Siang ini Aleeya bergegas menuju mall, membeli segala kebutuhan bulanan keluarga dan juga kebutuhan diri. Tidak sengaja ia bertemu dengan Hanafi, pengacara yang dipercaya untuk menyelesaikan kasus Wijaya Company dan membersihkan nama baik ayahnya.
"Buk Aleeya! " sapa Hanafi ditengah kesibukan Aleeya memilih jenis-jenis buah-buahan.
Aleeya yang mendengar namanya dipanggil, segera mencari sumber suara itu.
“Pak Hanafi? Bapak juga lagi belanja?” tanya Aleeya sopan.
"Han saja, anggap seperti teman! " pinta Hanafi.
"Ee iya, kalau begitu panggil saja saya Al! " pinta Aleeya juga.
“Oke” jawab Hanafi. “Saya juga lagi belanja, kamu dengan siapa kesini?” lanjut Hanafi.
“Hmm…saya pergi sendirian” jawab Aleeya.
“Kamu?” tanya Aleeya juga. Belum sempat Hanafi menjawab, sebuah tangan mungil telah memegang tangannya.
“Pa, aku boleh ambil buah ini?” tanya gadis kecil itu sambil menunjukkan buah jeruk di tangannya.
“Boleh” kata Hanafi lembut. “Perkenalkan Ze, ini tante Aleeya” kata Hanafi sambil menunjuk Aleeya yang berada didepannya. “Dan perkenalkan Al, ini Zeva anak saya” jelas Hanafi.
Aleeya terkejut mendengar penjelasan Hanafi, ia pikir Hanafi masih single. Melihat bentuk wajah dan mata gadis kecil di depannya ini, Aleeya seperti sering melihatnya. “Tapi siapa ya?” batin Aleeya, kemudian ini hapus semua tanda tanya dipikirannya.
“Pa? ini mama aku ya?” tanya gadis kecil itu pada Hanafi.
Baik Aleeya maupun Hanafi sama-sama terkejut dibuatnya, dua-duanya salah tingkah.
“Hmm… bukan sayang, ini tante Aleeya teman papa” jelas Hanafi kepada putri kecilnya.
“Aku mau punya mama!” rengek gadis kecil itu.
Aleeya seolah-olah dapat merasakan kesedihan gadis kecil itu, seperti saat ini ia kehilangan ayah dan bundanya. Tapi hidup Aleeya masih dapat dikatakan lebih bahagia, ia masih dapat merasakan kasih sayang kedua orangtuanya sejak kecil.
Aleeya berlutut di depan gadis kecil itu, tangannya merangkul pundak gadis kecil. “Kamu bisa nganggap tante seperti mama kamu kok sayang, gadis manis jangan sedih” kata Aleeya menenangkan.
“Beneran tante?” tanya gadis kecil yang dipanggil Zeva itu.
“Beneran dong” kata Aleeya, senyuman terukit diwajahnya. Ia membayangkan kelak dapat mempunyai anak yang manis seperti Zeva.
“Yeay, Zeva punya mama!” katanya semangat.
Dapat Aleeya lihat senyum haru di mata Hanafi, mungkin sudah sering Hanafi mendengar rengekan putri kecilnya itu tapi masih susah menjelaskannya, begitulah pikir Aleeya.
“Peluk tante dong!” pinta Aleeya menggoda Zeva.
Zeva langsung menghamburkan dirinya dipelukan Aleeya, Aleeya dapat merasakan kesenangan dari wajah Zeva.
Tidak ingin terlarut dalam suasana, Hanafi pun menyuruh pengasuh Zeva untuk membawa Zeva berbelanja lagi.
“Zeva sayang, kamu belanja lagi gih. Tadi katanya mau beli buah-buahan warna-warni” kata Hanafi membujuk kemudian diiyakan oleh Zeva.
Aleeya tahu Hanafi hanya beralasan, merasa tidak enak pada Aleeya. Padahal Aleeya tidak merasakan risih atau terganggu, justru Aleeya sangat senang dapat dekat dengan Zeva.
"Tante, aku cari buah dulu ya! Sampai juga lagi tante cantik! kata Zeva semangat.
