Ibu Tiri Untuk Kami
Aina adalah seorang anak perempuan yang kehilangan sosok ibu di usianya yang baru menginjak 6 tahun. Ibunya menderita kanker rahim, setelah berjuang selama bertahun-tahun, beliau akhirnya meninggal dunia.
Aina memiliki seorang kakak perempuan bernama aini dan seorang kakak laki-laki bernama aidil, usia mereka hanya terpaut satu dan dua tahun saja, tentu menjadi hal yang begitu berat bagi ayah aina untuk membesarkan 3 orang anak tanpa adanya sosok seorang ibu, apalagi di usia anak-anaknya saat ini.
***
Hampir satu tahun berlalu sejak perginya ibu aina, tiba-tiba disuatu malam, tanpa persetujuan dan bahkan tanpa sepengetahuan aina dan kedua kakaknya, ayah aina datang bersama seorang wanita yang bernama Rahmi, yang ternyata telah ia nikahi dan kini telah resmi menjadi ibu sambung aina dan kedua kakaknya. Tak ada yang bisa aina lakukan saat itu, bahkan kedua kakaknya hanya bisa menerima walau hati mereka sebenarnya merasakan perasaan yang begitu tak nyaman. Raut wajah kecewa terlihat jelas pada diri ketiga anaknya, bergegas sang ayah mengajak anak-anaknya berbicara secara pribadi disebuah ruangan dimana Rahmi tidak bisa mendengarkan percakapan mereka.
"Anak-anakku, maafkan ayah yang terpaksa harus menikah lagi, ayah ingin ada seseorang yang bisa mengurusi kalian setiap harinya, ayah tidak tega meninggalkan kalian hanya bertiga dirumah ini, apalagi kau aina.. Sebentar lagi kau akan sekolah, kau membutuhkan seorang ibu untuk membantumu menyiapkan segala sesuatunya setiap hari" ayah berkata dengan nada menyesal, dengan suara yang berat dan mata berkaca-kaca. Sementara aina, aini dan aidil hanya tertunduk tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
"ayah berharap kalian bisa menerima ibu Rahmi sebagai ibu sambung kalian, ayah harap kalian bisa menjalin hubungan baik dengannya, sebagaimana hubungan baik antara kalian dan ibu" tutup ayah saat itu sambil bergegas keluar dari dalam ruangan meninggalkan ketiga anaknya yang masih tertunduk.
beberapa menit berlalu.. aina, aini dan aidil mulai berfikir, perlahan mereka mulai sadar.
"aina, aini, sekarang kita sudah punya ibu lagi, akan ada yang memasak lagi untuk kita, akan ada yang membacakan cerita lagi saat malam sebelum tidur" seru aidil dengan senyum yang lebar.
Entah benar-benar bahagia atau sekedar menghibur kedua adiknya, namun perkataannya berhasil membuat aina dan aini kembali tersenyum. Mereka seolah menemukan cahaya kembali, mereka memiliki harapan bahwa esok hari akan ada kebahagiaan yang menghampiri, sama seperti saat ibu mereka masih ada didunia ini.
***
Hari demi hari berlalu, tibalah waktunya untuk aina bersekolah. Namun sayang, disaat terpenting bagi aina, ayahnya harus dipindahtugaskan ke cabang lain, ayah aina bekerja disebuah pabrik pakaian, lokasi pabriknya tidak terlalu jauh dari rumah, namun kini ayah aina dipindahkan ke cabang yang lokasinya cukup jauh dari rumah aina, mengingat kondisi perekonomian keluarganya yang pas pasan tidak ada pilihan lain bagi ayah aina selain menerima keputusan tersebut. Namun karena lokasinya yang jauh, membuat ayah aina tidak bisa pulang setiap hari, ia terpaksa harus menginap di mess yang telah disediakan oleh perusahaan tempatnya bekerja dan pulang hanya pada saat libur saja sehingga urusan pengasuhan diserahkan sepenuhnya kepada Rahmi, istri barunya.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, sifat asli Rahmi mulai terlihat. Semakin hari semua prilakunya semakin menegaskan bahwa dia sama sekali tidak peduli pada aina dan kedua kakaknya.
"bu, aku harus membeli buku paket disekolah" ucap aina disuatu siang kepada Rahmi dengan suara yang amat pelan dan hati-hati. Saat itu aina baru saja pulang dari sekolah.
"beli saja sendiri, dasar anak tidak berguna, bisanya hanya menyusahkan saja" ucap Rahmi dengan nada sinis.
"kalau begitu tolong pinjamkan aku handphone, aku ingin menelfon ayah, aku akan minta pada ayah saja, buku ini harus aku beli untuk belajar bu"
Aina memohon kepada Rahmi agar diizinkan memakai handphone untuk meminta uang pada ayahnya karena selama ini Rahmi tidak pernah mengizinkan aina dan kakak-kakaknya untuk menggunakan handphone yang ada dirumahnya.
Setelah permohonan panjang akhirnya Rahmi mengizinkan aina untuk menghubungi ayahnya, tentu saja setelah ia melontarkan beberapa cacian untuk aina. Aina bergegas menghubungi ayahnya dan mengatakan semua keperluannya.
