A]
91
CHAPTER BONUS [1-B]
92
CHAPTER BONUS [2-A]
93
CHAPTER BONUS [2-B]
94
CHAPTER BONUS [3-A]
95
CHAPTER BONUS [3-B]
96
CHAPTER BONUS [4-A]
97
CHAPTER BONUS [4-B]
98
89. Funeral • [ VOLUME 3 ]
99
90. Crestfallen
100
91. Agreement
101
92. Pizza Delivery (Part 1)
102
93. Pizza Delivery (Part 2)
103
94. Narrow (Part 1)
104
95. Narrow (Part 2)
105
96. Possessed
106
97. Sorrow (Part 1)
107
98. Sorrow (Part 2)
108
99. Jack O'Lantern
109
100. Beginning Of The End
110
101. Laxity
111
102. Savior
112
103. Hostage
113
104. Bad Idea
114
105. Underestimate
115
106. Memorials
116
107. Solving
117
108. Misunderstand
118
109. Curiosity Killed The Cat
119
110. Agony
120
111. Distance
121
112. Foolish
122
113. Fall To Pieces
123
114. Aphrodite
124
115. Loosing Grip
125
116. Insanity
126
117. Ruthless
127
118. Ignorance
128
119. Hypocrisy
129
120. Complicated
130
121. Dignity
131
122. Stupidity
132
123. Catacombs
133
124. Absurd
134
125. Backlash
135
126. Vanished
136
127. Break Free
137
128. Darkness In The Light
138
129. Ambush On All Sides
139
130. Mare's Nest
140
131. Tenet
141
132. Clandestine
142
133. Judas
143
134. Sinister
144
135. Desire
145
136. Ares
146
137. Embrace
147
138. Up In The Air
148
139. Prejudice
149
pengumuman: LIST TOKOH
150
140. Diverge
151
141. Noticed
152
142. Float Kiss
153
143. Liars
154
144. Reunion
155
145. The Answer
156
146. Liberated
157
147. Carnage
158
148. Vendetta
159
149. 1 Stone For 2 Birds
160
150. Better Place
161
151. Pleasure
162
152. Trust & Hope
163
153. Rest
164
154. Good & Bad News
165
155. Bald Cypress
166
156. Leave
167
157. Painful
168
158. Invitation
169
159. A Guest
170
160. Piece Of Art
171
161. Aware
172
162. Journey
173
163. Inland
174
164. Westafo Hall
175
pengumuman: BREAK
176
165. Madam Derba
177
166. Good Side
178
167. The Stage
179
168. Breakfast • [ VOLUME 4 ]
180
169. Deception
181
170. Evaluate
182
171. Dissent
183
172. Gratuitous
184
173. Departure
185
174. Voyage
186
175. Almost
187
176. Anger
188
177. Scratches
189
178. Discover
190
179. Out of Control
191
180. Perforce
192
181. Her
193
182. Myth
194
183. Him
195
184. Bleeding
196
185. Perfidy
197
186. Take Me Out of This Town

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!