Semalaman Aleeya mendengarkan cerita Tania tentang kisah cintanya dengan Faiz sejak awal bertemu tepatnya 3 tahun lalu, bercerita tentang bagaimana romantisnya Faiz meluluhkan hatinya. Untaian kata-kata indah yang menyejukkan, Buku-buku islami tentang wanita, nasihat-nasihat kecil bagaimana menjadi wanita yang mulia. Perlakuan istimewa, perhatian dengan tetap menjaga jarak satu sama lain. Cemburu? Jika ditanya tentu saja Aleeya cemburu, rasanya sungguh menyakitkan mendengarkan bagaimana Faiz memperlakukan wanitanya dengan sebaik-baiknya, dengan penuh cinta dan kasih sayang. Bukan seperti ia saat ini, istri yang tidak diharapkan. Masih tergiang di kepala Aleeya cerita Tania tentang bagaimana Faiz mengikat janji untuk mempersunting Tania setelah wisuda nanti, berjanji untuk menjaga hati masing-masing. Aleeya merasakan ketakutan itu, berarti bahtera rumah tangga yang ingin ia pertahankan tidak akan bertahan lebih dari 6 bulan lagi, melihat Faiz sekarang telah duduk di semester akhir perkuliahan. Disaat ia mulai mencintai Faiz, mengikhlaskan hidupnya untuk pria itu, bersamaan dengan itu pula ia harus mulai melupakannya. Ia ingin bersama suaminya itu, semakin lama ia bersama Faiz, mendengar karakter Faiz dari Tania, semakin Aleeya yakin bahwa suami yang di pilihkan ayah bundanya adalah pria baik-baik hanya saja saat ini Faiz belum membuka hatinya untuk Aleeya. Faiz masih mencintai Tania.
“Assalamu’alaikum” sahut Aleeya membuka pintu rumah.
Tidak ada sahutan.
Tidak ada jawaban.
Pagi-pagi sekali Aleeya pamit dengan Tania, ia beralasan ingin segera pulang, ada urusan yang harus ia selesaikan terlebih dahulu. Beruntungnya Tania adalah seorang kakak yang pengertian, ia mempercayai Aleeya dengan sangat mudah, tak ada keraguan dalam diri Tania.
“Sepertinya kak Faiz masih tidur, aku buatin sarapan dulu ah” bisik Aleeya semangat.
Baru Aleeya ingin melangkahkan kakinya ke dapur, terlihat jelas seorang pria yang sedang duduk di sofa ruang tamu melipatkan kedua tangannya di dada, siapa lagi kalau bukan Faiz, suami Aleeya.
“Darimana kamu?” kata Faiz membuka pembicaraan.
“Semalam aku udah ngasih tahu kakak, kalau aku nginep dirumah teman” jawab Aleeya datar.
Aleeya belum berani menatap mata elang itu, mata yang menyiratkan ketajaman, yang dikelilingi alis mata yang hitam lebat. Sempurna.
“Saya tahu, tapi teman yang mana?!” kata Faiz, nada suaranya mulai naik.
Aleeya takut, benar-benar takut.
“Jawab!” kata Faiz lagi.
Tidak mungkin Aleeya bilang baru pulang dari rumah Tania, bisa-bisa Faiz akan melarangnya untuk berteman dengan Tania, kenapa? tentu saja ia tidak ingin Tania tahu hubungan antara ia dengan Aleeya.
“Hmm… itu kak teman kampus namanya Annisa, semalam ada tugas dari dosen dan harus selesai hari itu juga” jawab Aleeya asal kemudian menundukkan kembali kepalanya, ia tidak berani menatap wajah Faiz yang sudah memerah menahan amarah.
“Saya tidak suka kamu nginap-nginap dirumah orang, kalau ada tugas kerjakan dirumah! Seharusnya kamu tahu posisi kamu sekarang” kata Faiz kemudian berdiri hendak pergi.
Aleeya tidak Terima di pojokkan seperti itu, bukannya ia telah meminta izin semalam? dan dijawab dengan “Terserah” bukannya Faiz tidak peduli?
“Saya sudah meminta izin semalam dan sudah dibalas, bukankah kakak gak peduli? buat apa marah-marah sekarang? Dan soal posisi saya, bukankah kita sama-sama tidak menyukainya?” teriak Aleeya di sela-sela tangisnya.
“Kamu! kamu itu istri saya, sampai saat ini masih istri saya. Saya bertanggung jawab atas kamu! kamu boleh bebas, tapi nanti kalau kita sudah berpisah!” kata Faiz tak mau kalah.
