NovelToon NovelToon

Rama Dan Seni Beladiri Yang Hilang

Awal Mula

(Terdengar bel pulang sekolah)

Ting ... Tong ...

"Ah ... akhirnya bisa keluar juga dari kelas yang pengap serta membosankan ini."

Gumam ku sambil menghela nafas.

"Andai saja setiap hari itu mata pelajarannya olah raga, terus membahas tentang seni beladiri. Mungkin, aku akan menjadi ranking satu berturut-turut. Apalagi, disaat pelajaran olahraga disitulah aku cuci mata, hehe."

Lanjut gumam ku sambil membayangkannya.

"Dikira semua siswa harus pintar matematika apa! apalagi, dari hari Senin sampai Kamis matematika terus-menerus, heran banget."

Ucap protes ku entah kepada siapa, sambil mengemas buku dan juga peralatan menulis lainnya ke tas.

Di saat aku sedang membereskan peralatan sekolah. Sekilas, aku melihat ke dua teman sekelas ku, yakni Doni dan juga Topan datang menghampiri tempat dudukku.

"Hei Rama, pulang sekolah mau main bareng gak?" tanya Ryan padaku.

"Maaf, aku ada urus-"

Belum selesai menyelesaikan kata-kata ku, mulut Topan dengan kecepatan supersonik nya, tiba-tiba menyela percakapan kami berdua.

"Apaan sih, kan si Rama ikut ekstrakurikuler pencak silat. Mana mungkin dia ikut main sama kita." ucap selaan Topan untukku.

"Bener juga, hari ini hari Kamis kan? Kegiatan ekstrakurikuler pencak silat hari ini." balas Ryan pada Topan.

"Yaudah, next time aja yah Rama."

lanjut ucap Ryan sambil pergi dan melambaikan tangan nya padaku.

Di saat mereka berdua pergi, aku sempat mendengar perkataan Topan tentang diriku.

"Apaan sih si Rama itu, dari dulu kita selalu bersikap baik pada nya. Dengan berinisiatif mengajaknya bermain duluan, tapi selalu di tolak sama dia." ucap kesal Topan

"Dia malah memilih ekstrakurikuler klise begitu, kalau sudah ahli memang dia mau jadi apa? jagoan? mau jadi superhero? aneh banget tuh anak." Lanjut perkataan Topan.

"Udah diem, jangan banyak bicara. Nanti kedengaran sama dia." balas Ryan.

Mendengar perkataan Topan tersebut, aku tidak mau ambil pusing. Aku selalu memiliki prinsip, bahwa hidup itu harus selalu di nikmati setiap detiknya. Bagi mereka, mungkin bermain merupakan cara mereka dalam menikmati hidup, namun bagiku justru berbeda.

Dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler inilah, aku merasakan bahwa, ini pertama kalinya aku diterima oleh sebuah komunitas tanpa adanya istilah ada maunya. Kenapa ada saja orang yang tidak mengerti tentang konsep perbedaan pendapat? Aku selalu menanyakan hal itu di dalam lubuk hatiku.

Meskipun, sebenarnya ... aku mulai merasakan arti dari kesendirian. Di karenakan, sangat jarang sekali bermain dengan teman sebaya.

Setelah selesai membereskan semua peralatan menulis, aku pun bergegas menuju ruang latihan ekstrakurikuler.

"Ketua pasti menunggu, aku harus cepat-cepat pergi ke ruang latihan."

Gumam ku sambil berlari dan melihat jam tangan.

Namaku Rama, aku merupakan seorang siswa SMA kelas 2. Sedikit yang aku sukai, namun banyak hal yang aku benci. Oh iya, ngomong-ngomong tentang hal yang aku sukai, aku menyukai berbagai macam seni beladiri seperti Karate, Taekwondo ataupun Wushu. Yaa ... walaupun bisa di bilang, aku tidak terlalu sepuh atau pandai dalam ke 3 seni beladiri ini. setidaknya, aku tahu serta paham akan teknik serta dasar-dasarnya.

