Devan menjalani mobilnya menuju rumah Aleeya, beberapa hari ini Aleeya tidak mengangkat telponnya. Ia sangat khawatir mengenai keadaan Aleeya sekarang.
Mobil Devan berhenti tepat di depan rumah keluarga Wijaya, tidak ada tanda kehidupan disana. Ada satu hal yang membuat Devan terkejut, terdapat papan tulisan besar bertuliskan “RUMAH INI DISITA!”.
"Apa yang terjadi sama kamu Al? kenapa kamu terus-terusan menutupi semuanya? tanya Devan dalam hati kemudian melajukan mobilnya.
...
Pasca wisuda seminggu yang lalu, baik kehidupan Faiz maupun Devan berubah. Faiz Anugrah Sanjaya menjadi seorang direktur utama di Sanjaya Corp menggantikan posisi sang ayah, Sanjaya. Sedangkan Devan Artha Anjasmara memilih melanjutkan bisnis keluarga, Hotel and Resto Anjasmara yang merupakan hotel sekaligus restoran berbintang lima.
“Kak, aku mau makan mie aceh nih” pinta Aleeya dari telpon.
Beberapa hari ini Aleeya selalu meminta di belikan makanan, maklum saja ibu hamil memiliki banyak permintaan.
“Iya… sayang. Aku suruh pak Jojo yang beli ya” jawab Faiz.
“Aku maunya kakak yang beli” kata Aleeya dengan suara manjanya.
“Yah, aku bentar lagi ada meeting sama klien nih. Sama pak Jojo aja ya” jawab Faiz membujuk.
“Aku gak mau kak, aku maunya kakak yang beli. Yaudah deh aku gak mau makan” balas Aleeya masih dengan suara manjanya.
Di tempat lain Faiz hanya dapat membuang nafas pasrah, ia tentu saja tidak dapat membatah permintaan istrinya itu.
“Iya sayang, aku beliin deh” jawab Faiz akhirnya.
Aleeya tersenyum penuh kemenangan. “Mie aceh yang pas di depan rumah aku yang lama ya kak” kata Aleeya lagi.
“Kalau gak di depan rumah kamu gimana sayang?” tanya Faiz. “Rumah kamu kan berlawanan arah dari rumah kita” sambung Faiz.
“Aku tetap mau mie aceh yang ada di depan rumah aku, kak” jawab Aleeya.
Faiz mendengus kesal. “Sabar Faiz, itu permintaan anak kamu. Oke calon papa, harus semangat!” batin Faiz menyemangati dirinya.
“Oke sayang, tunggu aku di rumah” balas Faiz.
“Makasih kak!” jawab Aleeya penuh semangat.
Faiz tersenyum mendengar suara istrinya itu, benar saja di saat-saat seperti ini dia selalu merindukan istrinya.
“Ren, batalkan semua jadwal hari ini!” kata Faiz kepada sekretaris nya kemudian berlalu.
"Tapi iz… " belum sempat Rena melanjutkan kalimatnya, Faiz telah memasuki lift.
Rena hanya geleng-geleng kepala melihat kepergian Faiz. Dia sudah sangat hafal dengan sikap bos mudanya itu.
Rena Talia adalah sahabat sekaligus sekretaris Faiz di Sanjaya Corp, persahabatan mereka sudah terjalin sejak kecil, hanya saja beberapa tahun terakhir Rena sibuk dengan kuliahnya dan Faiz juga sibuk dengan kehidupannya.
Di Mobil
Drrrrtt… Drrrrt… Drrrrt…
Panggilan Masuk
Tania
Handphone Faiz bergetar, tertera nama seseorang yang akhir-akhir ini ingin ia jauhi.
Drrrrt… Drrrt… Drrrtttt…
Panggilan Masuk
Tania
“Assalamu’alaikum” sapa Tania.
“Wa’alaikumussalam” jawab Faiz.
“Kamu kok gak ngangkat telpon aku sih?” tanya Tania.
“Kan aku udah bilang, di antara kita udah gak ada hubungan apa-apa lagi Tania” jawab Faiz.
Terakhir kali ketika Tania melabrak dirinya dengan Aleeya, Faiz sudah memutuskan hubungan dengan Tania. Ia ingin memulai lembaran baru dengan Aleeya, sebagai suami seutuhnya.
“Kamu akan menyesal iz!” ancam Tania.
“Sudah ya aku tutup dulu” jawab Faiz tenang.
“Faiz!” panggil Tania.