Melihat perlakuan Faiz kepadanya, kembali berputar-putar di kepala Aleeya, Faiz yang lemah-lembut dengan Tania, Faiz yang selalu perhatian, Faiz yang baik. Pernahkah dia melakukan ini pada Tania? Hati Aleeya sakit. Sesak. Aleeya terluka. Aleeya lari ke kamar, membanting sekuat-kuatnya pintu kamar itu hingga nyaring terdengar.
Faiz mengepalkan tangannya, wajahnya merah padam. Kali ini hatinya juga sesak, ia memutuskan keluar untuk menenangkan pikirannya.
Faiz memberhentikan mobilnya di depan sebuah masjid, memasukinya dan memilih tempat duduk paling pojok, ia masih terbayang-bayang kejadian dirumah tadi.
Hatinya kelu.
Aneh.
Faiz belum pernah sekasar ini kepada wanita, siapapun itu, rasa benci kepada Aleeya tumbuh ketika ia dijodohkan orang tuanya dengan gadis itu. Ia tidak bisa menolak keinginan orang tuanya, dilain sisi hatinya memberontak, ia bingung kemana akan ia lampiaskan semuanya. Maka berakhirlah tadi pagi, ia lampiaskan semuanya pada Aleeya. Faiz adalah seorang yang pandai agama, ia telah banyak membaca buku tentang wanita, tentang pernikahan. Sudah lama ia mempelajari itu, walaupun ia bukan tamatan pesantren, tapi ia telah mengikuti rohis sejak SMP sampai SMA. Faiz tahu Aleeya telah meminta izin kepadanya, tapi satu hal yang ia tidak suka, Aleeya tidak mengerti posisinya sebagai istri. Apalagi mereka baru menikah, Aleeya tidak patuh kepada suami, setidaknya itulah yang berada dipikiran Faiz. Soal jawaban “terserah” Faiz bukanlah orang yang suka berdebat dari media, termasuk media komunikasi, baginya segala sesuatu yang penting seharusnya dibicarakan dengan duduk bersama. Dari pagi Faiz telah menenangkan pikirannya agar tidak bertindak gegabah, menyakiti atau bertindak kasar kepada Aleeya seperti hari-hari sebelumnya. Tapi saat dilihatnya wajah Aleeya memasuki rumah, kembali pikirannya mengenang perjodohan itu, tanpa sadar emosinya mendominasi dirinya, maka terjadilah pertengkaran tadi pagi. Sungguh ketika ia melihat Aleeya menangis hatinya kelu, tapi setelah melihat Aleeya berteriak di depannya, emosinya kembali terpancing. Ia tidak suka wanita yang membesarkan suaranya didepan lelaki, khususnya suaminya sendiri. Faiz bingung harus bagaimana, akhirnya ia putuskan untuk berdiri, berwudhu dan memasrahkan segalanya kepada Allah.
Festival islam kampus
Pagi ini Aleeya memutuskan untuk mengikuti Festival Islami yang diadakan organisasi keagamaan di kampusnya, organisasi yang memperkenalkan dirinya dengan kak Tania, kakak yang sudah dianggapnya seperti kakak sendiri. Sekaligus menenangkan pikirannya dari segala permasalahan yang ada dirumah, permasalahannya dengan Faiz.
“Assalamu’alaikum Al” sapa kak Tania.
“Wa’alaikumussalam kak” jawab Aleeya.
“Akhirnya kamu datang juga Al, yuk bantuin kita nyiapin Festival hari ini, 1 jam lagi bakalan dibuka ni” kata Tania semangat.
“Yuk kak, mau dong. Al semangat nih” kata Aleeya tak kalah semangat.
Al dan Tania di amanahkan untuk menjaga stand makanan dan minuman, di sela-sela kegiatan dan antrian yang panjang, galon air untuk membuat minuman habis dan biasanya anggota pria lah yang mengangkatkan galon itu, begitulah kesepakatannya. Tania menyuruh Aleeya untuk mencari anggota pria yang sedang kosong atau sedang tidak melakukan apa-apa agar membantu mengangkatkan galon yang berada cukup jauh dari stand mereka. Aleeya kebingungan, ia masih mahasiswa tingkat 1 belum mengenal banyak orang, apalagi organisasi ini berisikan anggota dari beberapa fakultas yang berbeda. Maka berakhirlah Aleeya dengan seorang pria yang ia kira-kira adalah kakak seniornya.
“Assalamu’alaikum, boleh bantu saya untuk mengangkat galon yang ada disana” kata Aleeya sambil menunjuk sebuah galon air. “Kemudian membawa galon itu ke stand saya” pinta Aleeya malu-malu.
“Wa’alaikumussalam, oo iya bisa… bisa, sebentar ya” kata pria itu.
Kemudian Aleeya mengarahkan pria itu agar meletakkan ke standnya.
