Chapter 20 : Gadis Penyihir Yang Tak Bisa Menggunakan Sihir?

Setelah perjalanan yang cukup jauh, Ferisu akhirnya sampai di ibu kota kerajaan Yelusia yakni kota Urishia. Kota yang begitu besar dengan berbagai macam bangunan dan orang-orang yang terlihat gembira, sebuah kota yang begitu hidup.

"Jadi ini ibu kota yah, sepertinya ini kota yang benar-benar hidup," gumam Ferisu melihat kota dari luar gerbang.

Saat ini mereka sedang berbaris untuk melakukan pemeriksaan agar bisa masuk kedalam kota. Pemeriksaan berjalan cukup lancar walaupun ada sedikit hambatan karena kartu petualang milik Ferisu yang tidak aktif lagi.

Karena Ferisu sudah begitu lama tak mengambil misi di guild, kini ia sudah tak masuk kedalam daftar petualang. Ketika seorang petualang tak pernah mengambil misi lebih dari satu bulan, bahkan tak terlihat sekalipun di guild. Mereka akan dinyatakan hilang ataupun mati.

"Hmm~ kurasa aku tak perlu mendaftar lagi ... mungkin." Ferisu bergumam dengan kepala yang menunduk melihat ke arah sebuah kartu yang di pegang oleh tangannya.

Tak ada angin ataupun hujan, tiba-tiba seorang gadis dengan pakaian layaknya seorang penyihir menabrak Ferisu dengan cukup keras.

"Kya! Awh~"

Alfred melihat gadis yang terjatuh tersebut, lalu mengulurkan tangannya dengan senyum yang hangat. "Apa kau tak apa-apa?"

"Eh? I-iya," jawab gadis itu meraih tangan Alfred dan bangun berdiri.

Sosok pemuda yang memiliki rambut pirang dengan mata biru bagaikan hujan langit yang cerah membuat jantung gadis itu berdegup dengan kencang. Wajahnya tampak memerah memandangi wajah Alfred.

"Ada apa?" tanya Alfred dengan heran sembari memiringkan kepalanya.

"Ah! Tidak, bukan apa-apa," gelagap gadis itu membalas ucapan Alfred.

Saat itu tiba-tiba terdengar suara teriakan dari balik gang yang sempit. "Disana!" Terlihat ada beberapa orang yang berlarian seperti sedang mengejar sesuatu.

Gadis itu langsung berlari dan bersembunyi di belakang Alfred. Kakinya cukup gemetaran dan air matanya keluar.

"Jangan bilang, kau lah orang yang sedang dikejar kelompok itu?" ucap Ferisu dengan nada datar.

Gadis itu mengangguk pelan dan tetap memeluk Alfred dari belakang hingga tak ingin melepaskannya. Melihat hal itu Ferisu menghela nafasnya lalu berjalan ke arah rombongan itu.

"Selamat siang," sapa Ferisu dengan senyum simpul.

"Hah!? Apa yang kau inginkan Bocah!?" teriak kelompok itu.

"Aku akan memberikan kalian dua pilihan, pergilah ata-"

"Sikat dia!" teriak seseorang yang tampak sebagai pemimpin kelompok itu.

Ke empat orang yang ada bersamanya (anak buah) bergerak ke depan dan langsung menyerang Ferisu dengan senjata mereka. Namun, tiba-tiba belati dan pedang milik mereka terbang dan terjatuh ke lantai.

"Oi, oi, aku belum selesai bicara kau tau?" ucap Ferisu dengan tatapan dingin disertai aura membunuh yang kuat.

Pada saat itu terdengar suara langkah kaki kuda yang bergerak dengan cepat menuju lokasi pertikaian tersebut. Seorang wanita dengan armor putih dengan corak kuning meloncat dan berdiri di tengah-tengah (di antara dua kelompok yang sedang bertarung).

Sorot mata wanita itu melirik ke kiri ke kanan, memerhatikan dua kelompok yang sedang berseteru tersebut. "Apa kau bisa menghilangkan hawa membunuhmu itu?" pinta wanita itu pada Ferisu.

Ferisu memejamkan matanya lalu berbalik sembari menghilangkan hawa membunuh miliknya dan berjalan menuju ke tempat Alfred. Tanpa berbicara dengan kesatria wanita itu, Ferisu langsung berjalan pergi diikuti oleh Alfred dan gadis penyihir tersebut.

"Hei!" teriak kesatria itu.

Namun, Ferisu mengabaikannya dan terus berjalan pergi karena merasa hal merepotkan akan terjadi jika dia berada di dekat wanita itu.

Sebuah bangunan yang cukup besar, memiliki tanda kelinci dan bulan. Sebuah penginapan, saat ini mereka ada di depan pintu bangunan tersebut.

"Jadi, kenapa kau mengikuti kami?" ucap Ferisu melirik ke arah gadis penyihir itu.

"Eh?! Ah, tidak sebenarnya aku..."