Keesokan harinya saat aina bersekolah, ayah aina menelepon dan mengirimkan sejumlah uang kepada Rahmi untuk membeli keperluan aina, Rahmi berbicara begitu manis kepada ayah aina dan berkata bahwa ia akan merawat anak-anaknya seperti ia merawat darah dagingnya sendiri, ia berkata bahwa ia sangat menyayangi aina dan kedua kakaknya, tentu mendengar perkataan-perkataan tersebut ayah aina sangat bahagia, tanpa rasa curiga dan rasa khawatir ayah aina semakin mempercayakan semuanya kepada Rahmi.
Sepulang sekolah, aina bertanya kepada ibu tirinya apakah ayahnya sudah mengirimkan uang yang dimintanya atau belum, tapi Rahmi dengan jahat berkata bahwa aina tidak berhak atas uang yang telah diberikan ayahnya. Rahmi tidak memberikan aina uang sepeserpun, bahkan ketika aina merengek dan menangis Rahmi tidak peduli sedikitpun.
***
Selama dalam pengasuhan ibu tiri, aina dan kedua kakaknya sangat menderita. Mereka tidak diberi makan yang cukup, tidak diberikan pakaian yang layak bahan tidak diperkenankan mandi menggunakan pasta gigi, sabun mandi bahkan shampo. Aina dan kakaknya hanya bisa menggunakan air saja untuk membersihkan badan dan menggosok gigi mereka menggunakan jari-jari saja. Dalam satu hari aina dan kakak-kakaknya hanya diberikan makan sebanyak 2 kali saja, yaitu pada pagi dan malam hari dengan lauk yang sangat seadanya bahkan tanpa lauk sama sekali, padahal uang yang dikirimkan ayah aina lebih dari cukup untuk membeli lauk untuk makan aina dan kakak-kakaknya.
Rahmi tidak pernah memperdulikan ketiga anak itu meskipun mereka kelaparan disiang hari, bagi Rahmi memberi makan 2x saja sudah sangat menghabiskan uangnya.
Disuatu siang saat hari libur kerja telah tiba, ayah mereka kembali, mereka bercengkrama diruang TV sedangkan rahmi tengah sibuk mempersiapkan makan siang didapur. Dalam kesempatan itu aina dan kakak-kakaknya berusaha untuk memberitahukan apa saja yang telah dilakukan Rahmi kepada mereka, namun sayangnya sang ayah sama sekali tidak mempercayai mereka, bahkan tidak menggubris perkataan mereka sedikitpun. sang ayah lebih mempercayai istrinya dibandingkan dengan anak-anaknya sendiri.
"cukup, jangan berulah, bersikap baiklah kepada ibu kalian!" tegasnya sambil berlalu pergi.
Tak ada lagi yang bisa dilakukan aina, aini dan aidil saat mengetahui bahwa ayahnya tak lagi peduli pada mereka, mereka hanya bisa menghela nafas dan berusaha menahan air mata yang sedari tadi mendesak ingin segera ditumpahkan.
Sore itu anak-anak sedang bermain diluar, ayah hanya berdua saja dengan rahmi, mereka berbincang-bincang seolah mereka adalah keluarga yang harmonis. Disela-sela perbincangan ringan itu rahmi tiba-tiba berkata bahwa anak-anaknya sangat membencinya tanpa alasan yang jelas, selama ayah mereka pergi anak-anak tidak pernah mendengarkan perkataannya, dan sangat tidak menghormatinya.
"aku mengerti situasi mereka yang mungkin belum dapat menerimaku sebagai ibu mereka, aku tau aku tidak bisa bersikap sebaik ibu kandung mereka, tapi aku sedih karena betapapun aku menyayangi mereka, mereka tidak pernah menghargaiku, mereka tidak pernah mau berbicara padaku, kau sendiri bisa melihatnya sayang, tidak ada satupun diantara mereka yang berbicara padaku hari ini" ucap rahmi seraya menunjukkan raut yang begitu pilu, tanpa suaminya ketahui hatinya tengah tersenyum licik dan penuh dengan kebencian pada anak-anak tak berdosa itu.
Tanpa mencari pembenaran terlebih dahulu ayah memanggil ketiga anaknya dan langsung memarahi mereka sampai mereka menangis tersedu-sedu, ayah bahkan mencaci dan memaki mereka.
"Ingat!! Tanpa ibu kalian, kalian tak bisa berbuat apa-apa, meski dia ibu tiri kalian harus menghargainya! Ingatlah bahwa aku tidak pernah sekalipun mengajari kalian untuk menjadi anak yang bodoh dan kurang ajar!!" bentak ayah pada mereka yang bahkan tidak tau apa kesalahan yang telah mereka perbuat sehingga ayahnya sangat murka.
Tangis mereka semakin menjadi mengingat ini adalah pertama kalinya ayah begitu marah pada mereka. Bahkan ayah berkata bahwa ibu tiri mereka adalah wanita terbaik yang pernah ia temui di dunia ini, pada akhirnya perkataan itu telah menggores hati ketiga anak itu, menorehkan luka yang tidak akan pernah mereka lupakan seumur hidup. Mereka beranggapan bahwa ibu mereka tak dihargai lagi dan telah dihapus dari ingatan ayahnya. Kasih sayang ayah telah hilang..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Valería Lpz
Sudah nunggu dari kemarin-kemarin, ayo dong thor.
2023-07-30
1
Zhunia Angel
Suka banget sama alur ceritanya, semoga thor nggak kehabisan ide!
2023-07-30
1
Diana
Keren thor, jangan berhenti menulis! ❤️
2023-07-30
1