“Terima kasih banyak atas bantuannya” kata Aleeya tulus.
Mendengar suara aleeya, Tania buru-buru mendekat.
“Waahhh, Terima kasih banyak ya. Maaf adek saya ngerepotin” kata Tania kepada pria itu.
“Hehe iya gak apa-apa, saya senang membantu. Lagian saya juga kan panitia” jawab pria itu.
“Saya pergi dulu ya, masih ada hal yang harus saya kerjakan” sambungnya.
“Oo iya makasih sekali lagi” kata Aleeya sebelum pria itu berbalik dan menghilang di tengah-tengah kerumunan orang.
“Siapa tu Al? kamu kenal?” Tanya Tania.
“Gak kak, tadi aku cuma minta bantuan aja, namanya aja belum aku tanya” jawab Aleeya sambil membuat minuman.
“Dari tampangnya kayaknya sholeh tu Al, klo kakak lihat sih kalian cocok” kata Tania memancing, ia tahu adik kelasnya satu ini belum pernah dekat dengan pria. Entah karena Aleeya yang terlalu populer dan kaya, atau karena Aleeya memang belum siap untuk membuka hatinya.
“Hahaha, apaan sih kak” kekeh Aleeya.
“Mau jodohin aku ya” sambungnya masih diiringi tawa kecil.
“Kepedean” bisik Tania.
Sontak membuat wajah Aleeya cemberut.
Tania tertawa.
Tania datang dengan senyum merekah dibibirnya, membuat Aleeya heran sekaligus penasaran. Tanpa ba bi bu Tania menarik tangan Aleeya dan membawanya ke suatu tempat dibelakang stand.
“Mau kemana kak?” kata Aleeya.
“Ushhh, jangan banyak tanyak dulu” kata Tania.
Aleeya hanya pasrah dirinya ditarik-tarik seperti itu, ia sangat hafal gerak gerik kakak seniornya yang satu ini, pasti ada sesuatu yang menggembirakan hatinya.
“Assalamu’alaikum” sapa Tania pada dua orang pria.
Aleeya sangat malu, mengapa Tania membawanya ke tempat dua orang pria? Sejak dari jauh tadi Aleeya tidak berani mendongakkan kepalanya, ia sangat malu saat ini.
“Wa’alaikumussalam” jawab seorang pria.
Suara yang sangat Aleeya kenal, spontan Aleeya mendongakkan kepalanya. Pria itu adalah Faiz, suaminya.
“Jadi kedatangan kami kesini ingin berkenalan dengan pria baik yang telah membantu adik kelas saya ini” kata Tania sambil memperlihatkan senyuman indahnya.
Aleeya tahu, Tania pasti sangat bahagia di depan Faiz saat ini.
“Adik kelas saya ini namanya Aleeya Aamira Wijaya, jurusan Business Management, sekarang ini sih kalau dari tampangnya masih jomblo” kata Tania.
Aleeya hanya Menggeleng-geleng mendengar perkataan Tania, seperti biasa mempromosikan adek sendiri.
“Aleeya penasaran sama kamu, jadi saya bawa dia kesini untuk berkenalan” sambung Tania.
Sontak bola mata Aleeya membulat, betapa malunya ia saat ini. Bagaimana anggapan pria ini tentang dirinya. Memalukan. Ini kelewatan. Terlebih-lebih di depan Faiz, suaminya. Pasti Faiz berpikir macam-macam.
“Oo begitu, saya juga penasaran dengan gadis cantik di depan saya ini” kata pria itu.
Kali ini mata Aleeya benar-benar membulat tidak percaya, bagaimana mungkin seorang pria memuji seorang istri didepan suaminya sendiri. Walaupun kenyataannya hanya Aleeya dan Faiz lah yang tahu.
“Nama saya Devan Artha Anjasmara, jurusan Mechanical Engineering. Saya temannya Faiz, senang berkenalan dengan kamu” lanjutnya.
Aleeya hanya tersenyum kemudian pamit undur diri, ditariknya tangan Tania kuat-kuat.
“Kita pergi dulu ya, masih harus jaga stand. Assalamu’alaikum” kata Aleeya kemudian pergi.
“Wa’alaikumussalam” jawab mereka serempak.
Aleeya tak sadar ada seorang pria yang sedari tadi melihatnya dengan sinis.
.
.
.
MENGGAPAIMU
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Haidar Rasyid
"Dari tampangnya sih masih jomblo"
2023-08-01
2
Medeia (✿ ♥‿♥)
galakk bngtt sihh, awas nnti... (・ิω・ิ)ノ
2023-07-29
3
Tamahiko Chan
Semngt Aleeyaaa
2023-07-27
3