Faiz mematikan sambungan telponnya, ia tidak ingin mendengar suara Tania lagi. Sejujurnya perasaan itu masih ada, tapi Faiz menepis semua perasaanya dan hanya menyisakannya untuk Aleeya.
“Maafin aku” batin Faiz kemudian memfokuskan pikirannya kembali ke jalan.
...
Tania frustasi, ia benar-benar marah sekarang. Pria yang sangat ia cintai mengabaikannya, melupakannya. hatinya kelu, perasaannya hancur.
“Ini semua karena kamu Aleeya!” teriak Tania. “Aku benci kamu Al!” lanjutnya.
Tania merenungkan nasib nya selanjutnya, ia ingin kebahagiaan. Ia tak ingin sendiri, kemudian sebuah senyuman terpancar dari sudut bibirnya.
“Kalau aku gak bisa bahagia, kalian juga!” kata Tania kemudian tertawa.
Tania berdiri tepat di depan rumah mewah sebuah keluarga bahagia, semua rencana telah tersusun di kepalanya. Hanya satu tujuannya, ia juga ingin merasakan kebahagiaan. Bukankah setiap orang punya hak untuk bahagia?
“Maaf non, non cari siapa ya?” tanya seorang satpam ketika melihat Tania berdiri di depan pagar.
“Oo iya pak, saya mencari pak Hanafi. Apakah sekarang ada di rumah?” tanya Tania sopan.
“Bentar ya non, saya tanya dulu. Apakah pak Hanafi bisa bertemu” jawab satpam kemudian masuk ke dalam rumah.
Tania menunggu di pos satpam di temani oleh satpam yang lain.
“Silahkan duduk non” kata satpam itu sopan.
“Terima kasih pak” jawab Tania.
…
“Maaf pak, ada seorang wanita yang ingin bertemu dengan bapak” kata satpam sopan.
“Hmm… baiklah, suruh dia masuk” jawab Hanafi yang sedang duduk di teras depan.
“Baik pak” jawab satpam kemudian berlalu.
Hari ini adalah hari minggu, Hanafi memanfaatkan waktunya untuk beristirahat dan bertemu keluarga. Sudah seminggu Hanafi dan Natasya menikah, kehidupan mereka sangatlah harmonis.
“Selamat pagi kak” kata seorang wanita.
Hanafi masih kenal dengan suara ini, ia kemudian meletakkan kembali koran yang tadi sedang ia baca.
Hanafi melihat wajah wanita itu dengan sedikit terkejut, tetapi sang wanita malah tersenyum manis kepadanya.
“Tania?” kata Hanafi kemudian berdiri.
Tania tersenyum.
“Oo ternyata kamu masih ingat sama aku kak” kata Tania kemudian maju ke hadapan Hanafi.
Dapat Hanafi rasakan Tania melingkarkan tangannya di leher Hanafi.
“Kamu ngapain?” tanya Hanafi kemudian melepaskan tangan Tania paksa.
Tania masih tersenyum.
“Aku? Hahaha, tentu saja aku ingin bertemu dengan anakku” kata Tania tersenyum miris.
Mata Hanafi membulat. “Apa? Dia anak aku, bukan anak kamu!” kata Hanafi emosi.
Benar saja Hanafi emosi, sudah bertahun-tahun ia mengasuh Zeva tak pernah sekalipun Tania bertanya mengenai keadaannya. Malah Tania selalu menjauhi mereka, tapi sekarang? buat apa ia kemari?
Tania tersenyum getir.
“Aku ibunya dan bagaimanapun aku tetap ibunya” kata Tania tak mau kalah.
“kamu cuma ibu biologis, kamu bukan ibunya yang sebenarnya” kata Hanafi tegas, rahangnya mengeras.
Tanpa sadar ada seorang wanita cantik keluar dari dalam rumah.
“Benar yang dikatakan Hanafi, kamu cuma ibu biologis, aku lah ibu Zeva yang sebenarnya” kata Natasya percaya diri.
Baik Hanafi maupun Tania sontak memandang Natasya.
“Kamu?” tanya Tania tersenyum. “Bagaimana mungkin kamu ibunya, kamu bahkan belum pernah melahirkan” lanjut Tania kemudian berjalan ke arahnya.
“Kamu” jawab Natasya. “Buat apa kamu kesini? kamu mau merusak rumah tangga aku sama Hanafi ha?” lanjut Natasya, tangannya mengepal.
“Hahaha” Tania tertawa. “Tentu saja, aku ingin mengambil kembali anak dan pria yang seharusnya adalah milikku” lanjut Tania, bola matanya tajam menatap Natasya.