Gadis itu cukup takut saat melihat Ferisu dan langsung berlindung di balik Alfred.

"Tak apa-apa, kan, Ferisu?" ucap Alfred dengan nada bertanya.

"Huft~ baiklah, sepertinya dia juga sedang dikejar," ujar Ferisu sembari menghela nafasnya. "Jadi, kenapa kau dikejar? Kelilit hutang? Mencuri? Atau mungkin kau melecehkan seorang anak kecil karena fetis anehmu?"

"Hah! Apa yang kau katakan! Aku tak punya hutang, mencuri, apalagi fetis shotacon!" jawab gadis itu dengan ketus.

Saat melihat gadis itu kesal, Ferisu tampak tertawa kecil. "Haha, maaf, ayo masuk kedalam," ucapnya mengalihkan pembicaraan.

Alfred dan gadis itu duduk dimeja, sedangkan Ferisu pergi ke tempat resepsionis untuk memesan kamar.

"Kenapa kau bisa dikejar oleh mereka?" tanya Alfred dengan ramah.

"Se-sebenarnya... aku hampir dijadikan sebagi budak," jawab gadis itu pelan dengan wajah yang tampak ketakutan.

"Budak, yah," sela Ferisu yang datang menghampiri mereka dan langsung duduk untuk mendengarkan cerita gadis itu.

Saat itu ia ada di sebuah desa dimana ras catsith tinggal. Entah apa penyebabnya dirinya dimasukkan ke penjara saat datang ke desa itu. Gadis yang tak tahu apa-apa tentang dunia, walaupun ia berpakaian layaknya penyihir ia tak bisa menggunakannya.

"Namaku Lucy," ucap gadis itu memperkenalkan dirinya.

"Namaku Alfred dan ini..."

"Ferisu Furuhashi," sambung Ferisu.

Saat mendengar nama itu, Lucy merasa familiar. "Dimana aku pernah mendengar nama itu?" gumamnya mencoba mengingat. "Ah, benar! Itu nama seorang siswa yang dikabarkan menghilang!" batinnya saat berhasil mengingatnya.

Ferisu bangun berdiri dan berjalan meninggalkan mereka, ia naik kelantai dua menuju ke kamarnya. Alfred tetap duduk bersama Lucy dilantai pertama dan berbincang-bincang.

"Kau berasal dari mana, Lucy?" tanya Alfred.

"Eh, aaa... aku berasal dari tempat yang cukup jauh. Hanya itu saja yang bisa kukatakan," jawab Lucy yang tampak sedikit panik.

"Kenapa kau bisa dikejar oleh para pedagang budak?"

"Itu..."

Ia menceritakan alasan kenapa ia hendak dijadikan budak. Sebelumnya dia sudah bilang pernah di penjara di sebuah desa yang dihuni oleh ras catsith. Saat itu terjadi sebuah getaran yang hebat dari arah atas, terdengar teriakan dan suara pedang yang saling bersentuhan.

Tanpa ia sadari desa itu tengah diserang oleh para manusia. Pada awalnya Lucy mengira jika itu adalah kesatria dari kerajaan yang ingin menolongnya. Namun, ia juga dirantai dan diseret ke dalam kurungan yang ditarik oleh kereta.

Ia masuk kedalam ibu kota lewat jalur bawah tanah, saluran air. Disana ada begitu banyak penjara yang mengurung begitu banyak orang dari berbagai macam ras. Saat itu terjadi kegaduhan dan pintu jeruji di kereta itu terbuka. Lucy tak meninggalkan kesempatan itu, ia langsung keluar dari kurungan dan berlari sekuat tenaga.

"Begitulah ceritanya," ucap Lucy dengan ekspresi murung.

"Perdagangan budak, yah," gumam Alfred sembari memangku dagunya, "seharusnya hal itu dilarang oleh negara ini, ah aku baru ingat..." sambungnya mengingat tentang organisasi Eight Eyes.

