Natasya menelpon Faiz di malam hari, ketika Hanafi tengah terlelap. Ia menceritakan kejadian beberapa hari lalu mengenai Tania yang datang ke rumahnya.
“Assalamu’alaikum Iz” kata Natasya memulai pembicaraan.
“Wa’alaikumussalam kak” jawab Faiz.
“Aku mau cerita sama kamu Iz mengenai Tania” kata Natasya.
Faiz terdiam.
“Kak, jangan bahas Tania lagi. Aku telah melupakannya dan memulai hidup baru dengan Aleeya” jawab Faiz tegas.
“Bukan itu yang mau aku katakan Iz” jawab Natasya, kali ini suara mulai melemah.
Faiz terdiam mencoba merasakan getaran suara Natasya.
“Kakak menangis?” tanya Faiz khawatir.
Natasya diam, ia mencoba menghentikan tangisannya.
“Kak” panggil Faiz lagi.
“Iya Iz, kemarin Tania datang ke rumah aku sama Hanafi” kata Natasya memberitahu.
Di seberang sana, dahi Faiz berkerut.
“Mau ngapain dia disana kak?” tanya Faiz.
“Tania bilang dia ingin mengambil anak dan pria yang seharusnya menjadi miliknya” kata Natasya, kali ini air matanya mengalir deras.
Faiz dapat merasakan kesedihan kakaknya, satu hal yang membuat Faiz tak habis pikir adalah Tania yang ia kenal tidak pernah bertindak gegabah seperti itu.
“Aku rasa Tania cuma menggertak kakak saja” kata Faiz menghibur.
“Enggak Iz, dari sorot matanya ia berkata serius” jawab Natasya.
Faiz masih diam mengingat tentang Tania, Tania yang ia kenal adalah wanita yang lembut. Bagaimana bisa sekejam itu?
“Setiap orang yang tertekan akan melakukan apa saja Iz” kata Natasya. “Dia menginginkan kebahagiaan” lanjut Natasya.
Faiz mulai mengerti kenapa sikap Tania berubah drastis seperti itu.
“Yasudah kak, berdoa sama Allah. Semoga Allah mudahkan segala urusan kakak” kata Faiz. “Kakak pasti wanita yang kuat” lanjut Faiz menyemangati.
“Terima kasih ya Iz, sekarang kakak mulai tenang” jawab Natasya.
Faiz merasa lega. “Kalau kakak butuh sesuatu, telpon aja aku ya” kata Faiz.
“Oke Iz, pasti. Sudah dulu ya, Assalamu’alaikum” kata Natasya.
“Wa’alaikumussalam kak” jawab Faiz.
…
Aleeya mendengar sejenak percakapan antara dua sejoli kakak beradik itu.
“Ada apa kak?” tanya Aleeya penasaran.
Faiz tersenyum.
“Dasar kepo” kata Faiz se-enaknya.
Aleeya cemberut. “Aku nanya serius kak” kata Aleeya.
Faiz kemudian duduk di samping Aleeya, mencoba mensejajarkan dirinya dengan istrinya itu.
“Tadi kak Natasya telpon aku, katanya kemarin Tania datang ke rumahnya” kata Faiz memberitahu.
“Lalu kak?” tanya Aleeya masih dengan wajah penasarannya.
“Kak Natasya bilang, Tania menginginkan anak dan pria yang seharusnya ia miliki kembali kepadanya” jawab Faiz sendu.
Aleeya dapat merasakan kesedihan yang dialami Natasya.
“Astaghfirullah” kata Aleeya. “Jadi bagaimana itu kak?” tanya Aleeya lagi.
Faiz menaikkan bahunya tanda tidak tahu.
“Tapi kita harus bantu kak Natasya, agar itu tidak terjadi” jawab Faiz.
Aleeya mengangguk. “Kasihan kak, kak Natasya sama Hanafi kan sudah menikah. Pasti sekarang kak Natasya sangat ketakutan, aku dapat merasakan ketakutannya sebagai seorang istri” kata Aleeya sedih.
Faiz menatap Aleeya. “Sudah kamu jangan banyak berpikir yang berat-berat, ingat kata dokter kemarin kan?” tanya Faiz.
Aleeya mengangguk. “Aku masih ingat kak” jawab Aleeya.
“Sudah kamu istirahat saja, biar aku yang mengawasi permasalahan kak Natasya” kata Faiz menasihati, ia tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk kepada Aleeya.
