PAKSAAN

Sudah seminggu sejak kejadian malam itu, Faiz tidak pernah merasakan lagi kenyamanan dirumahnya. Tidak ada sapaan hangat, tidak ada panggilan manja. Tidak ada pertanyaan-pertanyaan kecil yang sempat ia abaikan, Aleeya benar-benar telah berubah. Faiz tahu kejadian malam itu adalah salahnya, dialah yang memulai melakukan itu. Ia terobsesi dengan istrinya itu, malam itu ia sangat menginginkannya.

“Aleeya, saya mau sarapan” kata Faiz membuka suasana.

Aleeya langsung menyiapkan sarapan untuk Faiz tanpa mengeluarkan suara sedikit pun, kemudian melanjutkan kegiatannya membersihkan rumah.

Faiz yang merasakan kejanggalan itu hanya dapat terdiam, sejujurnya ia tidak suka. Tapi ia tidak dapat memaksa Aleeya untuk berbicara dengannya, Aleeya tetap melakukan tugasnya sebagai istri.

“Saya pergi dulu” kata Faiz setelah menyelesaikan sarapannya.

“Tunggu!” kata Aleeya, kemudian seperti biasa ia merapikan kemeja Faiz dan mencium punggung tangannya. Semua dilakukan Aleeya tanpa Ekspresi.

“Saya mau kamu juga cium pipi saya!” kata Faiz ketika Aleeya hendak berbalik.

“Tidak ada penolakan!” lanjutnya.

Aleeya yang mendengar itu mendengus kesal, buat apa ia harus melakukan itu, bukannya Faiz tidak menginginkannya?

“Itu kewajiban kamu sebagai istri!” kata Faiz, ia tahu istrinya itu sedang berpikir.

Tanpa berpikir panjang lagi, Aleeya langsung mencium pipi Faiz, ia tidak mau di cap sebagai istri yang durhaka kepada suami.

“Saya mau itu berjalan setiap hari” kata Faiz kemudian memasuki mobil.

Aleeya hanya diam menatap kepergian suaminya itu, ia masih kesal dengan perkataan Faiz tadi.

Tenang Aleeya! hanya melakukan kewajiban sebagai istri, jangan sertakan perasaanmu lagi! bisik Aleeya dalam hati.

Aleeya duduk di pelataran gedung fakultas ekonomi, ia menunggu kehadiran Devan yang mengajaknya untuk bertemu. Devan berkata ingin berbicara sesuatu yang penting kepada Aleeya, ia pun menyetujui.

“Assalamu’alaikum Aleeya” sapa Devan yang sudah berdiri di depannya.

“Wa’alaikumussalam kak” jawab Aleeya tenang.

“Boleh saya duduk?” tanya Devan ketika melihat bangku kosong di samping Aleeya.

“Boleh kak, silahkan” kata Aleeya mempersilahkan.

Kemudian Faiz mengambil sebuah album foto lama dari dalam tasnya.

“Coba kamu lihat album foto ini” kata Faiz sambil menyodorkan album foto kepada Aleeya.

Aleeya mengambil album foto itu. Ia membolak-balik Album foto, matanya berulang kali memperhatikan sosok wajah yang sangat ia kenal jelas difoto itu. Ia menatap serius sekali.

“Kak!” panggil Aleeya. "Apa kak Devan adalah kak Artha yang aku kenal? seorang kakak yang selalu nemenin aku? tanya Aleeya memastikan, bola matanya berkaca-kaca.

“Iya Al, kakak adalah kak Artha yang dulu berjanji akan selalu jaga kamu dan mulai sekarang sampai seterusnya akan tetap jaga kamu Al” kata Devan Artha Anjasmara atau yang lebih Aleeya kenal dengan sebutan ‘kak Artha’.

Aleeya tidak menyangka seseorang yang selama ini selalu ia dirindukan sebenarnya dekat dengan dirinya.

"Kak! " panggil Aleeya, matanya memerah, ia tidak dapat membendung kerinduannya selama ini.

Artha kemudian memeluk Aleeya erat, ia tahu gadis di depannya ini sangat membutuhkan seseorang yang bisa menjadi sandarannya. Apalagi Artha tahu perihal kematian orang tua Aleeya, Aleeya pasti sangat kesepian.

Dari kejauhan Faiz melihat Devan memeluk Aleeya erat dan Aleeya membalas pelukan itu dengan sama eratnya. Dapat terlihat dari kejauhan, Devan dan Aleeya seperti sepasang kekasih yang baru bertemu setelah sekian lama berpisah.

Tangan Faiz mengepal, emosinya naik, dia benar-benar marah. “Oo jadi seperti itu kelakuan kamu dibelakang ku, manis didepan busuk dibelakang!” ketus Faiz kemudian ia pergi meninggalkan tempat itu.

