Reinkarnasi Menjadi Vampir Di Dunia Lain
Hujan badai yang begitu deras, diikuti oleh kilatan petir yang bergemuruh. Sebuah aroma darah terhapus akibat derasnya hujan. Dibalik gang yang sepi tertumpuk 11 buah mayat orang yang terpotong dengan rapi. Sebuah suara tapak kaki terdengar secara samar pergi menjauh dari area tersebut. Kilatan petir tampak begitu terang hingga memperlihatkan sebuah bayangan pria yang memegang pedang di tangan kanannya.
Suara sirene terdengar dan banyaknya langkah kaki menuju ke arah lokasi. Ada banyak sekali polisi yang tampak waspada dan memeriksa sekitar.
"Dia melakukannya lagi ... pembunuh para penjahat," gumam salah satu polisi.
"Kita harus bagaimana? Memang benar yang dibunuh adalah seorang penjahat, tapi pembunuhan tetaplah pembunuhan," ujar polisi lain.
Berita tentangnya tersebar seorang pembunuh yang hanya menargetkan para penjahat. Di malam hari yang dingin di sebuah apartemen, seorang siswi SMA sedang menonton berita di televisi tentang kasus pembunuhan tersebut.
"Haft~ berita ini lagi ... bukannya ini sudah lewat satu tahun? Kenapa mereka masih menyiarkan berita ini? Apa mereka tidak bosan?" gumamnya dengan kesal.
Menekan tombol off untuk mematikan televisi, ia pergi menuju ke kamarnya untuk tidur. Hari berganti dan ia pergi menuju ke sekolah untuk mengikuti ujian semester.
Ketika sampai disekolah ia disapa oleh banyak orang. "Bunga sekolah" itulah julukan yang ia punya. Seorang gadis cantik dan pintar menjadi idola bagi setiap siswa maupun siswi.
Miya Sayaka adalah nama dari siswi tersebut. Dari semua orang yang ada disekolah, hanya ada satu orang yang tampak tak tertarik padanya. Seorang siswa yang duduk di pojok belakang didekat jendela, Ferisu Furuhashi. Seorang siswa yang tak terlalu menarik perhatian, dingin, dan jarang bersosialisasi.
Terdapat sebuah kejadian yang membuat sikap Ferisu berubah, dan setelah selesai ujian ia akan pindah dari sekolah.
Seminggu setelah ujian selesai, Ferisu sedang dalam perjalanan pulang menuju ke rumahnya. Ketika sedang menunggu di sebuah halte bus. Hujan turun dengan deras secara tiba-tiba. Terdapat seorang anak kecil yang sedang memainkan bola. Angin bertiup dengan kuat sehingga menerbangkan bola itu ke jalan. Anak itu berlari mengejar bolanya yang bergelinding di jalan.
Suara klakson terdengar, lampu sorot dari sebuah mobil menyinari wajah anak tersebut. Teriakan dari orang-orang disekitar terdengar dengan jelas menyuruh anak itu menyingkir. Namun, semua itu sudah terlambat anak itu tak bisa bergerak lagi. Tubuhnya menjadi kaku ketika berada dalan situasi hidup atau mati.
Ketika sudah pasrah akan tertabrak tiba-tiba seorang laki-laki mengangkat nya dan membawanya kepinggir jalan sehingga tabrakan itu berhasil dihindari.
"Apa kau tak apa-apa?" tanyanya.
Tak menjawab pertanyaan lelaki itu, anak itu hanya bisa menangis kencang sembari meneriakan "Mama". Supir mobil itu juga langsung keluar untuk memeriksa anak yang hampir tertabrak. Ibu anak itu juga langsung berlari dengan wajah yang begitu khawatir.
Laki-laki itu bangun berdiri dan memberikan bola milik anak tersebut dengan senyuman hangat. "Ini bolamu, pegang yang erat yah," ucap Ferisu berusaha menghibur anak itu.
Anak itu menerima bola itu dalam pelukan ibunya. Setelah suasana mulai tenang, sebuah bus datang dan Ferisu menaikinya untuk pulang kerumahnya. Sebuah kediaman yang cukup besar, lapangan yang luas, taman yang dipenuhi oleh bunga dan air mancur, sebuah dojo untuk pelatihan beladiri.
Saat hendak membuka pintu rumah, raut muka Ferisu tampak lesu karena tak ada satupun orang yang menunggunya dirumah. Pergi ke ruang tamu, ia duduk di lantai sembari menyalakan televisi. "Huft~ hidup damai seperti ini memang enak, namun ... ."
