MENGGAPAIMU
"Ayah dan bunda tetap mau kamu dijodohkan, tidak ada penolakan Al!” bentak Wijaya dengan penuh penekanan.
"Al gak mau dijodohin yah! Sekarang bukan zamannya jodoh-jodohan, setiap orang punya hak untuk memilih! " kata Aleeya sambil melempar bantal kesana-kemari.
"Al benci ayah bunda! Ayah bunda udah berubah, gak sayang sama Al! " teriaknya sekali lagi.
Kamar nuansa pink biru itu seketika berubah layaknya kapal pecah, foto-foto boyband Korea yang bergantungan di dinding jatuh berserakan,
“Prakkk”
“Bughh”
“Duaarr”
Termasuk foto besar yang menampakkan wajah bahagia Aleeya beserta keluarga Wijaya ketika berlibur di Amerika musim dingin tahun lalu. Wangi parfum mawar yang semerbak tak terasa, yang ada hanya suara isak tangis yang memilukan. Kali ini dunia Aleeya benar-benar hancur dibuatnya.
Di balik pintu kayu jati itu berdiri ayah dan bunda Aleeya, saling menatap satu sama lain, Membiarkan tatapan itu mengartikan isyarat dan kekecewaan yang mendalam. Merasakan kebingungan Masing-masing. Mereka bukanlah orang tua yang egois, layaknya cerita novel remaja yang tega menjodohkan anaknya untuk kepentingan pribadi, bisnis dan semacamnya. Yang mereka inginkan layaknya orang tua pada umumnya, kebahagiaan anak semata wayangnya itu. Mereka ingin Aleeya berubah, tidak manja dan sudah waktunya menata hidupnya. Mereka ingin Aleeya mandiri. Hingga terdengar suara bunda dan tak berapa lama kemudian mereka pergi dari depan pintu kayu jati itu.
“Mungkin dunia Al benar-benar hancur kali ini yah, bunda yakin Al mau, cuma dia butuh waktu untuk sendiri”
Di kamar Aleeya
Di dalam kamar yang besar dan luas seorang gadis cantik bermata indah bak rembulan, kulit putih dan pipi yang merah terduduk di lantai sambil memegang ujung seprai tempat tidurnya, menyandarkan kepala yang terasa berat itu. Mencoba menahan sisa-sisa isakan tangis yang sempat menemaninya, kemudian mengusap perlahan air mata yang sudah kering di pipinya, mengingat-ingat entah sudah berapa lama ia menangis.
Hening.
Hampa.
Sendirian.
Aleeya bukan tipe anak yang melawan orang tua, tapi kali ini hati dan pikirannya tidak bisa bersatu. Pikirannya bercabang entah kemana-mana, tidak percaya dengan apa yang telah terjadi, tidak percaya ayah dan bunda tega mengatakan itu padanya. Aleeya merasa bahwa pernikahan tanpa cinta adalah hampa, sia-sia. Pernikahan bukanlah hanya dua pasang insan terikat janji suci di depan Tuhan dan menghubungkan dua keluarga. Pernikahan tidak sesederhana itu, setidaknya itulah pendapat Aleeya. Aleeya ingin menikah dengan lelaki yang dia cintai dan lelaki itu juga mencintainya, maka barulah itu yang dinamakan cinta sehidup semati. Cinta sejati, menua bersama dan bahagia selamanya. Bukan sekarang. Bukan perjodohan. Aleeya tidak pernah berpikir akan mengalami hal ini. Aleeya benar-benar menyesalkan hidupnya.
"Aku gak mau dijodohkan, gak akan pernah! Bahkan ayah dan bunda gak bisa memaksa ku! Gak akan! Aarrgghhh! " jerit Aleeya frustasi, ia kembali meluapkan kesedihannya.
Kecewa.
Marah.
Aleeya Aamira Wijaya, putri semata wayang pemilik Wijaya Company, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perminyakan dan pertambangan. Perusahaan yang disegani banyak pihak bukan hanya karena sukses dalam bisnis, perusahaan ini adalah milik seorang Wijaya, pemilik dari salah satu stasiun TV terkenal dan disegani karena beraninya dalam bersuara politik. Aleeya, Gadis berusia 19 tahun itu adalah seorang mahasiswi tingkat 1 Universitas Persada Internasional (UPI) jurusan Business Management. Terlahir dari keluarga kaya dan harta benda yang berlimpah serta orang tua yang sangat menyayanginya, menjadikan Aleeya sebagai gadis manja dan keras kepala. Semua yang diinginkannya harus terpenuhi termasuk kepada ayah bundanya. Terlahir sebagai putri semata wayang keluaga wijaya menjadikan Wijaya dan istrinya selalu menuruti keinginannya, mereka tidak tega jika putri semata wayangnya itu bersedih apalagi menangis. Mereka berusaha untuk memenuhi segala keinginannya.