“Iya sama-sama manis!” kata Aleeya tak kalah semangat.
Zeva kemudian berlalu dan tinggallah Aleeya dan Hanafi berdua.
“Al!” panggil Hanafi.
“Ee, iya?” jawab Aleeya.
“Saya sudah menyelidiki kasus ayah kamu” kata Hanafi. Membuat Aleeya kembali fokus.
“Dari data yang saya dapatkan dan dari hasil penyelidikan, saya menduga ada keterkaitan buk Aditama dalam kasus yang melibatkan ayah kamu, sepertinya dia telah mengatur ini semua” lanjut Hanafi.
Aleeya sangat terkejut dengan apa yang dikatakan Hanafi, bagaimana tidak? buk Aditama adalah istri dari Aditama, ayah Tania. Dan dari cerita Tania ayahnya sedang berada didalam penjara karena suatu kasus, bagaimana mungkin ada hubungannya buk Aditama dengan keluarga Aleeya? Aleeya belum percaya.
“Tapi ini masih dugaan saya sementara, masih banyak hal yang harus saya selidiki” lanjut Hanafi.
Aleeya berdoa bahwa dugaan Hanafi adalah salah, ia tidak ingin hubungannya dengan Tania maupun keluarganya hancur. Cukuplah masalah yang melibatkan dirinya, Tania dan Faiz, jangan tambah lagi.
“Terima kasih atas bantuannya, semoga kasus ini cepat terselesaikan” jawab Aleeya.
“Saya akan berusaha sebaik mungkin” papar Hanafi.
Aleeya membalas perkataan Hanafi dengan senyuman, ia tahu pengacara keluarganya ini akan bekerja dengan sebaik mungkin.
“Oo iya, saya pergi duluan ya” kata Hanafi. “Kasihan Zeva pasti telah menunggu saya, sampai jumpa” lanjut Hanafi.
“Sampai jumpa kembali, titip salam sama Zeva ya” kata Aleeya.
“Pasti, assalamu’alaikum” kata Hanafi.
“Wa’alaikumussalam” jawab Aleeya.
Banyak pertanyaan berputar-putar di kepala Aleeya, tentang dimana ibu Zeva istrinya Hanafi, tentang hubungannya ibu Tania dengan kasus ayahnya. Sepertinya Aleeya punya banyak waktu untuk mencari tahu.
Ditempat lain seorang pria sedang berada dikamarnya, membuka album foto lama yang berisikan gambar dua orang anak kecil, Laki-laki dan perempuan yang sedang bermain bersama. Tampak raut kebahagian terpancar di wajah keduanya, saling bergandengan tangan dan tertawa ria.
“Aku sayang kamu Aleeya, dari dulu sampai sekarang. Aku bersyukur telah menemukanmu setelah sekian tahun berpisah” kata lelaki itu sambil membolak-balikan album foto.
“Aku bertekad pada diriku sendiri untuk membahagiakan kamu, aku berjanji akan menjagamu seperti janjiku dulu” lanjutnya.
Ada raut kesedihan sekaligus kebahagian diwajahnya, ia benar-benar merindukan gadis impiannya itu. Kali ini dia tidak boleh mundur, dia harus berani menyatakan perasaannya dengan Aleeya, diterima atau ditolak baginya adalah nomor sekian, setidaknya Aleeya sudah mengetahuinya.
Flashback On
"Kak, kakak janji bakalan terus jagain aku?" tanya gadis kecil berumur 5 tahun itu.
"Iya, aku bakalan jagain kamu kok. Ga usah khawatir" jawab bocah laki-laki yang dipanggil dengan sebutan kakak.
"Aku sayang sama kak Artha" lanjut gadis kecil itu.
"Aku juga sayang sama kamu, Al!" balas bocah laki-laki itu.
…
"Aku gak mau pindah bun!" rengek seorang gadis kecil.
"Aku mau main sama kak Artha!" sambungnya.
"Aku gak punya teman selain kak Artha, bun, yah" rengekannya kembali terdengar.
Tarikan paksa namun lembut harus dilakukan wanita cantik itu pada putri kecilnya, ia terpaksa melakukannya.
