HANAFI & NATASYA

Setelah kejadian terakhir kali Hanafi bertemu dengan Tania, hubungannya dengan Natasya berjalan buruk. Natasya sangat sakit hati melihat Hanafi membawa Tania ke rumah mereka berdua, rasa cemburu menyeruak ke relung hatinya.

“Buat apa kamu bawa perempuan ini?” tanya Natasya berapi-api, enosinya sedang tak terkendali.

Emosi? Cemburu? Tentu saja! Wanita mana yang tidak emosi, tidak cemburu jika suaminya membawa perempuan lain hadir di rumahnya.

Hanafi mencoba menenangkan Natasya, tapi Natasya menolak semua sentuhan suaminya itu.

Hatinya panas.

“Kau! Berani sekali mendekati suamiku, bukankah sudah ku katakan bahwa kami telah menikah!” kata Natasya lagi.

Tania hanya terdiam, benar dari hatinya yang paling dalam ia merasa bersalah. Tapi dirinya juga ingin merasakan kebahagiaan.

“Sayang, aku membawanya kesini hanya untuk bertemu Zeva. Bagaimanapun dia tetap ibu kandungnya Zeva, kita tidak dapat melarangnya” kata Hanafi membujuk.

Percuma saja, hati wanita mudah tersakiti. Cemburu? Pasti!

Mata Natasya memerah, terlihat genangan air hangat dari kedua matanya.

“Sekarang kamu pilih, aku atau dia?!” tanya Natasya to the point sambil menunjuk Tania.

Hanafi hanya diam, ia tak bisa menjawab.

Natasya kembali menitikkan air mata. “Oo begitu” katanya sesenggukan. “Ternyata kamu lebih memilih dia” lanjutnya.

Tania tersenyum getir, rasanya ia seperti pelakor di tengah keluarga kecil yang harmonis.

“Aku mau kita pisah!” kata Natasya akhirnya.

Kalimat yang sangat tidak ingin di dengar oleh semua orang, telah keluar dari bibir model cantik itu.

Hanafi terkejut, tak pernah terbayangkan dalam pikirannya ia akan berpisah dengan wanita yang sangat ia cintai itu.

Natasya berlari ke dalam rumah, ia menuju kamar dirinya dan juga Hanafi.

Hanafi yang melihat Natasya berlari, segera mengejar istrinya itu. Sementara Tania hanya diam mematung melihat dua pasang insan yang saling mencintai itu harus bertengkar karena dirinya, persis seperti kejadian yang pernah ia alami. Hanya saja ada sedikit perbedaan yang spesifik.

Flashback On

Tania bersama ibunya tengah duduk di ruang keluarga, menikmati film yang tengah tayang. Tiba-tiba ketukan pintu terdengar jelas menggama di seluruh ruangan, ibunya segera berdiri dan membuka pintu, Tania mengikuti langkah kaki itu.

Tania sungguh tidak percaya dengan pemandangan di depannya, tampak jelas ayahnya tengah menggandeng seorang perempuan muda. Dapat Tania lihat ibunya meneteskan air mata kesedihan, ayahnya selingkuh!

"Cepat buatkan makan malam untuk kami berdua!" perintah Aditama kemudian masuk ke dalam rumah.

"Mas" panggil buk Aditama sambil menangis.

Suaminya tidak peduli.

"Mas, aku ini istri kamu. Tapi mengapa kamu membawa wanita lain?" tanya buk Aditama di sela-sela tangisannya.

Aditama berbalik menghadap istrinya. “Kamu istri aku? Hahaha… kita bahkan tidak pernah saling mencintai!” jawabnya tanpa bersalah. “Cepat buatkan makanan, aku lapar!” bentaknya.

Tania merasakan tubuh ibunya bergetar hebat, dapat ia rasakan sakit yang luar biasa. Sebagai anak tentunya ia sangat marah melihat kelakuan ayahnya.

"Sudah mas, ayo kita makan di luar saja" bujuk wanita muda itu dengan suara menggodanya.

Sungguh membuat Tania maupun ibunya mengelus jijik, Tania benar-benar marah.

"Kamu perempuan tidak tahu malu, merebut suami orang!" bentak Tania, entah darimana keberanian itu berasal.

Tania waktu itu telah berumur 17 tahun, emosinya masih labil. Tapi pasti ia sudah mengerti tentang apa itu sebuah pernikahan.

Aditama marah mendengar putri kecilnya telah berani menghina wanitanya.

"Begini cara kamu mendidik anak? Sungguh tidak bermoral!" kata Aditama kepada istrinya.

Tania tak habis pikir dengan ayahnya.

"Lalu kamu bagaimana? Membawa perempuan lain ke rumah, apakah itu bermoral?" tanya Tania, ia sudah kehilangan kesabaran.