Hancur
Setelah kejadian tadi siang, Wijaya dan istrinya tidak bisa tenang, mereka khawatir dengan keadaan anak semata wayang mereka, Aleeya. Duduk termenung diatas ranjang sang penguasa rumah, saling bertatapan membiarkan waktu terus mengitari momen kebersamaan dua insan itu. Sudah lama, sejak menikah dan merasakan bahwa waktu telah mencuri masa-masa keemasan itu. Memfokuskan diri untuk terus membesarkan Aleeya, buah hati keluarga Wijaya. Tak sadar waktu berjalan dengan cepat, mengantarkan dua insan yang tak lagi muda. Saling pandang, saling melihat wajah yang mulai menua, tampak kerutan di sekitaran ujung mata. Sudah lama sekali mereka kehilangan waktu berdua, berbagi cinta dan kasih untuk Aleeya sang putri kecil ayah dan bundanya. Wijaya dan istrinya mengenang masa-masa itu dalam diam, menatap lurus ke dalam mata sang pujaan, kemudian berbalik sibuk dengan pikiran masing-masing.
“Drrrrrtttttt… Drrrrrtttt… Drrrrrtttt”
Wijaya mengangkat handphone yang terletak diatas meja, melihat nama yang tertera kemudian menjawab
“Baiklah kami akan kesana”.
“Siapa yah?” tanya bunda.
“Kita harus pergi sekarang, keluarga Sanjaya ingin bertemu” kata Wijaya menatap wajah istrinya.
“Al gimana? kita ajak saja yah? bunda gak tega ninggalin Al di rumah setelah kejadian tadi” kata nyonya Wijaya menggambarkan kekhawatiran di wajahnya.
“Ya bun, kita ajak Al” jawab Wijaya akhirnya.
“Al, Al buka pintunya sayang, bunda sama ayah mau ketemu keluarga Sanjaya, kamu ikut gak Al?” kata bunda dibalik pintu dengan penuh kasih sayang, siapa pun tahu bunda Aleeya sangat menyayangi putri satu-satunya itu.
Hening.
Diam.
“Sepertinya Al sudah tidur bun, kita biarkan saja Al istirahat, kita berdua saja yang pergi” kata Wijaya merangkul pundak istrinya, disusul anggukan nyonya Wijaya. Tampak raut kekecewaan di wajah cantiknya.
Terdengar suara pintu rumah ditutup, kemudian suara mobil yang mulai bergerak maju.
Sementara di balik pintu jati itu, seorang gadis menahan tangisnya. Betapa ia merindukan ayah dan bundanya, saat-saat bahagia bersama mereka. Namun egonya melarangnya, membiarkan rasa sakit itu bersarang dihatinya. Dia mencoba meyakinkan diri, tidak lama lagi, ia hanya harus bertahan sampai ayah dan bundanya membatalkan perjodohan itu dan menuruti kemauannya. Tidak lama lagi. Hanya satu hal yang tidak gadis itu ketahui. Waktu tidak bisa berputar, dan kebanyakan manusia menyesal karena baru menyadarinya.
Di mobil
Diperjalanan menuju rumah Sanjaya, Wijaya dan istrinya hanya termenung di bangku belakang mobil. Masih tergiang-ngiang masalah yang tak kunjung usai. Hingga Akhirnya…
“Pak Budi, awas!!!” Teriak nyonya Wijaya.
Budi, supir pribadi keluarga Wijaya yang melihat ada orang yang melintas di depan mobil mereka sontak membanting stir. Namun keberuntungan tidak berpihak kepada mereka, mobil malah hilang kendali dan akhirnya menabrak sebatang pohon besar dipinggir jalan. kejadian itu cepat sekali, tak ada yang menduga
“Drrrrttt…Drrrrttt…Drrrrttt”
"Halo… Iya benar ini rumah pak Wijaya, saya pembantunya … Apa??? " telpon rumah terjatuh.
"Tut…tut…tut… sambungan telpon terputus.
Wajah bi Sumi berubah pucat, tangannya gemetar, air matanya mengalir deras. Bagaimana ia harus memberitahu non Aleeya?
“Bi, bi… Ayah bunda udah pulang bi?” tanya Aleeya kepada bi Sumi ketika ia melihat jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, tidak biasanya seperti ini.
“Non, non yang sabar ya” tangis bi Sumi pecah.
"Kenapa sih bi? Bibi kenapa? Kok nangis gitu? tanya Aleeya penasaran.
“Nyonya… tuan non… hiks… hiks… nyonya dan tuan kecelakaan dan polisi bilang tidak ada satupun yang selamat termasuk pak Budi” kata bi Sumi terisak-isak.
Tubuh Aleeya gemetar, tidak percaya dengan apa yang terjadi. Ini tidak mungkin!
“Non yang sabar ya” kata bi sumi memeluk Aleeya.
Aleeya menangis, terisak-isak. Kemudian tak sadarkan diri.
.
.
.
MENGGAPAIMU
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Haidar Rasyid
baru mulai udah tragedi
2023-08-01
3
Medeia (✿ ♥‿♥)
huhu karya baruu ♡´・ᴗ・`♡
2023-07-29
4
Tamahiko Chan
Tinggalkan jejak 👣
2023-07-27
3