Selain itu, ada salah satu seni beladiri yang sangat aku sukai, perpaduan sempurna antara teknik gerakan serta estetika gerakan, yang membuat diriku jatuh cinta pada pandangan pertama. Benar, namanya adalah pencak silat.

Singkatnya, aku pun sampai di tempat latihan dan mulai mengasah kemampuan pencak silat ku, dengan berlatih tanding melawan ketua. Namun apalah daya, setiap serangan yang aku layangkan selalu dapat di tangkisnya. Bahkan, aku kalah telak hanya dengan satu kali pukulan dan satu bantingan saja.

Ketua tahu betul apa yang sedang dilakukannya. Dari tadi, dia terus menangkis sambil mencari momentum yang pas di antara semua pukulan yang ku layangkan padanya. Karena sejatinya, ketika manusia memukul, biasanya mereka akan terus menambah power atau kekuatan, dengan harapan si target mendapatkan luka yang cukup fatal. Itulah letak kesalahanku.

Dan boom! saat aku melayangkan pukulan dengan tangan kiri. Ketua dengan cepat berpindah posisi ke bagian kiri tubuhku dan segera dengan cepat juga, mengunci tangan kiri ku dengan tangan kiri nya. Dia menyelipkan serangan cepat dengan tangan kanannya dan berniat menyerang perutku.

Namun karena sudah satu tahun ini, terbiasa berlatih tanding melawan ketua. Aku mulai paham dengan pola serangannya. Saat ketua melayangkan serangan ke perutku, dengan cepat, aku juga mengunci tangan kanannya menggunakan tangan kananku.

"Ketua mau ngapain?" tanyaku pada ketua sambil meledek padanya.

"Kamu sudah cukup berkembang ya Rama, tapi kamu belum pernah belajar dari kesalahan." ucap ketua padaku.

Tanpa aba-aba, tiba-tiba ketua mengangkat tubuhku dan membantingnya ke matras.

"Awww ... sakit banget." ucapku sambil memegangi punggungku

"Kamu sudah kalah, Rama."

ucap ketua padaku sambil tersenyum dan mengulurkan tangannya.

"Yahhh ... mau bagaimana lagi." ucapku sambil menyambut tangan ketua dengan maksud mau membangunkan ku.

Singkat cerita, kami pun beristirahat. Dan mulai membicarakan hal random dan sampailah membicarakan tentang perkembangan ekstrakurikuler pencak silat ini.

"Oh iya ketua, bagaimana dengan pencak silat ini kedepannya?" tanyaku pada ketua.

Dengan jeda sekitar 3 detik, sambil merenung dan memainkan botol air mineralnya, ketua memberikan jawaban, dan jawabannya itu sontak membuat diriku begitu sedih.

"Maaf Rama, tapi ... ekstrakurikuler ini, seperti akan ku tutup." jawab ketua.

Aku yang mendengar jawaban itu langsung dari mulut ketua, merasa sedih. Karena, satu-satunya hal yang membuat diriku hidup harus tiada dan pergi selamanya.

Wajar saja, ekstrakurikuler pencak silat mulai ditinggalkan. Dan dari tahun ke tahun, semakin sepi peminat, karena kalah saing dengan ekstrakurikuler lain. Benar, saat ini saja, anggota ekstrakurikuler pencak silat hanya terdiri dari aku seorang dan ditambah ketua menjadi dua orang.

"Ketua tidak perlu meminta maaf, ini bukan salahnya ketua, ketua sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menghidupkan kembali kegiatan ekstrakurikuler ini bukan?!"

ucapku sambil menyemangatinya.

"Dalam hidup, segala hal memang tidak akan selalu berjalan sesuai dengan rencana kita, bukankah kita harus selalu siap terhadap kemungkinan terburuk?" lanjut perkataan ku

"Rama ... Kamu ..." ucap ketua sambil memandang diriku

Kemudian, ketua sejenak tersenyum dan kembali menatap botol air mineralnya sambil mengatakan.

