Setelah perjalanan yang cukup lama, akhirnya mereka sampai di desa para ras bunny. Desa yang tersembunyi di dalam hutan agar tak diketahuil oleh ras lain terlebih lagi para manusia. Saat suara kereta kuda terdengar, para penduduk desa tampak begitu waspada dan siap untuk bertarung.
"Semuanya tenanglah! Ini aku!" teriak Kurumi sembari turun dari kereta kuda, mencoba untuk menenangkan para penduduk desa.
"Kurumi!? Apa benar itu kau?" tanya para penduduk untuk memastikan.
"Iya, ini aku," jawab Kurumi sembari melepaskan tudungnya, yang menunjukkan sepasang telinga kelincinya.
Mereka berjalan masuk ke desa, para kesatria tetap terikat di dalam kereta meskipun kesadaran mereka sudah kembali. Mencoba untuk melepaskan ikatannya? Itu mustahil. Tali yang mengikat mereka bukanlah tali biasa, melainkan darah yang memadat dan mengeras layaknya batu karang yang selalu menahan ombak.
Tapi, kenapa pedang darah bisa hancur saat melawan serigala ketika Ferisu baru sampai di dunia ini? Itu karena perbedaan energi sihir yang dimasukkan kedalam darah tersebut. Saat ini Ferisu hanya memiliki sisa energi sebanyak dua puluh persen di tubuhnya.
Untuk mempertahankan darah itu, energi sihirnya terhisap secara perlahan. Dalam perjalanan menuju ke desa ras bunny, Ferisu tak menemukan satupun monster ataupun hewan hingga tak bisa memulihkan energi sihirnya. Satu-satunya pilihan hanyalah menghisap / meminum darah dari para ras bunny atau kesatria.
Di desa itu, Ferisu hanya duduk diam seorang diri sembari mengawasi para kesatria dari kekaisaran yang ia tangkap. Menghela nafasnya pelan dengan raut muka yang merasa bosan. "Hei, kenapa kalian menyamar menjadi bandit?" tanya Ferisu mencoba untuk menggali informasi.
"Hah? Siapa juga yang mau memberi tahumu!" balas kesatria yang terikat dengan wajah yang tampak kesal.
Ferisu menggerakkan jari telunjuk tangan kanannya ke atas dan ke bawah. Kemudian kesatria yang membalas ucapannya berteriak kesakitan karena darah yang mengikatnya memunculkan duri yang begitu tajam. Menusuk menembus baju zirah miliknya.
"Apa kalian tahu, aku bisa menggali informasi dari kalian tanpa harus bersusah payah," ucap Ferisu bangun berdiri dan berjalan mendekati kesatria yang berteriak kesakitan.
Sulur darah itu mulai melonggar dan melepaskan kesatria itu. Sekujur badannya yang berlumuran darah membuat tubuhnya lemas dan tak memiliki tenaga lagi. Menarik rambut kesatria itu, Ferisu melemparnya keluar dari kereta kuda dengan ekspresi dingin.
Kesatria itu terbaring lemas di tanah dengan kubangan darah di bawah tubuhnya. Menarik rambut kesatria itu lagi, "Tatap mataku!"
Mata merah yang menyala, mirip seperti warna darah segar yang berkubang di bawah kesatria itu. Mata mereka saling bertemu, lalu kesatria itu mulai kehilangan kendali akan dirinya. Layaknya sebuah cangkang kosong, sebuah boneka.
"Baiklah, sekarang jawab pertanyaanku. Apa tujuan kalian?" tanya Ferisu pada kesatria yang telah ia hipnotis.
Disisi lain, Kurumi sedang berkumpul dengan para penduduk desa. Memberi tahu jika mereka harus pindah ke desa yang dipimpin oleh Ferisu. Desa Heiwa, sebuah desa yang akan menjadi titik awal kemunculan negeri utopia dimana semua ras bisa hidup berdampingan.
Semua ras bunny yang memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap Kurumi setuju untuk pindah ke desa tersebut. Kemampuan melihat masa depan milik Kurumi sudah menyelamatkan mereka beberapa kali, bagaimana mungkin mereka tak percaya dengan ucapan Kurumi.
Setelah berdiskusi panjang, mereka membereskan semua barang yang ada dirumah masing-masing. Tak membawa semuanya, mereka hanya membawa benda berharga saja. Semua penduduk, ras bunny berkumpul mendekat ke tiga kereta kuda yang berisikan kesatria kekaisaran yang terikat.
