Rama Dan Seni Beladiri Yang Hilang
(Terdengar bel pulang sekolah)
Ting ... Tong ...
"Ah ... akhirnya bisa keluar juga dari kelas yang pengap serta membosankan ini."
Gumam ku sambil menghela nafas.
"Andai saja setiap hari itu mata pelajarannya olah raga, terus membahas tentang seni beladiri. Mungkin, aku akan menjadi ranking satu berturut-turut. Apalagi, disaat pelajaran olahraga disitulah aku cuci mata, hehe."
Lanjut gumam ku sambil membayangkannya.
"Dikira semua siswa harus pintar matematika apa! apalagi, dari hari Senin sampai Kamis matematika terus-menerus, heran banget."
Ucap protes ku entah kepada siapa, sambil mengemas buku dan juga peralatan menulis lainnya ke tas.
Di saat aku sedang membereskan peralatan sekolah. Sekilas, aku melihat ke dua teman sekelas ku, yakni Doni dan juga Topan datang menghampiri tempat dudukku.
"Hei Rama, pulang sekolah mau main bareng gak?" tanya Ryan padaku.
"Maaf, aku ada urus-"
Belum selesai menyelesaikan kata-kata ku, mulut Topan dengan kecepatan supersonik nya, tiba-tiba menyela percakapan kami berdua.
"Apaan sih, kan si Rama ikut ekstrakurikuler pencak silat. Mana mungkin dia ikut main sama kita." ucap selaan Topan untukku.
"Bener juga, hari ini hari Kamis kan? Kegiatan ekstrakurikuler pencak silat hari ini." balas Ryan pada Topan.
"Yaudah, next time aja yah Rama."
lanjut ucap Ryan sambil pergi dan melambaikan tangan nya padaku.
Di saat mereka berdua pergi, aku sempat mendengar perkataan Topan tentang diriku.
"Apaan sih si Rama itu, dari dulu kita selalu bersikap baik pada nya. Dengan berinisiatif mengajaknya bermain duluan, tapi selalu di tolak sama dia." ucap kesal Topan
"Dia malah memilih ekstrakurikuler klise begitu, kalau sudah ahli memang dia mau jadi apa? jagoan? mau jadi superhero? aneh banget tuh anak." Lanjut perkataan Topan.
"Udah diem, jangan banyak bicara. Nanti kedengaran sama dia." balas Ryan.
Mendengar perkataan Topan tersebut, aku tidak mau ambil pusing. Aku selalu memiliki prinsip, bahwa hidup itu harus selalu di nikmati setiap detiknya. Bagi mereka, mungkin bermain merupakan cara mereka dalam menikmati hidup, namun bagiku justru berbeda.
Dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler inilah, aku merasakan bahwa, ini pertama kalinya aku diterima oleh sebuah komunitas tanpa adanya istilah ada maunya. Kenapa ada saja orang yang tidak mengerti tentang konsep perbedaan pendapat? Aku selalu menanyakan hal itu di dalam lubuk hatiku.
Meskipun, sebenarnya ... aku mulai merasakan arti dari kesendirian. Di karenakan, sangat jarang sekali bermain dengan teman sebaya.
Setelah selesai membereskan semua peralatan menulis, aku pun bergegas menuju ruang latihan ekstrakurikuler.
"Ketua pasti menunggu, aku harus cepat-cepat pergi ke ruang latihan."
Gumam ku sambil berlari dan melihat jam tangan.
Namaku Rama, aku merupakan seorang siswa SMA kelas 2. Sedikit yang aku sukai, namun banyak hal yang aku benci. Oh iya, ngomong-ngomong tentang hal yang aku sukai, aku menyukai berbagai macam seni beladiri seperti Karate, Taekwondo ataupun Wushu. Yaa ... walaupun bisa di bilang, aku tidak terlalu sepuh atau pandai dalam ke 3 seni beladiri ini. setidaknya, aku tahu serta paham akan teknik serta dasar-dasarnya.
Selain itu, ada salah satu seni beladiri yang sangat aku sukai, perpaduan sempurna antara teknik gerakan serta estetika gerakan, yang membuat diriku jatuh cinta pada pandangan pertama. Benar, namanya adalah pencak silat.
Singkatnya, aku pun sampai di tempat latihan dan mulai mengasah kemampuan pencak silat ku, dengan berlatih tanding melawan ketua. Namun apalah daya, setiap serangan yang aku layangkan selalu dapat di tangkisnya. Bahkan, aku kalah telak hanya dengan satu kali pukulan dan satu bantingan saja.