Sebuah tamparan hendak dilayangkan ke wajah Tania, Tania menutup matanya.

“Plakk”

Tania tidak merasakan apa-apa, kalau bukan dia lalu siapa?

Tania melihat ibunya sedang menahan sakit akibat tamparan itu, ibunya yang menggantikan dirinya terkena tamparan itu.

"Ayo kita pergi, aku sudah tidak mood makan disini!" kata Aditama seraya menarik wanita muda itu.

Tania memegang tangan ibunya, ia menuntun ibunya untuk duduk di sofa.

"Maafin Tania ma" kata Tania sedih ia juga ikutan menangis.

"Tidak sayang, ini salah mama" jawab buk Aditama.

Tania menggeleng. “Ini bukan salah mama, itu salah papa!” kata Tania dengan nada yang meninggi.

Buk Aditama memeluk tubuh putrinya itu, saling menenangkan satu sama lain.

"Kamu jangan pernah bersikap seperti itu, sayang" kata buk Aditama.

Tania mengangguk. " Aku berjanji ma, tidak akan pernah bersikap seperti wanita itu" jawab Tania.

Saat ini

Tania dapat melihat bayangan kejadian itu berjalan bersamaan dengan saat ini, seolah-olah dirinya lah wanita muda itu. Kejadian waktu itu seperti film yang sedang diputar ulang, hatinya hancur.

“Aku bukan seperti wanita itu, aku bukan seperti dia!” teriak Tania frustasi.

Tapi suara-suara menggema di telinganya, menyalahkan dirinya.

“Kamulah wanita itu Tania, kamulah perebut suami orang!”

“Tidak, aku tidak seperti itu!” teriak Tania lagi, ia menjambak-jambak rambutnya.

“Kamu sama saja, kamu perusak rumah tangga orang lain!”

“Arghhh” jerit Tania.

Bayang-bayang ibunya dan dirinya ketika masih kecil kembali di dalam ingatannya.

“Tania baik, Tania cantik, Tania anak mama. Mama sayang Tania”

“Tania juga sayang mama”

Dapat Tania bayangkan ibunya sangat bersedih jika ia melakukan hal ini.

Tania kemudian berlari keluar dari rumah Hanafi, ia kemudian menyetop Taxi yang lewat. Ia memutuskan untuk pulang ke rumah, menenangkan segala pikiran yang ada.

Hanafi mengejar Natasya ke kamar, Natasya tengah mengambil seluruh baju-bajunya dan memasukkannya ke dalam koper.

“Natasya, aku mohon jangan pergi” kata Hanafi sambil memeluk Natasya dari belakang.

Natasya tidak menggubris pelukan Hanafi, ia tetap saja memasukkan baju-baju itu dengan paksa.

“Sayang, aku gak mau pisah sama kamu” kata Hanafi. “Cuma kamu yang aku cintai” lanjutnya.

Natasya membalikkan wajahnya menghadap Hanafi. “Bohong! Kamu bohong!” teriak Natasya.

“Kamu masih mencintainya!” lanjutnya.

Hanafi mengaku salah telah membawa Tania ke rumah mereka, seharusnya ia tidak terbawa perasaan dengan apa yang dikatakan Tania.

“Aku minta maaf sayang, aku minta maaf” kata Hanafi tulus.

Natasya melepaskan pelukan Hanafi. “Aku mau pulang!” kata Natasya.

Natasya kemudian menarik koper yang berisi baju yang telah ia masukkan tadi, kemudian berjalan keluar kamar.

Hanafi yang melihat itu segera memegang kuat tangan Natasya, ia tidak ingin wanita yang dicintainya itu pergi lagi.

“Aku mohon jangan pergi” kata Hanafi. “Aku tidak dapat hidup tanpa kamu Natasya, cukup waktu itu kamu membuatku sangat putus asa” lanjut Hanafi, kali ini perkataannya sangat dalam.

Natasya sejujurnya masih sangat mencintai Hanafi, tapi ia takut Hanafi akan kembali berubah dan bisa saja nanti ia malah memilih Tania dan meninggalkan dirinya.

“Aku butuh waktu sendiri, tolong mengertilah” kata Natasya akhirnya, ia kemudian melepaskan pegangan tangan Hanafi.

Hanafi hanya diam mematung sambil melihat punggung istrinya yang semakin menjauh dan akhirnya menghilang, ia tidak dapat menjangkau istrinya itu. Ia frustasi.

.

.

.

MENGGAPAIMU

Terpopuler

Comments

Medeia (✿ ♥‿♥)

Medeia (✿ ♥‿♥)

yuk buruan sadar sblum trlambat

2023-07-29

3

Tamahiko Chan

Tamahiko Chan

tania, ayo cari kebahagiaanmu sndiri

2023-07-28

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!