"Kamu benar Rama, terimakasih untuk satu tahun ini, sudah begitu banyak ... kenangan yang terukir di tempat ini." ucapnya

"Sama-sama ... ketua." balasku

Saat itu menunjukkan bahwa sudah pukul 16.00 sore dan ketua izin untuk pulang duluan, aku yang ingin merasakan momen-momen terakhir di tempat ini, memutuskan untuk berlatih sebentar lagi.

Namun, karena saking asyiknya berlatih. Aku sampai lupa waktu dan saat melihat jam tangan, alangkah terkejutnya. Karena hari sudah larut malam sekitar pukul 19.00. Aku pun bergegas untuk pulang.

Saat dalam perjalanan pulang, dan melintasi sebuah gang yang gelap dan juga sempit. Disinilah, seharusnya aku tidak melihat apa yang aku lihat sekarang!

Kesialan Yang Berujung Mengantarkan Ku Ke Dunia Lain (Isekai)

"Aku tak menyangka, akan pulang selarut ini!" Ucap cemas ku dalam hati sambil berlari.

Karena keadaan hari yang semakin larut, di tambah dengan keadaan pencahayaan jalan yang minim, saat menemukan dua atau tiga ruas jalan, diriku selalu kebingungan ketika harus mencari jalan pulang.

"Tunggu, jalan menuju rumah apa benar yang ini yah?" Tanyaku pada diriku sendiri

Daripada terus berada dalam kebimbangan sepele seperti ini, dengan insting yang kumiliki, aku pun lantas memutuskan untuk melanjutkan langkahku ke salah satu jalan.

Di saat tengah berlari menuju rumah, pandanganku tertuju pada salah satu pemandangan, yang seharusnya tidak pernah aku lihat. Benar saja, tampak ada 6 preman jalanan yang sedang mengeroyok seseorang.

Di lihat dari pakaian yang di pakai orang korban, sepertinya dia merupakan pekerja kantoran. Jasnya yang seharusnya rapi, malah terlihat robek dan juga kotor lusuh akibat tindakan pengeroyokan.

Dalam benakku, tersirat berbagai macam alasan mengapa para preman jalanan ini mengeroyok orang malang tersebut. Namun, hal yang mungkin adalah mereka sedang merampoknya.

Tidak heran, karena akhir-akhir ini sering terjadi tindak kejahatan dengan dalih ekonomi. Pagi tadi ini saja, aku melihat berita tentang perampokan sebelum pergi ke sekolah

Sejenak aku terpaku dalam kebimbangan, antara lari menyelamatkan diri atau justru menolong orang malang tersebut.

Dalam keadaan terpaku itu, aku teringat akan kata-kata ketua.

"Rama, apa kamu tahu hal apa yang membuat dirimu sulit berkembang?"

"Cinta dan kasih sayang."

Teringat akan perkataan ketua, tanpa berpikir panjang Aku pun langsung menyerang salah satu preman tersebut. Salah seorang dari mereka berhasil ku jatuhkan dengan tendangan.

Setelah melayangkan tendangan, aku pun melihat sebuah celah melarikan diri bagi korban, aku tahu betul bahwa kami bisa saja lari bersama-sama. Namun itu terlalu beresiko, di karenakan tiga sampai 4 orang dari mereka akan pasti akan mengejar.

"Bapak! cepat lari dari sini." ucapku sambil berteriak

"Tapi Nak, bagaimana dengan kamu?" tanya bapak tersebut

"Bapak pergi saja terlebih dahulu, jangan mengkhawatirkan saya, saya pasti akan menyusul!" ucap tegasku pada si Bapak

Bapak korban pengeroyokan kemudian menganggukkan kepala tanda memahami situasi, dan dia pun lari pergi menjauh.

Kemudian aku pun memasang kuda-kuda tanda bersiap untuk bertarung melawan ke 5 sisa preman tersebut.

Salah seorang dari mereka melayangkan serangan berupa pukulan, namun aku berhasil menangkis dan membalasnya dengan menyerang ulu hatinya yang merupakan salah satu dari titik vital manusia.

Tak berhenti sampai di situ, salah seorang lainnya dari mereka kemudian mencoba melakukan hal yang sama dengan melakukan serangan pukulan. Beruntungnya, karena aku yang sudah memprediksi gerakannya dengan cepat aku pun melayangkan tendangan yang mengarah ke kepalanya.

Tiga dari mereka akhirnya tumbang, berarti tinggal tersisa tiga lainnya. Di saat aku lengah, ternyata salah seorang dari mereka yang sudah ambruk justru melakukan hal licik dengan melemparkan debu. Akibatnya, debu yang dilemparkannya berhasil mengenai mataku dan seketika membuatku tidak bisa melihat dengan baik.

Sambil membawa kayu di tangannya, salah seorang dari mereka kemudian maju dan berniat menyerang kepalaku. Di saat bersamaan, aku pun langsung menyilangkan kedua tanganku di atas kepala, guna menghindari cedera yang lebih parah.

Dengan tangan kanan, aku pun langsung mengambil kayunya dan segera menyerangnya melakukan tendangan berputar. Dia pun langsung jatuh dan mengeram kesakitan.

Tanpa sadar, salah seorang dari mereka menyelinap di belakangku dan mengunciku dari belakang. Dengan segera, aku langsung menginjak kaki kanannya dan diapun berteriak kesakitan. Karena kuncian tangannya melemah, aku langsung mendaratkan serangan berupa sikut ke bagian rahang bawah. Orang yang mengunciku tersebut kemudian jatuh.

Tanpa sadar, ternyata orang terakhir dari mereka berhasil mendaratkan serangan. Awalnya aku tidak merasakan apa-apa mungkin karena adrenalin ku yang begitu tinggi.

setelah beberapa saat, aku merasakan rasa sakit yang luar biasa; aku bahkan tidak bisa mendeskripsikan dengan kata-kata. Kemudian tubuhku terasa lemas, dan akhirnya jatuh ambruk.

Dengan tangan gemetar, sekilas aku melihat tangan ini diselimuti warna merah, teksturnya sedikit kental, dan juga sedikit bau amis. Tidak terlihat jelas apa yang aku lihat, dikarenakan efek debu yang di lemparkan salah satu preman itu tadi.

"Apa ini?" ucapku sambil melihat tanganku

"Da ... rah ... yah?"

Aku pun menyadari bahwa itu adalah darahku sendiri, ternyata salah seorang dari preman itu membawa senjata tajam berupa pisau dan dia berhasil menusuk tepat di perutku. Aku sudah tahu bahwa sudah tidak bisa terselamatkan lagi, karena tusukan dari pisau itu cukup dalam ditambah dengan dicabutnya menyebabkan pendarahan yang begitu hebat.

Di tengah jalan yang sepi, gelap dan juga mengerikan. Aku sadar bahwa takkan ada seseorang yang dapat menyelamatkanku. Mungkin jasadku akan di temukan esok hari ataupun beberapa saat kemudian, tapi percuma saja karena aku mungkin sudah tidak bernafas.

Dalam keadaan sekarat, aku hanya teringat akan 2 hal. Yakni Ibu dan juga ketua, aku selalu melihat foto di rumah dengan sosok Ibu di dalamnya, sosok yang bahkan aku saja tidak pernah melihatnya secara langsung, di karenakan Dia tiada saat melahirkanku. Sosok yang pertama kali menerima diriku apa adanya yaitu ketua, orang yang selalu sabar dalam mengajariku seni beladiri ditambah nasehat-nasehatnya yang begitu berharga.

Entah karena kesadaran yang semakin menghilang, aku kemudian membayangkan sosok wanita cantik serta anggun berada di depanku. Sambil tersenyum dia mengatakan sesuatu

"Kamu sudah berusaha dengan baik yah ... Rama." ucapnya

"Tapi, perjalananmu tidak berhenti sampai disini. Kami masih membutuhkanmu, untuk menyelamatkan dunia kami." Lanjutnya

Mendengar hal tersebut keluar dari mulut seseorang membuatku keheranan.

"Aku? Dibutuhkan?" tanyaku padanya.

"Ya ... kamu memiliki sesuatu yang bahkan tidak kami miliki di sana." jawabnya.

"Suatu saat nanti, kamu pasti akan mengerti, mengapa kami membutuhkanmu." lanjut perkataan sosok wanita itu

Perlahan tapi pasti sosok wanita itu semakin mendekat. Dan kemudian, salah satu dari tangannya meraih dan menutupi ke dua mataku. sejenak, aku merasakan hawa dingin yang menyelimuti seluruh tubuh serta rasa sakit yang ku rasakan bekas penusukan tadi berangsur-angsur menghilang.

Rasa sakit tadi kemudian hilang dan justru berubah menjadi rasa kantuk yang sangat tak tertahankan. Kemudian, aku pun tertidur.

Saat bangun, aku menoleh ke kiri dan ke kanan. Kemudian melihat fisikku yang seperti anak laki-laki berusia 12 tahun.

"Hah cuman mimpi ternyata." gumam ku sambil menyeka mata karena baru bangun tidur.

Kemudian, aku pun menyadari bahwa kasur yang kutiduri ini sangatlah nyaman dan juga empuk, diri ini pun kemudian melanjutkan sebuah ritual yang para manusia pemalas sebut sebagai rebahan.

"ahh empuk sekali ... mending tidur lagi." ucapku.

Di saat tengah asyik melakukan ritual rebahan, ada satu hal yang ku rasakan berbeda. Aku kemudian bangun dan mulai meraba-raba bagian tubuhku, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"Tunggu ... tunggu .... siapa ini?" tanyaku pada diri sendiri

Panik karena berada di dalam tubuh seorang bocah berusia kurang lebih berumur 12 tahun, aku pun kemudian berteriak karena saking paniknya.

*(Entah sekeras apa suara teriakannya, author pun tidak tau)

Karena suara teriakan yang sangat keras, mengundang perhatian beberapa orang yang sedang melakukan aktivitasnya masing-masing.

Masih bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi, tiba-tiba ada yang membukakan pintu kamar. Alangkah terkejutnya, ternyata yang membukakan pintu itu adalah seorang wanita. Aku sadar betul, bahwa aku pasti akan di tuduh yang tidak-tidak.

"Maaf sepertinya aku salah rumah." ucapku sambil tertawa-tawa tipis dan menggaruk kepala

"Aku akan segera keluar dari sin-"

Belum menyelesaikan perkataan, wanita tersebut kemudian menghampiri dan segera memelukku dengan sangat eratnya.

"Rama ... syukurlah ... syukurlah kamu sehat." ucapnya sambil menangis tersedu-sedu.

Aku yang masih kebingungan dengan apa yang sebenarnya terjadi. Dalam hati ini kemudian bertanya.

"Siapa wanita ini?"

Ketua

Note : Kali ini penulis membawakan alur cerita masa lalunya Rama, satu tahun sebelum dirinya ke isekai dan awal mula dia mengikuti ekstrakurikuler pencak silat.

Suara alarm HP yang sudah di atur sedemikian rupa terdengar menggelegar, memecah keheningan pagi yang sunyi. Rama yang tersadar bahwa hari sudah berganti, kemudian bangun dan mematikan suara alarm HP-nya dengan cepat.

Setelah mematikan alarm HP-nya, dia tidaklah langsung bangun tapi sejenak duduk sambil memandang kalender yang berada tepat di meja belajarnya. Dia kemudian menghela nafas sambil mengatakan

"17 Juli ... yah?" gumamnya pada diri sendiri, tanda dia menyadari bahwa hari ini merupakan hari pertamanya masuk SMA.

