Hanafi sedang menunggu putri kecilnya yang tengah asik bermain di salah satu pusat permainan anak, ia menunggu di ‘zona tunggu orang tua’ sambil terus memantau putri kecilnya. Setiap akhir pekan Hanafi selalu mengajak Zeva untuk bersenang-senang, ia sangat ingin membahagiakan putri kecilnya itu. Baginya kebahagiaan Zeva adalah prioritasnya, di tengah-tengah lamunannya ia dikagetkan dengan kehadiran seorang wanita yang sangat ia kenal.
“Natasya?” pekik Hanafi.
“Ternyata kamu masih ingat denganku” kata wanita yang dipanggil Natasya itu, kemudian duduk disamping Hanafi.
“Tentu saja” jawab Hanafi semangat. Natasya Adalah mantan pacar Hanafi ketika SMA dan ia masih terus mencintai wanita itu hingga suatu kejadian yang membuat hidupnya berubah drastis.
“Kapan kamu kembali dari London?” tanya Hanafi.
“Baru saja, apakah kamu merindukanku?” tanya Natasya menggoda, Hanafi adalah pria yang sangat ia cintai bahkan sampai sekarang.
“Hmm… tentu saja” kata Hanafi tersenyum, ia sangat merindukan wanita di depannya ini.
“Apa yang kamu lakukan disini? kamu sudah menikah?” tanya Natasya menyelidik, raut wajahnya berubah sedih.
“Maafkan aku Natasya, aku sudah mempunyai anak” kata Hanafi sungkan.
Natasya sangat sedih mendengar jawaban Hanafi, ia tidak menyangka hal ini akan terjadi.
“Tidak masalah” kata Natasya cepat.
Hanafi tahu wanita di depannya ini pasti sangat sedih.
“Mana ibunya?” tanya Natasya, ketika tidak dilihatnya seorang wanita pun disekeliling Hanafi.
“Ibunya tidak ada” jawab Hanafi lesu.
“Maksud kamu?” tanya Natasya lagi, ia heran mendengar jawaban Hanafi.
“Kamu jangan bilang kepada siapa pun, kamulah orang pertama yang aku ceritakan” kata Hanafi serius, sepertinya ia akan menceritakan sebuah rahasia terpendam.
“Baiklah, aku tidak akan mengatakan kepada siapa pun” jawab Natasya.
Flashback On
Hanafi berjalan gontai memasuki sebuah club malam, ia selalu datang ke tempat ini ketika hatinya bersedih, tapi tak pernah ia merespon wanita-wanita malam yang selalu menggodanya. Hanafi sangat merindukan Natasya, mantan pacarnya ketika SMA. Dialah wanita satu-satunya dihati Hanafi.
"Natasya!" jeritnya di tengah-tengah dentuman musik yang menggelar. “Aku tidak sanggup menunggu kamu terlalu lama! Kita berjanji akan menikah, 3 tahun kamu sudah berhasil menyiksaku!” jerit Hanafi lagi.
Hanafi dan Natasya berkomitmen akan menikah setelah selesai kuliah, baru ditahun ketiga dari perkuliahannya, Hanafi sudah tidak tahan akan penantian itu. Hingga kejadian malam itu merubah segalanya.
"Kak" panggil seorang gadis cantik.
"Pergilah wanita! aku tidak membutuhkanmu!" bentak Hanafi. Ia sangat bosan dihadapkan dengan wanita-wanita tak tahu malu yang selalu menggoda laki-laki di club malam itu, mencari kesenangan dan meminta uang.
"Kak, lihatlah aku sangat cantik. Aku tidak meminta uang mu, Hahaha… Aku hanya ingin kamu menemaniku itu saja!" kata gadis kecil itu, kalau Hanafi perhatikan gadis di depannya itu masih SMA.
"Sudah aku bilang, aku tidak tertarik!" bentak Hanafi lagi. Ia tahu gadis di depannya ini sedang mabuk, dapat tercium bau minuman keras dari tubuh gadis itu.
Tanpa Hanafi sadari gadis kecil itu mencium bibirnya dan memeluknya, sensasi yang belum pernah Hanafi rasakan membuatnya terbuai.
"Kamu akan menyesal gadis cantik!" tawanya menyeringai. Hanafi ‘melakukan’ itu dengan gadis di depannya, pikirannya tidak berjalan, ia sangat depresi ditinggal mantan pacarnya itu.
"Siapa nama kamu?" tanya Hanafi.
"Tania, panggil aku Tania!" kata gadis kecil itu.
…
10 bulan kemudian gadis kecil yang pernah Hanafi temui di club malam itu, datang ke rumahnya dengan membawa bayi yang masih merah.
"Ini anakmu! aku telah melahirkannya! Anggaplah setelah ini kita tidak pernah bertemu!" kata gadis kecil itu meninggikan suaranya.
"Maksud kamu?" tanya Hanafi masih tidak percaya.
"Hahaha jangan pura-pura bodoh! kau tentu mengingat malam itu!" kata gadis kecil itu, raut wajahnya kacau, ia depresi.
"Kenapa tidak kau gugurkan saja!" kata Hanafi.