Natasya tak tahan, air matanya perlahan membasahi pipinya.
Hanafi benar-benar tak habis pikir mendengar perkataan Tania, bukankah hubungan mereka hanya sebatas kesalahan? Buat apa ia mengacau disini?
“Tania cukup!” kata Hanafi kemudian merangkul pinggang Natasya.
“Aku tidak pernah mencintai kamu, aku hanya mencintai Natasya” kata Hanafi tegas. “Apa yang terjadi hanya sebuah kesalahan” lanjut Hanafi.
Ekspresi Tania berubah, ia marah sekarang.
“Apa? kesalahan? kamu bilang kesalahan?” tanya Tania emosi. “Bukankah aku yang mabuk waktu itu, kamu tidak? bukankah kamu bisa menolakku? tapi kenapa kamu tetap melakukannya ha?” tanya Tania berkaca-kaca.
Benar saja, Tania sangat menyesal malam itu. Ia tidak dapat menguasi dirinya. Gara-gara malam itu hidupnya menjadi hancur.
Tania kemudian menghapus air matanya, ia berjalan mendekati Hanafi.
“Kamu melakukannya karena kamu tertarik padaku, bukan begitu?” tanya Tania menatap Hanafi.
Natasya sangat marah, pikirannya kacau. Tangannya terangkat, ia hendak menampar Tania.
“Natasya hentikan!” kata Hanafi memegang tangan Natasya.
Natasya tak habis pikir dengan suaminya itu, ia menatap Hanafi sedih.
Tania tersenyum penuh kemenangan.
“Kamu lihat sendiri kan, suamimu masih mencintai ku” kata Tania masih dengan senyuman.
Natasya tak tahan, ia melepas pegangan Hanafi. Ia lari masuk ke dalam rumah.
Hanafi kemudian mengejar Natasya, ia tak menghiraukan lagi kehadiran Tania.
…
Hanafi menarik tangan Natasya, ia kemudian memeluk istrinya erat. Membiarkan Natasya merendam emosinya, membiarkan Natasya meluapkan segala kesedihannya.
“Kamu masih mencintainya?” tanya Natasya ketika dirinya cukup tenang.
Hanafi tersenyum.
“Tidak sayang, aku tidak pernah mencintainya. Bukankah aku telah menceritakan kronologinya?” tanya Hanafi.
Natasya mengangguk, Hanafi telah menceritakan semuanya. Tapi hatinya masih kelu melihat Hanafi membela wanita itu.
“Tapi kenapa kamu membelanya tadi?” kata Natasya kemudian membalikkan tubuhnya menatap Hanafi.
“Aku tidak membelanya, aku hanya tak ingin kita menyelesaikan masalah ini dengan kekerasan” jawab Hanafi. “Bagaimana jika Zeva melihatnya? berarti kita telah mengajarkan Zeva berbuat kekerasan bukan?” lanjut Hanafi.
Natasya mengangguk lagi, ia tidak tahu ternyata Hanafi telah berpikir sejauh ini.
Hanafi kemudian memeluk kembali istrinya itu.
“Ya sudah, mari kita turun. Kasihan Zeva dibawah sendirian” kata Hanafi kemudian merangkul pinggang istrinya.
…
“Tante, mama aku?” tanya Zeva dengan penuh keheranan.
“Iya sayang, aku mama kamu. Mama kandung kamu” jawab Tania.
“Tapi papa bilang mama aku itu mama Natasya” kata Zeva lagi.
Hanafi dan Natasya terkejut mendengar percakapan keduanya, berani sekali Tania masuk ke rumah tanpa izin dari mereka.
Hanafi kemudian memanggil pengasuh Zeva.
“Bawa Zeva ke kamar bi” perintah Hanafi.
Hanafi menatap Tania. “Silahkan keluar dari rumah saya” perintah Hanafi.
Tania tersenyum getir.
“Baiklah, aku akan pergi. Tapi jangan harap aku akan menyerah” kata Tania kemudian berlalu.
Natasya menatap suaminya itu lekat, tampak ketakutan dari sorot matanya.
“Jangan takut, kita hadapi semua ini sama-sama” kata Hanafi kemudian memeluk istrinya lagi.
.
.
.
MENGGAPAIMU
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Medeia (✿ ♥‿♥)
iyaa, bikin kesalllajaaa
2023-07-29
3
Tamahiko Chan
tania
qm tuuh bikin kesell taukk
2023-07-27
3