...

Aleeya telah mengganti gaun tidurnya, ia sedang bersiap-siap untuk tidur. Merenggangkan urat-urat badannya yang telah penat melakukan banyak kegiatan setiap harinya.

“Brakkk” tiba-tiba terdengar suara gebrakan pintu dari lantai bawah, Aleeya benar-benar terkejut dibuatnya. Dengan langkah cepat ia keluar dari kamar dan menuruni anak tangga, didapatkannya Faiz sedang berdiri dengan mengepal kedua tangannya, wajahnya memerah karena marah.

"Ternyata begitu kelakuan kamu dibelakang ku, ha? " kata Faiz tiba-tiba. "Berpelukan dengan laki-laki yang bukan mahromnya di tempat umum, Apa kamu tidak punya malu? kata Faiz membabi buta.

“Maksud kakak?” tanya Aleeya tidak mengerti apa yang dikatakan Faiz.

"Oo jadi disini masih ada yang berpura-pura tidak tahu! kata Faiz menyindir. “Jadi siapa yang aku lihat berpelukan di taman depan fakultas? Setan? atau aku yang salah lihat?” tanya Faiz meninggikan suaranya.

Aleeya menyadari dirinyalah wanita yang di bicarakan Faiz, ia baru mengingat bahwa tadi siang Artha sempat memeluknya, kemudian setelah pikiran Aleeya sadar ia melepaskan pelukan Artha.

"Ak… aku… " kata Aleeya terbata-bata, ia bingung mau mulai dari mana untuk menjelaskan kepada Faiz.

“Mau alasan apa lagi ha?” sela Faiz. “Aku benar-benar gila telah menikahi wanita murahan seperti kamu!” kata Faiz berapi-api.

“Plakk” Aleeya menampar keras pipi Faiz, ia benar-benar marah, ia tidak terima disebut sebagai wanita murahan. Hatinya kelu.

“Dasar wanita murahan! berani sekali kamu menamparku!” kata Faiz masih dengan emosi berapi-api.

“Plakk” tamparan kedua. Aleeya sangat marah, ia tidak menyangka Faiz akan mengatakan hal yang sangat memalukan seperti itu kepadanya.

“Oo jadi kamu masih berani menamparku ha?” kata Faiz marah. “Kamu akan tahu akibatnya!” lanjut Faiz.

Faiz kemudian menarik paksa tangan Aleeya menuju kamar mereka berdua, Aleeya menangis meronta-ronta tanda tidak suka. Tangannya sakit, Faiz menarik tangannya dengan sangat kuat.

“Kak lepasin!” kata Aleeya. “Sakit kak, sakit!” kata Aleeya di sela-sela tangisannya.

Faiz tidak peduli, ia benar-benar tidak dapat berpikir jernih. Ia terus menarik tangan Aleeya dengan paksa tanpa ampun.

“Brakkk” Faiz melempar kasar tubuh Aleeya diatas tempat tidur.

Aleeya menangis terisak-isak, kemudian tanpa ampun Faiz merobek gaun tidur Aleeya pada bagian lutut.

Aleeya yang sadar gaun tidurnya di robek Faiz, dengan cepat menarik kembali gaunnya dan menutupi pahanya yang terpampang jelas.

"Kamu akan tahu siapa pemilik dirimu ini! Jangan pernah berharap dapat bermain dengan orang lain! kata Faiz berapi-api. Tanpa ampun Faiz ‘melakukannya’ lagi dan lagi, ia tidak mempedulikan Aleeya yang terus-terusan menangis. Baginya Aleeya harus tahu kepada siapa ia dapat bersentuhan dan memberikan dirinya, bukan seperti tadi, dipeluk oleh laki-laki yang bukan mahromnya.

Malam itu Aleeya terus-terusan menangis, Namun Faiz seakan-akan tuli dengan tangisan Aleeya, ia tidak peduli.

“Kak! Hiks… hiks. Hentikan kak!” pinta Aleeya.

"Kamu istriku, aku bebas melakukannya! Dan jangan pernah temui Devan lagi! Kalau aku melihat kamu menemuinya, kamu akan tanggung sendiri akibatnya! Aku akan melakukan sesuatu yang lebih kejam dan lebih menyakitkan daripada ini! " Ancam Faiz. Aleeya hanya diam menahan perih di hatinya.

.

.

.

MENGGAPAIMU

Terpopuler

Comments

Medeia (✿ ♥‿♥)

Medeia (✿ ♥‿♥)

kenapa sdihh muluuu nii aleeyaaa ny

2023-07-29

3

Tamahiko Chan

Tamahiko Chan

kok gini jadinyaaa arrghhh

2023-07-27

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!