Setelah perjalanan yang cukup jauh, Ferisu akhirnya sampai di ibu kota kerajaan Yelusia yakni kota Urishia. Kota yang begitu besar dengan berbagai macam bangunan dan orang-orang yang terlihat gembira, sebuah kota yang begitu hidup.
"Jadi ini ibu kota yah, sepertinya ini kota yang benar-benar hidup," gumam Ferisu melihat kota dari luar gerbang.
Saat ini mereka sedang berbaris untuk melakukan pemeriksaan agar bisa masuk kedalam kota. Pemeriksaan berjalan cukup lancar walaupun ada sedikit hambatan karena kartu petualang milik Ferisu yang tidak aktif lagi.
Karena Ferisu sudah begitu lama tak mengambil misi di guild, kini ia sudah tak masuk kedalam daftar petualang. Ketika seorang petualang tak pernah mengambil misi lebih dari satu bulan, bahkan tak terlihat sekalipun di guild. Mereka akan dinyatakan hilang ataupun mati.
"Hmm~ kurasa aku tak perlu mendaftar lagi ... mungkin." Ferisu bergumam dengan kepala yang menunduk melihat ke arah sebuah kartu yang di pegang oleh tangannya.
Tak ada angin ataupun hujan, tiba-tiba seorang gadis dengan pakaian layaknya seorang penyihir menabrak Ferisu dengan cukup keras.
"Kya! Awh~"
Alfred melihat gadis yang terjatuh tersebut, lalu mengulurkan tangannya dengan senyum yang hangat. "Apa kau tak apa-apa?"
"Eh? I-iya," jawab gadis itu meraih tangan Alfred dan bangun berdiri.
Sosok pemuda yang memiliki rambut pirang dengan mata biru bagaikan hujan langit yang cerah membuat jantung gadis itu berdegup dengan kencang. Wajahnya tampak memerah memandangi wajah Alfred.
"Ada apa?" tanya Alfred dengan heran sembari memiringkan kepalanya.
"Ah! Tidak, bukan apa-apa," gelagap gadis itu membalas ucapan Alfred.
Saat itu tiba-tiba terdengar suara teriakan dari balik gang yang sempit. "Disana!" Terlihat ada beberapa orang yang berlarian seperti sedang mengejar sesuatu.
Gadis itu langsung berlari dan bersembunyi di belakang Alfred. Kakinya cukup gemetaran dan air matanya keluar.
"Jangan bilang, kau lah orang yang sedang dikejar kelompok itu?" ucap Ferisu dengan nada datar.
Gadis itu mengangguk pelan dan tetap memeluk Alfred dari belakang hingga tak ingin melepaskannya. Melihat hal itu Ferisu menghela nafasnya lalu berjalan ke arah rombongan itu.
"Selamat siang," sapa Ferisu dengan senyum simpul.
"Hah!? Apa yang kau inginkan Bocah!?" teriak kelompok itu.
"Aku akan memberikan kalian dua pilihan, pergilah ata-"
"Sikat dia!" teriak seseorang yang tampak sebagai pemimpin kelompok itu.
Ke empat orang yang ada bersamanya (anak buah) bergerak ke depan dan langsung menyerang Ferisu dengan senjata mereka. Namun, tiba-tiba belati dan pedang milik mereka terbang dan terjatuh ke lantai.
"Oi, oi, aku belum selesai bicara kau tau?" ucap Ferisu dengan tatapan dingin disertai aura membunuh yang kuat.
Pada saat itu terdengar suara langkah kaki kuda yang bergerak dengan cepat menuju lokasi pertikaian tersebut. Seorang wanita dengan armor putih dengan corak kuning meloncat dan berdiri di tengah-tengah (di antara dua kelompok yang sedang bertarung).
Sorot mata wanita itu melirik ke kiri ke kanan, memerhatikan dua kelompok yang sedang berseteru tersebut. "Apa kau bisa menghilangkan hawa membunuhmu itu?" pinta wanita itu pada Ferisu.
Ferisu memejamkan matanya lalu berbalik sembari menghilangkan hawa membunuh miliknya dan berjalan menuju ke tempat Alfred. Tanpa berbicara dengan kesatria wanita itu, Ferisu langsung berjalan pergi diikuti oleh Alfred dan gadis penyihir tersebut.
"Hei!" teriak kesatria itu.
Namun, Ferisu mengabaikannya dan terus berjalan pergi karena merasa hal merepotkan akan terjadi jika dia berada di dekat wanita itu.
