"Drrrt… drrrt… drrrrrttt… "
“Wa’alaikumussalam, iya pak ada apa ya? Astaghfirullah” kata Aleeya tiba-tiba.
“Baik pak, saya akan segera kesana” kata Aleeya lagi kemudian memutuskan sambungan telepon.
Pagi ini Aleeya di telepon penasihat pribadi Wijaya Company. Setelah kepergian Wijaya, perusahaan diwakilkan oleh pak Dimas teman sekaligus kepercayaan Wijaya selama bertahun-tahun. Tapi kali ini bukanlah berita gembira yang Aleeya dapatkan, seperti beberapa hari yang lalu Dimas melaporkan kenaikan laba perusahaan dan stasiun TV yang mereka miliki. Kali ini pak Dimas memberitahu bahwa Wijaya Company dituduh telah melakukan korupsi dan penyalahgunaan uang yang telah diinvestasikan para investor, banyak investor yang melapor atas kerugian yang mereka dapatkan. Menurut pak Budi, selama bertahun-tahun ia bekerja di Wijaya Company tidak pernah terjadi hal seperti sekarang ini. Wijaya merupakan orang yang terbuka dan telaten dalam bertindak dan memutuskan pendapat, tidak mungkin ia melakukan korupsi. Pak Dimas juga mengatakan bahwa seluruh pergerakan Wijaya Company dihentikan untuk sementara, sampai perusahaan itu terbukti tidak bersalah. Baik perusahaan, mobil bahkan rumah yang menjadi kenangan terakhir Aleeya dan ayah bundanya juga disita polisi. Pak Dimas telah memanggil pengacara untuk menyelesaikan kasus ini dan menyuruh Aleeya tetap tenang.
Aleeya membangunkan Faiz untuk meminta izin keluar sebentar dan Faiz mengizinkannya. Dengan cepat Aleeya meraih tas yang ada di gantungan kemudian memesan taxi, kali ini ia ingin bertemu langsung dengan pak Dimas dan pengacara pilihan Wijaya Company itu.
Aleeya memasuki caffe yang terbilang cukup digemari banyak orang, dengan nuansa klasik membuat siapa saja betah di dalamnya, ini adalah salah satu caffe keluarga Wijaya yang tersisa. Caffe ini tidak disita karena beratasnamakan Bella Wijaya, istri dari Wijaya dan bunda dari Aleeya.
“Baik Pak, saya memahaminya” kata Aleeya dengan nada putus asa.
“Kami akan terus berusaha untuk mengembalikan Wijaya Company dan membersihkan nama pak Wijaya” lanjut pak Dimas.
“Saya sudah memilihkan pengacara yang handal, pengacara terpercaya Wijaya Company. Namanya Hanafi Hara” sambung pak Dimas sambil melirik pria tampan yang ada disebelahnya.
“Sebelumnya sudah diperkenalkan oleh pak Dimas, disini saya ingin memperkenalkan kembali. Saya Hanafi Hara, pengacara Wijaya Company, saya telah lama bekerja dengan pak Wijaya dan saya sangat berhutang budi. Saya akan melakukan yang terbaik untuk menyelesaikan kasus ini” kata Hanafi, pengacara tampan yang berada didepan Aleeya saat ini.
“Baiklah saya mohon kerjasamanya dan terima kasih atas bantuannya, semoga kasus ini cepat terselesaikan” jawab Aleeya kemudian pamit untuk pulang.
Masalah.
Datang silih berganti.
Namun Aleeya harus kuat, inilah hidup.
Sementara dirumah, Faiz mendapat telepon dari orang tuanya, mereka mengabarkan bahwa saat ini Wijaya Company sedang mengalami masalah yang cukup serius. Perusahaan dan segala aset yang dimiliki semuanya disita polisi, Sanjaya dan istrinya menyuruh Faiz agar menenangkan hati Aleeya, pasti saat ini gadis itu sangat sedih. Namun bagaimana? Bahkan sampai saat ini diantara mereka berdua tidak ada komunikasi, kecuali pertengkaran kemarin dan hal-hal yang mendesak saja. Faiz bingung, jujur ia dapat merasakan kesedihan yang Aleeya rasakan mengenai masalah ini tapi egonya menahannya untuk bersimpati. Bisa saja saat ini dia langsung menelpon Aleeya dan mengucapkan kata turut bersedih mendengar kabar buruk itu, menunjukkan perhatiannya, tapi Faiz sama sekali tak melakukannya. Banyak hal yang ingin Faiz tanyakan, mengenai hubungan Aleeya dengan Tania, Aleeya dengan Devan dan ekpresi tidak suka yang ingin ia sampaikan mengenang kejadian beberapa hari lalu di festival kampus. Tapi semuanya ia urungkan atau bahkan tak akan pernah ia tanyakan, mengingat keadaan Aleeya saat ini dan besarnya rasa gengsi Faiz kepada Aleeya, istrinya itu.