Tempat tinggal Ferisu saat ini merupakan warisan yang ia terima dari kakeknya. Karena ia cucu satu-satunya dan kedua orang tuanya juga sudah meninggal ketika Ferisu masih kecil. Hidup sendirian ketika ditinggalkan oleh sang kakek, Ferisu merasa cukup frustasi. Kakeknya dikabarkan menghilang saat menjalankan sebuah misi. Polisi merupakan pekerjaan sang kakek.
"Huft~ semuanya pergi dan hanya tinggal aku sendirian. Yah, lagipula akulah penyebabnya," gumam Ferisu dengan senyum yang tampak sedih.
Jika saja aku bisa mengulangi hidupku, aku ingin menjadi orang yang lebih baik. Yah, reinkarnasi seperti yang ada di novel ataupun komik. Haha~ kurasa itu hanya terjadi di dunia fiksi.
Mematikan televisi, Ferisu pergi menuju ke kamarnya untuk tidur. Namun, ketika ia sampai di tangga paling atas terdengar suara bell dari pintu rumah. "Siapa yang datang malam-malam begini?" gumam Ferisu kembali turun.
Membuka pintu rumah, seorang pria dan wanita terlihat didepan pintu rumah. Mereka berdua merupakan paman dan bibi Ferisu dari adik kakeknya.
"Paman dan Bibi, apa kalian perlu sesuatu?" tanya Ferisu.
"Iya ... ," jawab sang Paman dengan senyum.
Sebuah pisau melesat dengan cepat menusuk dada Ferisu.
"Argh!" Memuntahkan darah dari mulutnya, Ferisu menahan rasa sakit dari tusukan tersebut. Rasa panas bersertakan nyeri sudah cukup biasa baginya untuk menahan rasa itu. Sembari tersenyum Ferisu menatap wajah paman-nya.
"K-kalian ingin mengambil tanah ini, kan? Uhuk ... haft~ aku menaruh suratnya di lemari kamarku," ucap Ferisu dengan nafas berat.
"Dasar iblis! Saat mau mati kau masih saja bisa tersenyum seperti itu!" teriak sang paman.
"Hahah~ yah, aku tak menyalahkan kalian jika ingin mengataiku iblis atau apapun. Semua itu memang salahku," saut Ferisu dengan senyum penyesalan.
Tangan kanan Ferisu bergerak dengan perlahan lalu memegang tangan sang Paman. "Bagaimana rasanya membunuhku? Apa kalian puas," ujar Ferisu.
"Ya, dengan begini keluarga sudah cukup puas karena iblis sepertimu menghilang," jawab sang Paman.
"Baguslah kalau begi-tu..." Kesadaran Ferisu mulai menghilang dan terlihat senyum diwajahnya yang tampak lega.
Di dalam kegelapan, Ferisu tak merasakan tubuhnya lagi. Ketika ia mulai mencoba untuk membuka mata, sebuah cahaya terang muncul secara mendadak dan membuatnya kembali menutup mata karena silau. Ketika membuka mata lagi, ia sudah berada di sebuah padang rumput yang luas.
"Di-mana ini ... ?" gumam Ferisu kebingungan.
Di dalam kebingungan tiba-tiba terdengar suara seorang wanita didalam kepala Ferisu.
"Ferisu-sama," panggil suara itu.
Ferisu menoleh kebelakang dan melihat seorang wanita berparas cantik memberikan salam hormat padanya.
"Tempat ini adalah taman para dewa," ujar wanita itu.
"Ba-bagaimana kau bisa tau namaku?" tanya Ferisu dengan heran.
"Kami akan menjelaskannya nanti, sekarang peganglah tanganku," jawab wanita itu sembari mengulurkan tangannya.
Kami? Jadi bukan hanya dia saja, masih ada orang lain disini. Apa mungkin ini akhirat?
"Tidak, ini bukanlah akhirat. Sudah kubilang, kan? Ini adalah taman para dewa," ujar wanita itu lalu meraih tangan Ferisu.
"K-kau bisa membaca isi pikiranku?" tanya Ferisu.
Saat wanita itu memegang tangan Ferisu, mereka berdua berpindah ke sebuah ruangan di dalam sebuah mansion. Terdapat 6 orang lain yang sedang duduk di sebuah kursi mengelilingi meja bundar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
F_Zaida_C
jadi inget lord cid
2024-02-21
1
🌟kucing wibu🌟
mirip mirip kaya eps pertama nya cid kageno
2024-01-21
1
miyamura kun~
hmmm kaya nya seruu
2023-12-19
0