Terpopuler

Comments

Elozz Eins

Elozz Eins

kok aku merasa ya🐧

2023-09-06

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 : Reinkarnasi
2 Chapter 2 : Dunia Envend
3 Chapter 3 : Pertarungan Dengan Tubuh Baru
4 Chapter 4 : Ras Goblin
5 Chapter 5 : Serangan Bandit
6 Chapter 6 : Goblin Dan Manusia
7 Chapter 7 : Serangan
8 Chapter 8 : Pembentukan Desa
9 Chapter 9 : Kota Petualang
10 Chapter 10 : Guild Petualang
11 Chapter 11 : Misi Pertama
12 Chapter 12 : Anak Kecil Di Distrik Merah?
13 Chapter 13 : Permintaan Ras Bunny
14 Chapter 14 : Desa Fulen
15 Chapter 15 : Malaikat Jatuh?
16 Chapter 16 : Para Pedagang?
17 Chapter 17 : Pertikaian
18 Chapter 18 : Kedatangan Ras Bunny
19 Chapter 19 : Menuju Ke Ibu Kota Urushia
20 Chapter 20 : Gadis Penyihir Yang Tak Bisa Menggunakan Sihir?
21 Chapter 21 : Mengajarkan Sihir
22 Chapter 22 : Kebetulan Yang Gila
23 Chapter 23 : Di Balik Senyum
24 Chapter 24 : Iblis Bertopeng Manusia
25 Chapter 25 : Mengeliminasi 1 Dari 8 Organisasi Gelap
26 Chapter 26 : Serangan Sepihak
27 Chapter 27 : Kembali Ke Awal
28 Chapter 28 : Petunjuk
29 Chapter 29 : Tujuan Baru
30 Chapter 30 : Pelatihan
31 Chapter 31 : Mencoba Untuk Percaya
32 Chapter 32 : Pertarungan Di Rawa
33 Chapter 33 : Pertarungan Di Rawa #2
34 Chapter 34 : Lembah Berkabut
35 Chapter 35 : Lamia
36 Chapter 36 : Terjalinnya Hubungan Dengan Para Lamia
37 Chapter 37 : Sword of Nothingness
38 Chapter 38 : Hutan Elf
39 Chapter 39 : Kedatangan Monster Bencana
40 Chapter 40 : Monster Zaman Dewa
41 Chapter 41 : Hilang Kendali
42 Chapter 42 : Alter Ego
43 Chapter 43 : Melepas Kutukan
44 Chapter 44 : Desa Heiwa Sementara
45 Chapter 45 : Berpindah Tempat
46 Chapter 46 : Hutan Dryad
47 Chapter 47 : Dryad Dan Fairy
48 Chapter 48 : Tuan Dari Hydra
49 Chapter 49 : Bersatu
50 Chapter 50 : Melanjutkan Perjalanan
51 Chapter 51 : Hutan Kematian
52 Chapter 52 : Menuju Dungeon
53 Chapter 53 : Colosseum
54 Chapter 54 : Mendaki Dungeon
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Chapter 1 : Reinkarnasi
2
Chapter 2 : Dunia Envend
3
Chapter 3 : Pertarungan Dengan Tubuh Baru
4
Chapter 4 : Ras Goblin
5
Chapter 5 : Serangan Bandit
6
Chapter 6 : Goblin Dan Manusia
7
Chapter 7 : Serangan
8
Chapter 8 : Pembentukan Desa
9
Chapter 9 : Kota Petualang
10
Chapter 10 : Guild Petualang
11
Chapter 11 : Misi Pertama
12
Chapter 12 : Anak Kecil Di Distrik Merah?
13
Chapter 13 : Permintaan Ras Bunny
14
Chapter 14 : Desa Fulen
15
Chapter 15 : Malaikat Jatuh?
16
Chapter 16 : Para Pedagang?
17
Chapter 17 : Pertikaian
18
Chapter 18 : Kedatangan Ras Bunny
19
Chapter 19 : Menuju Ke Ibu Kota Urushia
20
Chapter 20 : Gadis Penyihir Yang Tak Bisa Menggunakan Sihir?
21
Chapter 21 : Mengajarkan Sihir
22
Chapter 22 : Kebetulan Yang Gila
23
Chapter 23 : Di Balik Senyum
24
Chapter 24 : Iblis Bertopeng Manusia
25
Chapter 25 : Mengeliminasi 1 Dari 8 Organisasi Gelap
26
Chapter 26 : Serangan Sepihak
27
Chapter 27 : Kembali Ke Awal
28
Chapter 28 : Petunjuk
29
Chapter 29 : Tujuan Baru
30
Chapter 30 : Pelatihan
31
Chapter 31 : Mencoba Untuk Percaya
32
Chapter 32 : Pertarungan Di Rawa
33
Chapter 33 : Pertarungan Di Rawa #2
34
Chapter 34 : Lembah Berkabut
35
Chapter 35 : Lamia
36
Chapter 36 : Terjalinnya Hubungan Dengan Para Lamia
37
Chapter 37 : Sword of Nothingness
38
Chapter 38 : Hutan Elf
39
Chapter 39 : Kedatangan Monster Bencana
40
Chapter 40 : Monster Zaman Dewa
41
Chapter 41 : Hilang Kendali
42
Chapter 42 : Alter Ego
43
Chapter 43 : Melepas Kutukan
44
Chapter 44 : Desa Heiwa Sementara
45
Chapter 45 : Berpindah Tempat
46
Chapter 46 : Hutan Dryad
47
Chapter 47 : Dryad Dan Fairy
48
Chapter 48 : Tuan Dari Hydra
49
Chapter 49 : Bersatu
50
Chapter 50 : Melanjutkan Perjalanan
51
Chapter 51 : Hutan Kematian
52
Chapter 52 : Menuju Dungeon
53
Chapter 53 : Colosseum
54
Chapter 54 : Mendaki Dungeon

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!