"Aku tidak mau menggugurkannya, hanya akan membuat rahimku terluka, aku juga ingin melanjutkan hidup!" teriaknya. Kemudian gadis kecil itu meletakkan bayi itu di depan teras rumah Hanafi, kemudian ia lari menghilang.
Hanafi yang tidak tahu harus berbuat apa, mendekati bayi itu. dilihatnya bayi yang sangat merah, gadis kecil itu pasti langsung membawanya kerumah Hanafi. “Gadis yang bodoh!” batinnya.
Hanafi tidak habis pikir, bagaimana kelanjutan hidupnya jika ada bayi ini. “Natasya pasti tidak akan mau menikah denganku!” teriaknya dalam hati. “Aku harus membuangnya!” batinnya.
"Oeekkk… oeeekkkk" tangis bayi itu.
Mendengar tangisan bayi itu hatinya tersentuh, bagaimana pun juga bayi ini adalah anaknya. Hanafi memeluk bayi itu.
"Aku akan menjagamu" kata Hanafi akhirnya.
Setelah kejadian gadis kecil memberikan anaknya, Hanafi bertekad tidak akan menghubungi Natasya lagi. Ia takut akan memberikan harapan palsu kepada Natasya, ia ingin Natasya bahagia dengan pria yang pasti akan mencintainya. Bukan seperti dirinya yang tidak sabar menunggu.
Hanafi mulai mengganti nomornya, memblokir Natasya di semua akun media sosialnya. Ia tidak ingin berhubungan lagi dengan Natasya, ia ingin Natasya mencari kebahagiaan sendiri.
...
“Begitulah ceritanya” kata Hanafi lemas. “itulah alasanku menjauhimu” lanjutnya.
Natasya menagis terisak-isak, ia tidak tahu betapa tersiksanya Hanafi selama kepergiannya.
“Maafkan aku” kata Natasya tertunduk.
“Ini bukan salahmu, akulah yang bersalah. Aku yang tidak sabar menunggumu” kata Hanafi menenangkan Natasya.
“Tetap saja ini salahku Natasya” kata Hanafi lagi, kemudian ia memeluk Natasya.
“Menikahlah denganku” kata Natasya di sela-sela pelukan mereka.
“Maksud kamu?” tanya Hanafi tidak mengerti.
“Menikahlah denganku, aku akan menerima putri kecilmu itu” kata Natasya melepas pelukan Hanafi. “Aku benar-benar menerimanya” lanjut Natasya serius, Hanafi mencoba mencari-cari kebohongan dari mata Natasya, tapi ia tidak menemukannya. Natasya serius dengan perkataannya.
“Will you marry me?” tanya Hanafi lagi.
“I will” jawab Natasya mantap, kemudian mereka berpelukan kembali.
Hati Hanafi sangat senang, ia tidak tahu kalau Natasya benar-benar tulus mencintainya.
“Siapa nama wanita itu? Tania?” tanya Natasya tiba-tiba, ia kemudian melepaskan pelukannya.
Dahi Hanafi berkerut “Apa kamu akan mencari tahu tentang dirinya? tidak usah Natasya, itu hanya kesalahan. Aku tidak mencintainya” kata Hanafi mantap.
“Bukan itu” kata Natasya tertawa.
“Lalu?” tanya Hanafi bingung.
“Itu seperti nama selingkuhan adikku” kata Natasya mengingat-ngingat.
“Apa?” kata Hanafi spontan.
"Aku melihat adikku berduaan dengan seorang wanita yang dipanggilnya dengan sebutan ‘Tania’ " kata Natasya. “Apa kamu pernah bertemu dengannya belakangan ini?” tanya Natasya.
“Pernah” jawab Hanafi. “Waktu itu putri kecilku selalu bertanya-tanya dimana ibunya dan disaat itu pula aku melihatnya tidak jauh dari kami” kata Hanafi.
“Lalu?” kata Natasya.
“Ia tidak mengakui putri kecilku sebagai anaknya, ia juga menyebutku sebagai orang gila” kata Hanafi.
“Coba gambarkan ciri-cirinya” pinta Tania.
Hanafi mencoba menggambarkan ciri-ciri wanita itu.
“Sama persis” kata Natasya. “Dialah yang telah menggoda adikku” lanjut Natasya.
Hanafi hanya terdiam, ia masih mencerna setiap perkataan Natasya.
“Jangan terlalu pusing” kata Hanafi sambil memegang puncak kepala Natasya.
Natasya tersenyum.
“Apakah kedua orang tuamu ada di rumah?” tanya Hanafi yang sontak membuat mata Natasya membulat. Hanafi tersenyum “Aku akan melamarmu” kata Hanafi mantap.
Hati keduanya berbunga-bunga. “Mereka sedang berada di Amerika untuk melakukan bisnis” jawab Natasya.
“Aku akan datang setelah mereka kembali” kata Hanafi tersenyum, dan dibalas dengan senyuman manis dari Natasya.
.
.
.
MENGGAPAIMU
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Medeia (✿ ♥‿♥)
han semoga kmu nemukan ibu yg baikk buat zeva yakk
2023-07-29
3
Tamahiko Chan
syuka crita hanafii
2023-07-27
3