Melihat Ferisu yang sedang berbicara dengan salah satu kesatria yang memiliki tatapan kosong layaknya mata ikan mati. Mulutnya terus mengoceh tanpa henti memberikan informasi pada lelaki berambut silver yang ada di hadapannya.
Suara langkah kaki yang begitu banyak membuat Ferisu menoleh kebelakang. "Ah, kalian sudah selesai berdiskusinya?" tanyanya.
"Iya! Kami akan ikut bersama Anda!" jawab kepala desa ras bunny dengan tegas.
Saat itu Ferisu mengangkat tangan kanannya dan mengayunkannya seperti sedang menyuruh seseorang datang kemari. Kurumi datang menghampiri Ferisu, karena merasa jika dirinya dipanggil.
"Hei, Kurumi. Kau ingat tentang minum darah, kan?" ucap Ferisu sembari jongkok dan memegang kedua bahu Kurumi.
Kurumi mengangguk pelan.
"Apa aku bisa meminta darahmu?" tanya Ferisu dengan lembut.
"Iya, Kakak bisa meminumnya, hanya ini saja yang bisa Kurumi berikan," jawabnya.
Ferisu menarik pakaian Kurumi tepatnya pada bagian leher, sehingga memperlihatkan bahunya yang mungil. Secara perlahan Ferisu mendekat ke arah sana, taringnya yang tajam menusuk kedalam.
"Eggh!!" Kurumi merasakan nyeri yang hebat saat taring milik Ferisu menusuk tubuhnya. "Haft~ hafr~ ... ." Nafas Kurumi menjadi terengah-engah karena menahan rasa nyeri ketika darahnya dihisap.
Para penduduk desa terkejut melihat hal itu, namun mereka memilih untuk percaya dan tak melakukan apa-apa. Hingga pada akhirnya Ferisu melepaskan gigitannya.
Apa ini? Biasanya aku perlu dua sampai tiga monster untuk memulihkan energi sihirku. Tapi, hanya dengan beberapa teguk darah miliknya energi sihirku pulih hingga 80%. Terlebih lagi, darahnya lebih wangi dan enak ketimbang darah monster.
"Apa kau tak apa Kurumi?" tanya Ferisu dengan khawatir setelah meminum darah milik gadis itu.
"I-iya," jawab Kurumi dengan lirih sambil mengangguk pelan.
"Baiklah, aku tak tahu ini berhasil atau tidak," cuma Ferisu bangun berdiri dan menatap ke arah penduduk desa dengan serius.
Ferisu menarik nafas panjang lalu menghembuskannya. Ia mulai membayangkan sebuah sihir (menciptakan sihir) sebuah sihir yang dapat mempersingkat perjalanan. Bukan teleportasi, melainkan sebuah sihir perpindahan. Sebuah gerbang yang terhubung satu sama lain.
"Gate!"
Saat itu angin seperti terhisap ke satu tempat, tempat itu ada tepat dihadapan Ferisu. Sebuah kubus kecil dengan warna ungu kegelapan dengan kilatan listrik yang mengelilinginya. Kubus itu mulai pecah dan membentuk sebuah gerbang besar.
"Sepertinya berhasil," gumam Ferisu saat melihat gerbang tersebut.
Untuk memastikannya, Ferisu berjalan masuk kedalam gerbang itu terlebih dahulu. Gerbang itu langsung terhubung ke alun-alun desa Heiwa. Saat melewati gerbang, Ferisu melihat wajah penduduk yang panik sekaligus terkejut.
"Eh? Ah, ahahah." Ferisu tertawa kecil saat melihat para penduduk yang terkejut.
Karena dirasa aman, Ferisu mulai memanggil para ras bunny untuk memasuki gate dan berpindah ke desa Heiwa. Semua orang tampak terkejut, bagaimana mereka bisa berpindah tempat dengan begitu mudah.
Sihir? Mereka tak pernah melihat sihir semacam ini. Jika itu teleportasi, masih masuk akal. Karena sihir itu memang ada tapi hanya sedikit orang yang bisa memakainya.
"Jadi ini adalah desa Heiwa, kuharap kalian bisa hidup rukun dengan yang lainnya," ucap Ferisu dengan senyum hangat di wajahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments