Kiss and Splash

Bulan menatap pintu itu lagi. Dia jadi ngeri pada Biru yang punya badan besar begitu. Teringat ucapan Wina, bahwa banyak sekali pria berpostur tubuh besar ternyata...

Bulan bangkit, dia menggeser meja untuk menghalangi pintu. Yah, walaupun pintu itu dibuka dari sana, dan tidak mungkin pula Biru membukanya mengingat rasa kesal Biru bisa dirasakan melalui caranya yang mengunci dengan kasar seperti tadi. Tapi tetap saja Bulan perlu mengganjalnya.

Setelah selesai, dia kembali pada barang-barangnya yang akan ia susun.

"Bulan."

Pintu kamarnya dibuka, Dina muncul lagi. "Tante lupa bilang, kalau itu pintu ke kamar Biru. Kamar ini dulu milik Selatan dan Biru waktu kecil. Nah, sebelah itu kamar tante, emang pintunya dibuat begini supaya bisa mantau mereka berdua. Tapi tenang aja, kuncinya ada disana, kok. Nanti tante minta Biru buat kuncinya diserahin ke tante kalau Bulan ragu sama Biru. Hahaa."

Setelah mengatakan itu, Dina pergi tanpa menunggu jawaban Bulan.

"Telat, tan."

Bulan menghela napas, dan melanjutkan beres-beresnya.

...🍀...

Dentingan garpu dan sendok beradu di atas piring. Suasana makan malam membuat Dina lebih bersemangat saat anggota keluarganya bertambah satu.

Pelan-pelan Bulan makan dengan perasaan kikuk. Pasalnya, ini kali pertama ia makan malam bersama, dengan keluarga orang pula.

Bulan tidak pernah makan malam bersama Nita. Biasanya mereka makan sendiri-sendiri atau bersama teman-temannya di dapur resto saat bekerja sebagai asisten chef jika dapat shift siang sampai malam.

"Bulan, makannya yang banyak, ya." Ucapan Dina membuat Bulan tersenyum kaku.

"Kak Bulan, aku ingat dulu pernah dibela sama kak Bulan." Selatan mulai bersuara.

"Oh, ya?" Dina berseru senang melihat anaknya mengingat sesuatu dari Bulan.

"Iya. Dulu kak Bulan kan, bantuin aku pas diganggu sama anak-anak badung disana. Karena itu aku ga mau lagi ke rumah kak Bulan." Jelas Selatan, dan membuat yang lain tertawa, kecuali Biru.

Mata elang Samudra Biru sejak tadi menatap Bulan yang bisa-bisanya tidak terlihat bersalah setelah berani membuka pintu penghubung. Untung dia udah pakai celana.

Biru berdehem, sengaja, dan berhasil membuat Bulan refleks menoleh ke arahnya. Di saat itulah Biru bisa melihat Bulan dengan jelas sekali walau hanya beberapa detik karena Bulan mengalihkan wajahnya secepat kilat. Raut malas itu ditangkap Biru. Rasanya gadis itu tidak kelihatan malu telah mendapatinya sedang buka baju. Malahan Bulan yang tampak tidak suka padanya. Tentu ini menarik perhatian Biru. Ada apa denganku? Pikirnya.

Tapi dari pada itu, ada yang membuat Biru mematung. Yaitu, bibir merah muda Bulan yang tersenyum pada Dina, lalu lengkungan senyum itu berubah mengerucut ketika Dina meledeknya. Terlihat begitu seksi di mata Biru.

"Oh ya, beberapa hari lagi Bulan masuk kuliah, kan. Tante udah daftarin sesuai jurusan dan kampus yang Bulan mau."

"Makasih, tante. Makasih, om."

Cakra hanya mengangguk tipis, lalu melanjutkan makannya.

"Kebetulan banget, Biru juga ngajar disana."

Hah? Hampir aja Bulan mengeluarkan suara tidak sopan. Kok bisa?

"Duh, tante beneran seneng banget. Bulan disini, jadi rame. Biasanya makan malam banyak diam. Apalagi Biru. Jangan harap mau bicara."

Pemilik nama yang disenggol oleh Ibunya, tak urung menunjukkan respon.

"Biru emang gitu, Bulan. Tante ga tau dia nurun siapa. Kayaknya om Cakra ngga begitu banget." Ucap Dina, lalu melirik Biru. "Kalau ketemu Bulan di kampus, jangan diam-diam aja, Ru. Ditegur Bulannya biar akrab. Denger mama?"

"Hm." Dehem Biru.

Bulan enggan melirik. Dia mengangguk kecil pada Dina sebagai respon. Lagian, dia juga akan sama kaya Biru kalau ketemu, pura-pura tidak kenal.

"Emang kak Bulan ambil jurusan apa? Sama kayak kak Biru, ya?" Tanya Selatan membuka topik baru.

~

"Loh, kok sastra Indonesia, Mbul?" Tanya Yeshika, saat mereka tengah bervideo call berempat.

"Iya. Bukannya ambil tata boga? Passion kamu kan, disitu." Sahut Wina pula.

"Em.. aku segan. Kalian kan tau, itu jurusan yang banyak ngeluarin biaya praktik nantinya. Aku disini kan, numpang. Aku harus tau diri, lah."

Jawaban Bulan membuat ketiganya diam, mengiyakan.

"Yeaay. Nggak apapa, Mbul. Kita jadi satu fakultas. Seneng banget ada Bulan.. hehehe." Nadin tertawa senang diseberang sana. Karena ia adalah mahasiswi pendidikan Bahasa Indonesia.

"Tapi kalian kan, udah semester lima. Aku baru satu..." Keluh Bulan, karena selama dua tahun dia bekerja. Nita tidak mau membiayai kuliahnya, dan lebih menyuruh Bulan untuk menikah saja.

"Nggak apapa. Nanti kita bakalan sering singgah ke fakultas kalian, deh." Sahut Yeshika menenangkan.

"Sepupumu ganteng, Mbul?" Tanya Wina tiba-tiba.

"Inget cowomu, Win." Yeshika terkekeh geli.

"Haha nanya doang aelah."

"Ngga tau ga meratiin. Lagian kayanya dia ga selera perempuan. Badannya besar, mirip-mirip Andra, lah. Sial banget aku liat dia ga pake baju."

BUK! Biru menutup buku yang ia baca dengan kesal. Percakapan Bulan di depan sana bisa ia dengar cukup jelas, pasalnya ia duduk di dekat jendela kaca di kamarnya.

Pantas saja wajah gadis itu terlalu biasa saat melihatnya tengah berganti baju. Bukannya malu dan minta maaf, Bulan malah merasa sial.

Sebagai lelaki normal, Samudra Biru merasa tersinggung.

"Dia pikir semua laki-laki yang punya otot itu gay?" Gumam Biru dengan mata kesal menatap keluar jendela.

"Eh, By the way, aku mau nanya. Fakultas Psikologi dan Bahasa, jauh kan, ya."

Biru semakin merapatkan telinga saat mendengar pertanyaan Bulan dengan suara mengecil. Mungkin dia takut suaranya kedengaran sampai ke kamar Biru, tanpa ia tahu lelaki itu sudah sejak tadi duduk disana dan mendengar semua percakapan mereka.

"Engga jauh-jauh banget lah. Kenapa emang?"

"Eng.. Sepupu aku dosen disana. Jadi, aku ga mau jumpa."

Alis Biru tertaut. Sampai segitunya menghindar?

"Oh. Eh tapi, semester satu kayanya ada mapel psikologi, deh."

"Hah? Kok bisa?"

Seringai Biru terulas. Psikologi dasar di fakultas bahasa, ya. Biru ingat, dia sempat dipilih namun menolak. Tapi nampaknya, dia harus menanyakan lagi perihal siapa dosen yang akan masuk di fakultas itu.

Semakin Bulan ingin menghindar, maka semakin ingin Biru mendekatinya.

...🍀...

Sore itu, satu hari sebelum masa kuliah tiba, Bulan ingin bersantai sejenak saat semua orang di rumah belum kembali. Ia berniat membaca sambil menenggelamkan kakinya ke dalam kolam yang dingin.

"Non, mau berenang?"

Seorang pelayan rumah yang kebetulan lewat menegur Bulan. "Jangan disitu, non. Yang itu dalam banget. Coba diujung sana aja."

Bulan ikut menengok ke arah pelayan itu menunjuk. Kolam ini memang cukup luas, dan punya kedalaman yang berbeda pula. "Oh. Engga, Bi. Mau baca buku." Bulan mengangkat bukunya sambil tersenyum lalu mengangguk kecil pada si pelayan yang lantas pergi.

Setelah itu, Bulan yang memakai celana pendek dan kaos putih duduk di tepi kolam dengan kakinya yang masuk ke dalam. Air itu membuat Bulan lebih tenang, dan dia mulai membaca.

Beberapa menit berlalu, Bulan tidak bergerak. Biru yang memperhatikan dari jauh jadi ingin mendekat.

Sebenarnya, Biru sejak tadi ingin berenang. Hanya saja, melihat Bulan duduk disana membuatnya jadi enggan. Tetapi mengingat ucapan Bulan soal anggapan dirinya pecinta sesama jenis, membuat kekesalan Biru hadir ke permukaan. Dia berjalan dan berdiri tepat di belakang Bulan.

Bulan sangat menyadari kehadiran seseorang di belakangnya. Suara kaki yang berhenti tepat di belakangnya membuat Bulan menoleh.

Gadis itu diam, melihat Biru berdiri menjulang tanpa baju membuatnya agak kaget. Kemudian Bulan tahu, kayaknya sepupunya itu hendak berenang. Jadi dia memilih berdiri dan akan pergi dari sana.

"Kenapa pergi?"

Suara dingin dan wajah datar itu membuat Bulan menahan langkahnya.

"Mau balik ke kamar, kak." Senyumnya sedikit terulas, hanya sekedar agar kelihatan ramah.

Tangan Bulan ditahan oleh Biru, membuat gadis itu mengerut bingung. Sementara pikiran Biru berisik sekali dengan aksi tiba-tibanya yang menahan tangan Bulan tanpa tahu alasannya.

Bulan yang merasa risih, langsung menarik tangannya tapi sayang, Biru mencengkramnya kuat.

"Kak.. k-kenapa, ya."

Biru mengerjap, sedetik kemudian tersadar akan perlakuan anehnya ini. Bulan menarik tangannya dengan keras, namun tak juga membuat Biru melepaskan. Sampai akhirnya Biru yang tak punya alasan kenapa harus menahan Bulan pun melepaskan tangan gadis yang memberontak hingga karena kaget akan tangan yang terlepas, membuat Bulan hilang keseimbangan sampai tangan Bulan berusaha menarik apa saja yang ada didekatnya tatkala tubuhnya ingin menyebur ke kolam renang.

Mata gadis itu berkedip beberapa kali dengan debaran yang luar biasa. Dia menelan ludah, hampir saja menyebur kalau saja dia tidak mendapatkan tangan Biru sebagai penahan tubuhnya.

Kini Bulan menatap Biru. Lelaki itu diam saja saat tangannya bergenggaman dengan Bulan. Wajahnya tidak terlihat berniat menarik Bulan dari sana. Padahal tubuh gadis itu sudah miring 35 derajat. Jika Biru melepaskan tangannya, maka sudah pasti Bulan akan nyebur ke kolam.

Mata Bulan memohon, meminta agar Biru menarik tangannya dan menyelamatkan dirinya agar tidak jatuh. Sialnya, Biru diam dengan tatapan dingin ke arahnya.

Biru mematung. Matanya terlalu fokus pada Bulan yang menggigit bibirnya, takut jatuh ke dalam kolam yang dalam. Tapi sialnya, itu mengganggu Biru.

"Kak. Please.. tarik."

Mendengar permohonan itu, membuat Biru memikirkan satu hal. Tidak ada salahnya dia memastikan sesuatu. Sekalian memberitahu Bulan, bahwa dia adalah lelaki normal.

Biru akhirnya menarik tangan Bulan, sejenak gadis itu tenang ketika tangan lain yang menggenggam buku berhasil meraih bahu Biru untuk tumpuan.

Sedetik kemudian, Biru malah memeluk pinggang Bulan dan memiringkan wajahnya, mencicipi rasa bibir yang berani menilainya sebagai pria pecinta sesama jenis, dan detik itu pula Biru menyeburkan diri mereka berdua ke dalam kolam.

Mata Bulan terbelalak dengan detakan jantung yang luar biasa saat dua detik sebelum terjebur mampu membuatnya merasakan lembut bibir Biru yang menyapu bibirnya.

TBC...

Terpopuler

Comments

anikksuriani🌼

anikksuriani🌼

aaaaaa bulan yg di cium aku yg tremorr😭😭😭😭😭

2024-01-07

4

Fifid Dwi Ariyani

Fifid Dwi Ariyani

tryssabar

2024-01-07

0

Mamah Kekey

Mamah Kekey

aih..bdnnya.🤤

2023-12-22

2

lihat semua
Episodes
1 Curiga Gay
2 Balas Dendam
3 Samudra Biru
4 Pintu Kamar Penghubung
5 Kiss and Splash
6 Jiwa yang Terganggu
7 Dijemput Dosen
8 Rasa Ingin Menafkahi
9 Lelaki yang waktu itu...
10 Ciuman Pertama
11 Perlahan Menjauh
12 Tantangan Biru
13 Anting di Kamar Biru
14 Penjelasan Biru
15 Cari Perhatian
16 Mengikuti Naluri
17 Tersentil Ucapan Bulan
18 Digoda Waria
19 Bisikan Biru
20 Ciuman Gila
21 Mantan Kekasih Biru
22 Di Atas Ranjang
23 Membohongi Biru
24 Panggilan Sayang
25 Menggoda Biru
26 Berkenalan Dengan Malika
27 Pemilik Saham Cakra
28 Pelanggan Pertama Wina
29 Dalam Pantauan Biru
30 Pertikaian Yang Seharusnya Tak Didengar
31 Selesai
32 Keputusan Anita
33 Di Kantor Polisi
34 Rasa Rindu Bulan
35 Menggantikan Pengantin Pria
36 Bibir Yang Menjadi Candu
37 Kepergian Bulan Dari Rumah
38 Biru Mengejar Bulan
39 Jangan Berhenti, Biru.
40 Menelan Ludah Sendiri
41 Membuat Rencana Baru
42 Perkenalan Bulan Dengan Rudi
43 Perang Batin
44 Sepupu Baru
45 Kehadiran Biru Membuat Rindu
46 Pemindahan Kekuasaan
47 "Dia itu Gay."
48 Berita Besar Untuk Wina
49 Kecurigaan Biru pada Papanya
50 Berita Baik dan Buruk buat Biru
51 Berlutut Didepan Anita
52 Kunjungan Rumah Sakit
53 Kamera CCTV Dashboard Mobil Cakra
54 Tersebarnya Perselingkuhan Cakra
55 Mengajak Bulan Menikah
56 Panggilan Untuk Mas Pacar
57 Wanita Selingkuhan Cakra
58 Tidak Semua Bisa Diceritakan
59 Ancaman Wina untuk Biru
60 Gombalan Bertubi-tubi
61 Pantai
62 Dibuat Kesal
63 Perjanjian Pranikah
64 Dapat Restu!
65 Di Kamar Mandi
66 Bertemu Rudiantoro
67 Fitting Baju
68 Menuju Hasrat Tertinggi
69 Virgin until Married
70 Foto Kenangan
71 Kehadiran Malika
72 Kehadiran Cakra di Depan Rumah Anita
73 Permintaan Maaf Cakra
74 Keinginan Malika
75 Semua Telah Berakhir
76 Hampir Takluk
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Curiga Gay
2
Balas Dendam
3
Samudra Biru
4
Pintu Kamar Penghubung
5
Kiss and Splash
6
Jiwa yang Terganggu
7
Dijemput Dosen
8
Rasa Ingin Menafkahi
9
Lelaki yang waktu itu...
10
Ciuman Pertama
11
Perlahan Menjauh
12
Tantangan Biru
13
Anting di Kamar Biru
14
Penjelasan Biru
15
Cari Perhatian
16
Mengikuti Naluri
17
Tersentil Ucapan Bulan
18
Digoda Waria
19
Bisikan Biru
20
Ciuman Gila
21
Mantan Kekasih Biru
22
Di Atas Ranjang
23
Membohongi Biru
24
Panggilan Sayang
25
Menggoda Biru
26
Berkenalan Dengan Malika
27
Pemilik Saham Cakra
28
Pelanggan Pertama Wina
29
Dalam Pantauan Biru
30
Pertikaian Yang Seharusnya Tak Didengar
31
Selesai
32
Keputusan Anita
33
Di Kantor Polisi
34
Rasa Rindu Bulan
35
Menggantikan Pengantin Pria
36
Bibir Yang Menjadi Candu
37
Kepergian Bulan Dari Rumah
38
Biru Mengejar Bulan
39
Jangan Berhenti, Biru.
40
Menelan Ludah Sendiri
41
Membuat Rencana Baru
42
Perkenalan Bulan Dengan Rudi
43
Perang Batin
44
Sepupu Baru
45
Kehadiran Biru Membuat Rindu
46
Pemindahan Kekuasaan
47
"Dia itu Gay."
48
Berita Besar Untuk Wina
49
Kecurigaan Biru pada Papanya
50
Berita Baik dan Buruk buat Biru
51
Berlutut Didepan Anita
52
Kunjungan Rumah Sakit
53
Kamera CCTV Dashboard Mobil Cakra
54
Tersebarnya Perselingkuhan Cakra
55
Mengajak Bulan Menikah
56
Panggilan Untuk Mas Pacar
57
Wanita Selingkuhan Cakra
58
Tidak Semua Bisa Diceritakan
59
Ancaman Wina untuk Biru
60
Gombalan Bertubi-tubi
61
Pantai
62
Dibuat Kesal
63
Perjanjian Pranikah
64
Dapat Restu!
65
Di Kamar Mandi
66
Bertemu Rudiantoro
67
Fitting Baju
68
Menuju Hasrat Tertinggi
69
Virgin until Married
70
Foto Kenangan
71
Kehadiran Malika
72
Kehadiran Cakra di Depan Rumah Anita
73
Permintaan Maaf Cakra
74
Keinginan Malika
75
Semua Telah Berakhir
76
Hampir Takluk

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!