Rama kemudian kembali menjatuhkan diri ke atas kasurnya itu. Sambil memandang langit-langit rumahnya, dia kembali melamun tanda bahwa Rama malas untuk pergi sekolah.

Singkat cerita, terlihat Rama yang sudah mandi dan berganti pakaian lengkap dengan seragam dan juga atribut sekolah SMA-nya.

Saat itu, jam menunjukkan waktu pukul 06.00 tepat. Karena Rama sadar bahwa sekolahnya masuk pukul 07.30, dia kemudian memasak sarapan untuk dirinya sendiri. Maklum saja, di rumah Rama hanya tinggal bertiga bersama Ayah dan juga satu pembantu. Ayahnya bekerja sebagai seorang Bisnisman dan sangat jarang sekali untuk pulang, berbincang apalagi mengobrol adalah hal yang sangat mustahil bagi mereka berdua, walaupun sebenarnya kedua orang itu bisa saja saling menghubungi lewat ponsel, namun hal itu tidak pernah mereka lakukan. Apalagi, salah seorang dari mereka tidak pernah ada rasa inisiatif untuk menghubungi duluan.

Seorang pembantu rumah tangga paruh baya yang kurang lebih berusia 60 tahun juga tidak pernah kunjung kembali. Maklum saja, setengah tahun yang lalu pembantu tersebut izin sakit dan pada akhirnya Rama benar-benar sendirian di rumah.

Karena luka traumatis yang Rama alami saat SMP dia kemudian menjadi seseorang yang suka mengurung diri di kamar. Untuk mengusir rasa jenuhnya dia melakukan berbagai macam hal, apalagi akhir-akhir ini dia suka menonton anime, sebuah animasi kartun dengan gaya Jepang. Kemudian pada akhirnya, dia tergabung dalam sebuah komunitas pecinta animasi dengan nama akun samaran Rizadhitya.

Setelah selesai menyantap sarapannya itu Rama kemudian bersiap untuk pergi sekolah, itu merupakan hari pertamanya memasuki bangku SMA. Rasa takut masih menyelimuti Rama, karena dia jarang sekali bersosialisasi dengan orang lain. Apalagi, hal yang paling ditakuti oleh Rama ketika harus berjumpa dengan orang-orang yang mengenal betul Rama pada saat SMP.

Rama kemudian memeriksa apakah ada hal yang ketinggalan atau kelupaan, dan setelah memastikannya dia kemudian mengunci pintu rumahnya.

Sejak kejadian 3 tahun yang lalu, ia menyadari bahwa ini merupakan langkah pertama ia kembali menginjakkan kaki keluar batas pagar rumah.

Dalam ingatannya, Rama masih di hantui oleh kenangan buruk yang pernah menimpanya pada masa SMP dulu. Sebenarnya, di hari pertamanya ini, ia tidak memiliki mood yang bagus, Rama berencana untuk kembali lagi masuk ke rumah.

Saat akan kembali, Rama kemudian mendengar seseorang yang sedang memanggil namanya.

"Rama ... ayo bareng." ucapnya

Suara lembut ciri khas wanita, sebagai tanda ajakan untuk Rama pergi bersamanya ke sekolah.

Rama kemudian membalikkan badan, dan menyadari bahwa suara ajakan tadi memang keluar dari mulut seorang wanita. Namanya adalah Hani yang merupakan tetangga rumahnya. Tidak percaya dengan apa yang didengarnya Rama kemudian bertanya.

"Kamu ngajak aku?" tanya Rama pada wanita itu sambil menunjuk dirinya sendiri.

Mendengar pertanyaan itu, sontak membuat Hani tertawa. Dia kemudian balik bertanya.

"Iyalah, memang di sini ada yang namanya Rama selain kamu?" jawab Hani.

Di saat Hani masih tertawa kepadanya, sambil memalingkan wajah dan membuat ekspresi kesal Rama bergumam.