"Kak Artha… kak Artha" kata gadis kecil itu di tengah-tengah tangisnya.
Sebelum mobil benar-benar bergerak maju, terdengar suara bocah kecil berteriak dari belakang.
"Al, jangan pergi! Jangan tinggalin kakak, Al!" jeritnya.
"Al, kita kan janji untuk terus sama-sama!" kali ini tangisnya pecah.
Gadis kecil itu membalikkan wajahnya ke belakang, tampak jelas dari kaca belakang mobil, seorang bocah kecil tengah berlari mengejar mobil itu sambil memanggil namanya. Kak Artha pekiknya. Tangis gadis kecil itu kembali pecah, ayah dan bundanya sangat iba tapi tidak dapat melakukan apa-apa. Mereka terpaksa pindah ke ibukota karena usaha ayah gadis kecil itu berkembang pesat, mereka sekeluarga harus pindah.
...
Di malam yang penuh bintang, disekitaran pinggir pantai yang sejuk. Duduklah dua insan berhadapan, masih dalam keadaan diam hingga salah satu dari keduanya membuka pembicaraan.
“Ini kamu yang siapin Tania?” tanya Faiz memecahkan suasana.
Tania tersenyum lembut.
“Iya, aku yang siapin. Udah 5 hari kita di Bali, belum ada waktu untuk kita duduk berdua” jawab Tania.
“Kita sibuk dengan perlombaan” kata Faiz.
Tania hanya tersenyum datar, hatinya sedih. Ia kira Faiz akan sadar bahwa ini merupakan sindiran halus agar Faiz membuat makan malam romantis kepadanya.
“Sepertinya sudah lama kita tidak berbincang-bincang” kata Tania. “Tidak lama lagi kita akan wisuda iz, aku sudah tidak sabar” lanjut Tania.
Faiz tahun akan kemana arah pembicaraan ini, Tania mengingatkan akan janjinya dulu untuk menikahi Tania setelah tamat kuliah.
“Faiz?” panggil Tania, dilihatnya Faiz masih saja diam.
“Ya Tania” jawab Faiz tersadar.
“Aku rasa akhir-akhir ini kamu berubah, tapi mungkin cuma dipikiranku saja” kata Tania mencoba berpikir positif.
“Maksud kamu?” tanya Faiz.
“Iya, sebelumnya kamu sangat romantis. Memberi perhatian kepadaku, aku sangat merindukan perhatian itu” kata Tania meluapkan isi hatinya. “Apa kamu masih mencintaiku iz?” tanyanya serius.
Mendengar pertanyaan Tania, Faiz seolah-olah bingung. Di lubuk hatinya paling dalam ia masih mencintai Tania, cinta pertamanya. Wanita yang ia impi-impikan akan menjadi pendamping hidupnya, ibu dari anak-anaknya. Tapi setelah kehadiran Aleeya, pikirannya kacau. Ia tidak tahu apakah hatinya juga telah terbuka untuk Aleeya, tinggal serumah dengan wanita itu membuatnya seolah-olah punya tanggung jawab lain.
“Faiz?” panggil Tania lagi, perasaan Tania benar-benar kacau. Ia takut Faiz sudah tidak mencintainya, ia takut Faiz berubah.
“Iya, aku masih mencintai kamu Tania” kata Faiz akhirnya.
Tania tersenyum, ternyata harapannya terkabul. Faiz masih mencintanya, Laki-laki yang sangat ia cintai sejak awal.
“Aku mencintaimu juga Faiz” kata Tania, senyuman terukir jelas di wajahnya.
Pikiran Faiz beradu, saat ini pikirannya malah kepada Aleeya. Ia memikirkan apa yang sedang Aleeya lakukan sekarang, akhir-akhir ini Faiz selalu mengkhawatirkan keadaan Aleeya dirumah sendirian. Disisi lain ia juga masih mencintai Tania, first love nya.
.
.
.
MENGGAPAIMU
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Medeia (✿ ♥‿♥)
zeva cayangg, itu bukn mama kmu
tpi cocok sihh yaaa wkwkw
2023-07-29
3
Tamahiko Chan
oh tydackk
2023-07-27
3