Ketua tahu betul apa yang sedang dilakukannya. Dari tadi, dia terus menangkis sambil mencari momentum yang pas di antara semua pukulan yang ku layangkan padanya. Karena sejatinya, ketika manusia memukul, biasanya mereka akan terus menambah power atau kekuatan, dengan harapan si target mendapatkan luka yang cukup fatal. Itulah letak kesalahanku.
Dan boom! saat aku melayangkan pukulan dengan tangan kiri. Ketua dengan cepat berpindah posisi ke bagian kiri tubuhku dan segera dengan cepat juga, mengunci tangan kiri ku dengan tangan kiri nya. Dia menyelipkan serangan cepat dengan tangan kanannya dan berniat menyerang perutku.
Namun karena sudah satu tahun ini, terbiasa berlatih tanding melawan ketua. Aku mulai paham dengan pola serangannya. Saat ketua melayangkan serangan ke perutku, dengan cepat, aku juga mengunci tangan kanannya menggunakan tangan kananku.
"Ketua mau ngapain?" tanyaku pada ketua sambil meledek padanya.
"Kamu sudah cukup berkembang ya Rama, tapi kamu belum pernah belajar dari kesalahan." ucap ketua padaku.
Tanpa aba-aba, tiba-tiba ketua mengangkat tubuhku dan membantingnya ke matras.
"Awww ... sakit banget." ucapku sambil memegangi punggungku
"Kamu sudah kalah, Rama."
ucap ketua padaku sambil tersenyum dan mengulurkan tangannya.
"Yahhh ... mau bagaimana lagi." ucapku sambil menyambut tangan ketua dengan maksud mau membangunkan ku.
Singkat cerita, kami pun beristirahat. Dan mulai membicarakan hal random dan sampailah membicarakan tentang perkembangan ekstrakurikuler pencak silat ini.
"Oh iya ketua, bagaimana dengan pencak silat ini kedepannya?" tanyaku pada ketua.
Dengan jeda sekitar 3 detik, sambil merenung dan memainkan botol air mineralnya, ketua memberikan jawaban, dan jawabannya itu sontak membuat diriku begitu sedih.
"Maaf Rama, tapi ... ekstrakurikuler ini, seperti akan ku tutup." jawab ketua.
Aku yang mendengar jawaban itu langsung dari mulut ketua, merasa sedih. Karena, satu-satunya hal yang membuat diriku hidup harus tiada dan pergi selamanya.
Wajar saja, ekstrakurikuler pencak silat mulai ditinggalkan. Dan dari tahun ke tahun, semakin sepi peminat, karena kalah saing dengan ekstrakurikuler lain. Benar, saat ini saja, anggota ekstrakurikuler pencak silat hanya terdiri dari aku seorang dan ditambah ketua menjadi dua orang.
"Ketua tidak perlu meminta maaf, ini bukan salahnya ketua, ketua sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menghidupkan kembali kegiatan ekstrakurikuler ini bukan?!"
ucapku sambil menyemangatinya.
"Dalam hidup, segala hal memang tidak akan selalu berjalan sesuai dengan rencana kita, bukankah kita harus selalu siap terhadap kemungkinan terburuk?" lanjut perkataan ku
"Rama ... Kamu ..." ucap ketua sambil memandang diriku
Kemudian, ketua sejenak tersenyum dan kembali menatap botol air mineralnya sambil mengatakan.
"Kamu benar Rama, terimakasih untuk satu tahun ini, sudah begitu banyak ... kenangan yang terukir di tempat ini." ucapnya
"Sama-sama ... ketua." balasku
Saat itu menunjukkan bahwa sudah pukul 16.00 sore dan ketua izin untuk pulang duluan, aku yang ingin merasakan momen-momen terakhir di tempat ini, memutuskan untuk berlatih sebentar lagi.
Namun, karena saking asyiknya berlatih. Aku sampai lupa waktu dan saat melihat jam tangan, alangkah terkejutnya. Karena hari sudah larut malam sekitar pukul 19.00. Aku pun bergegas untuk pulang.
Saat dalam perjalanan pulang, dan melintasi sebuah gang yang gelap dan juga sempit. Disinilah, seharusnya aku tidak melihat apa yang aku lihat sekarang!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Nov Tomic
gas teros
2023-10-01
2
Noona Kim
semangat Thor
2023-09-07
1
Tóc tém^^~
Gak sabar nih baca kelanjutannya, jangan lama-lama ya thor!
2023-07-29
1