Sebuah bangunan yang cukup besar, memiliki tanda kelinci dan bulan. Sebuah penginapan, saat ini mereka ada di depan pintu bangunan tersebut.
"Jadi, kenapa kau mengikuti kami?" ucap Ferisu melirik ke arah gadis penyihir itu.
"Eh?! Ah, tidak sebenarnya aku..."
Gadis itu cukup takut saat melihat Ferisu dan langsung berlindung di balik Alfred.
"Tak apa-apa, kan, Ferisu?" ucap Alfred dengan nada bertanya.
"Huft~ baiklah, sepertinya dia juga sedang dikejar," ujar Ferisu sembari menghela nafasnya. "Jadi, kenapa kau dikejar? Kelilit hutang? Mencuri? Atau mungkin kau melecehkan seorang anak kecil karena fetis anehmu?"
"Hah! Apa yang kau katakan! Aku tak punya hutang, mencuri, apalagi fetis shotacon!" jawab gadis itu dengan ketus.
Saat melihat gadis itu kesal, Ferisu tampak tertawa kecil. "Haha, maaf, ayo masuk kedalam," ucapnya mengalihkan pembicaraan.
Alfred dan gadis itu duduk dimeja, sedangkan Ferisu pergi ke tempat resepsionis untuk memesan kamar.
"Kenapa kau bisa dikejar oleh mereka?" tanya Alfred dengan ramah.
"Se-sebenarnya... aku hampir dijadikan sebagi budak," jawab gadis itu pelan dengan wajah yang tampak ketakutan.
"Budak, yah," sela Ferisu yang datang menghampiri mereka dan langsung duduk untuk mendengarkan cerita gadis itu.
Saat itu ia ada di sebuah desa dimana ras catsith tinggal. Entah apa penyebabnya dirinya dimasukkan ke penjara saat datang ke desa itu. Gadis yang tak tahu apa-apa tentang dunia, walaupun ia berpakaian layaknya penyihir ia tak bisa menggunakannya.
"Namaku Lucy," ucap gadis itu memperkenalkan dirinya.
"Namaku Alfred dan ini..."
"Ferisu Furuhashi," sambung Ferisu.
Saat mendengar nama itu, Lucy merasa familiar. "Dimana aku pernah mendengar nama itu?" gumamnya mencoba mengingat. "Ah, benar! Itu nama seorang siswa yang dikabarkan menghilang!" batinnya saat berhasil mengingatnya.
Ferisu bangun berdiri dan berjalan meninggalkan mereka, ia naik kelantai dua menuju ke kamarnya. Alfred tetap duduk bersama Lucy dilantai pertama dan berbincang-bincang.
"Kau berasal dari mana, Lucy?" tanya Alfred.
"Eh, aaa... aku berasal dari tempat yang cukup jauh. Hanya itu saja yang bisa kukatakan," jawab Lucy yang tampak sedikit panik.
"Kenapa kau bisa dikejar oleh para pedagang budak?"
"Itu..."
Ia menceritakan alasan kenapa ia hendak dijadikan budak. Sebelumnya dia sudah bilang pernah di penjara di sebuah desa yang dihuni oleh ras catsith. Saat itu terjadi sebuah getaran yang hebat dari arah atas, terdengar teriakan dan suara pedang yang saling bersentuhan.
Tanpa ia sadari desa itu tengah diserang oleh para manusia. Pada awalnya Lucy mengira jika itu adalah kesatria dari kerajaan yang ingin menolongnya. Namun, ia juga dirantai dan diseret ke dalam kurungan yang ditarik oleh kereta.
Ia masuk kedalam ibu kota lewat jalur bawah tanah, saluran air. Disana ada begitu banyak penjara yang mengurung begitu banyak orang dari berbagai macam ras. Saat itu terjadi kegaduhan dan pintu jeruji di kereta itu terbuka. Lucy tak meninggalkan kesempatan itu, ia langsung keluar dari kurungan dan berlari sekuat tenaga.
"Begitulah ceritanya," ucap Lucy dengan ekspresi murung.
"Perdagangan budak, yah," gumam Alfred sembari memangku dagunya, "seharusnya hal itu dilarang oleh negara ini, ah aku baru ingat..." sambungnya mengingat tentang organisasi Eight Eyes.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Elozz Eins
kok aku merasa ya🐧
2023-09-06
0