"Dasar wanita, di kasih pertanyaan bukannya menjawab malah balik bertanya." gumamnya

Setelah selesai tertawa, Hani kembali mengajak Rama untuk segera pergi bersama ke sekolah

"Ayo pergi ... nanti telat loh." ucapnya sambil tersenyum manis

Rama kemudian mengangguk sambil mengatakan "iya"

Mereka berdua pada akhirnya pergi bersama-sama menuju sekolah.

Dalam perjalanan itu, pipi Rama tampak merah mengisyaratkan bahwa dia malu jalan berdua bersama seorang wanita. Sesekali dia melihat muka Hani yang selalu tertuju ke depan. Dalam hatinya, dia berkata bahwa ini pertama kalinya dia berjalan berdua bersama apalagi secantik Hani ini. Memandang wajah Hani dari samping, terlihat dengan sedikit riasan tipis-tipis, wajah ayu dan juga putih bersih, hidung mungil, serta pipinya yang chubby.

Karena Rama yang terlalu fokus memandang wajahnya Hani, tanpa disadari, dia menabrak tiang listrik.

Dengan perasaan kaget dan kesal, dia malah memaki-maki tiang listrik yang memang sejak dulu berada di tempatnya.

"Siapa yang menaruh tiang listrik ini sembarangan?!" ucap Rama

Sontak karena kelakuan nyelenehnya Rama, Hani kemudian tertawa sambil mengejeknya

"Kamu ini ada-ada saja, kamu sendiri yang gak fokus jalannya malah salahin tiang." ucap Hani

"Memang kamu memandang apa dari tadi, Rama?" lanjut ucap Hani

Mendengar pertanyaannya itu, Rama semakin malu dan kemudian memalingkan wajah sambil mengatakan "kepo."

Singkat cerita akhirnya mereka berdua sampai di sekolah, Hani kemudian mengatakan bahwa dirinya akan menemui Rama di kelasnya nanti.

Rama merasa bingung mendengar hal tersebut dari Hani, karena ia merasa bahwa saat itu pasti sudah masa perkenalan lingkungan sekolah (MPLS) Rama berkeyakinan bahwa mereka tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk bertemu.

Di tengah kebingungan itu, Hani kemudian berlari sambil melambaikan tangannya kepada Rama

"Selamat tinggal yah Rama ... semangat terus pokoknya." ucapnya

Kemudian sound system sekolah berbunyi, terdengar operator sekolah mengumumkan bahwa siswa-siswi baru untuk segera berkumpul. Mereka akan mengadakan upacara serta pembagian kelas.

Singkat cerita, Rama akhirnya berada di dalam kelas 10 IPS 3. Dia kemudian duduk di bangku paling belakang dan tentunya dekat dengan jendela.

Seperti biasa, hari-hari pertama sekolah merupakan masa perkenalan dengan lingkungan baru. Mulai berkenalan dengan teman sekelas, memperkenalkan kegiatan OSIS, ekstrakurikuler hingga yang lainnya. Tapi, Rama tampaknya terlihat tidak peduli dengan semua itu, dia terus menatap keluar jendela dengan berharap bisa segera pulang ke rumah.

Di saat asyik menatap keluar jendela, terdengar seseorang memanggil namanya.

"Tolong perhatian semuanya!

Khususnya untuk Rama yang sedang asyik melamun di sana." ucap orang itu.

Suara tersebut kemudian memecah kebisingan. Yang timbul karena suara bising orang-orang yang entah itu sedang mengobrol, tertawa dan sebagainya.

Rama seperti pernah mendengar suara ini, suara seseorang yang pertama kali dia dengar di hari ini. Saat menoleh, ternyata benar suara itu berasal dari kakak kelasnya yaitu Hani. Dengan wajah malu sambil mengatakan

"iya .. maaf."

Kakak kelas itu kemudian memperkenalkan diri, dan mengatakan bahwa dia merupakan perwakilan dari ekstrakurikuler pencak silat.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!