“Assalamu’alaikum” sahut Aleeya dari lantai bawah" terdengar nada sedih dari suaranya.
Faiz pura-pura tidak mendengar, seperti biasa dia hanya menjawab salam dari hati.
Dan seperti biasa pula Aleeya tidak mendengar jawaban dari salam yang ia berikan.
Seperti biasa.
Aleeya masuk ke kamarnya dengan Faiz. Aleeya dan Faiz memang tidak pisah kamar, begitulah yang diinginkan Faiz dan Aleeya hanya bisa menuruti itu, ia tidak berkomentar. Walaupun tidak ada rasa cinta, dalam segi agama tidak ada yang membolehkan suami istri pisah kamar jika tidak ada alasan yang syar’i, setidaknya itulah yang dikatakan Faiz. Dari segi agama Faiz sangat mengerti itu, sementara Aleeya dia baru mendengar itu dari Faiz. Maklum Aleeya baru mendalami agamanya kurang lebih 3 bulan yang lalu, ketika pertama kali Tania memperkenalkannya dengan organisasi keagamaan dikampus. Aleeya tidak sebanding dengan Tania dan Faiz, dua insan yang sangat sempurna untuk dipasangkan, begitulah yang berada dipikiran Aleeya.
“Kak, kakak udah makan?” tanya Aleeya kepada Faiz, ketika melihat suaminya itu sudah rapi hendak pergi ke kampus.
“Hem” jawab Faiz sambil sibuk merapikan rambutnya.
“Apa itu? sudah makan apa belum sih” cicit Aleeya dalam hati.
“Uang bulanan udah aku transfer ke rekening kamu” kata Faiz kemudian berlalu.
Aleeya hanya terdiam, apakah Faiz tahu tentang masalah Wijaya Company? Uang bulanan? Setidaknya hati Aleeya senang, posisinya saat ini sudah mulai di pertimbangkan.
Di kampus
Aleeya baru mendapat pesan chat dari Tania, katanya sore ini ada pengajian di mesjid. Tania mengajak Aleeya untuk ikut, Aleeya menyetujuinya, ia ingin sekali lebih mendalaminya agamanya, mendapatkan percikan-percikan hikmah.
“Kak Tania, dimana sih? udah jam 5 sore nih?” gerutu Aleeya sambil terus mencoba menelpon Tania.
"Drrrt… drtttt… drttt… "
“Assalamu’alaikum kak, kakak udah dimana? Al dah nyampek dari tadi nih” kata Aleeya cepat.
“Wa’alaikumussalam Al, duuh maaf ya Al aku gak jadi ikut, ada tugas kelompok mendadak nih” papar Tania.
Sontak membuat wajah Aleeya cemberut.
“Maaf ya Al, aku tutup dulu. Assalamu’alaikum” kata Tania kemudian mematikan sambungan telepon.
“Wa’alaikumussalam” jawab Aleeya singkat.
Jadilah Aleeya mendengarkan pengajian sore ini sendirian, bukan takut atau apa, hanya saja jika ada orang yang kita kenal maka akan lebih asyik tentunya.
“Assalamu’alaikum, kamu Aleeya kan? masih ingat sama saya?” panggil pria dari belakang pundak Aleeya.
“Oo iya, kamu kak Devan kan? yang waktu di stand itu? maaf kemarin malu-maluin” kata Aleeya sambil mengingat kejadian itu.
“Gak apa-apa, saya tahu itu kakak kelas kamu kan yang rencanain” balas pria yang bernama Devan itu.
“Ha iya kakak tahu” kata Aleeya singkat.
“Oo iya saya boleh minta nomor kamu gak? Mana tahu ada yang ingin saya tanyakan, kita bisa berteman?” Tanya Devan.
“Hmm, iya bisa kok” jawab Aleeya kemudian mengeja nomor teleponnya.
“Yuk masuk udah dimulai tuh” ajak Devan kepada Aleeya.
“Oke, ayuk” jawab Aleeya cepat.
Baik Aleeya maupun Devan menghabiskan sore itu di mesjid, mendengarkan ceramah ustad. Mengisi jiwa masing-masing dengan untaian hikmah dan siraman rohani. Mungkin ada rasa yang tercipta, atau hanya sebatas saling mengagumi.
.
.
.
MENGGAPAIMU
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Haidar Rasyid
Kayaknya faiz lupa kalau menjawab salam di dalam hati itu belum menggugurkan kewajiban, karena minimal harus terdengar meskipun lirih.
2023-08-01
3
Natasya tasya
hg1+1--2
2023-07-31
0
Medeia (✿ ♥‿♥)
nambah lgii ni saingann ( ͡°〓 ͡°)
2023-07-29
3