“Kalau ada apa-apa kasih tahu aku juga kak” kata Aleeya. Faiz kemudian mengangguk.
“Kamu harus lebih perhatiaan lagi dengan anak kita” kata Faiz seraya mengelus perut Aleeya lembut. “Ada dedek bayi disini” kata Faiz sambil tersenyum.
Aleeya membalas senyuman Faiz. “Aku pasti jaga dedek bayi ini dengan baik kak” kata Aleeya.
“Yasudah gih ayo tidur” ajak Faiz kemudian menutupi tubuhnya dengan selimut.
“Good Night, kak” kata Aleeya.
“Good Nights too” jawab Faiz.
...
Tania datang ke Play Group Zeva, ia ingin bertemu dengan putri kecilnya itu. Ia menyesal telah menelantarkan putri kecilnya yang tidak berdosa itu.
“Ini kesalahan aku sama kamu kak, kitalah yang harus bertanggungjawab” batin Tania.
Tania melihat Zeva tengah bermain dengan riang, ada sedikit kemiripan antara dirinya dengan Zeva. Gadis kecil itu tumbuh menjadi gadis yang cantik dan menggemaskan.
Tania memanggil Zeva.
“Zeva sayang” panggil Tania.
Zeva yang merasa namanya dipanggil segera mencari sumber suara.
“Tante? Tante ngapain disini?” tanya Zeva.
Tania tersenyum getir, putrinya belum mau memanggilnya dengan sebutan “mama”.
“Panggil aku mama, Zeva manis” pinta Tania lembut.
Zeva menatap wanita cantik yang berdiri di depannya, ia sebenarnya merindukan kehadiran ibu kandungnya.
“Tante memang ibu kandung aku?” tanya Zeva.
Tania tersenyum lembut. “Iya sayang, mama adalah ibu kandung kamu, mama yang telah melahirkan kamu” jawab Tania.
“Tapi kata papa, aku sudah punya mama baru, mama Natasya” kata Zeva lagi.
Tania tersenyum namun pikirannya entah kemana-mana.
“Mama akan mengambil hak mama sebagai ibu kamu, kamu dan papa kamu akan kembali sama mama” batin Tania.
“Zeva sudah selesai belajarnya?” tanya Tania menatap wajah Zeva.
“Sudah tante, ee mama” jawab Zeva.
Tania tersenyum puas, tidak sulit membuat Zeva mengakuinya sebagai ibu.
“Kamu mau jalan-jalan sama mama?” tanya Tania.
“Mau ma” jawab Zeva. " Tapi kemana?" tanyanya lagi.
“Kemana-mana yang kamu inginkan sayang” jawab Tania.
Zeva diam sejenak memikirkan kemana ia hendak pergi.
“Kalau ke taman beli ice cream gimana?” tanya Tania.
Zeva mengangguk. “Mau ma” jawab Zeva.
“Oke anak mama yang manis, ayo kita berangkat!” kata Tania semangat.
“Ayo berangkat!” kata Zeva tak kalah semangat.
Tania kemudian membuka pintu mobil dan mendudukkan Zeva di sampingnya.
Tania tersenyum penuh kemenangan.
Tak lama dari kepergian Tania dan Zeva, mobil Hanafi sampai di depan Play Group. Ia kemudian menunggu di depan pagar sampai anak-anak Play group tidak ada lagi, Hanafi terus mencari-cari keberadaan Zeva.
“Pak” panggil Hanafi kepada satpam Play Group itu. “Bapak nampak anak saya, Zeva?” tanya Hanafi.
Satpam tersebut mengingat-ngingat kemudian menjawab.
“Tadi ada seorang wanita yang mengaku sebagai ibunya Zeva” kata Satpam tersebut.
Hanafi berpikir, apa mungkin yang menjemput Zeva Natasya? Tapi bukannya Natasya bilang tadi dia masih ada urusan pemotretan?
Natasya adalah seorang model terkenal yang sedang naik daun.
“Ciri-cirinya seperti apa pak?” tanya Hanafi.
“Hmm… wajahnya mirip seperti Zeva pak, makanya kami tidak ada yang mencurigainya” jawab satpam.
Hanafi terkejut. “Apa jangan-jangan Tania yang membawa Zeva?” tanya Hanafi pada dirinya sendiri.
“Baik Pak, Terima kasih infonya” kata Hanafi kemudian berlalu.
Hanafi mencari-cari kemana Tania membawa Zeva pergi, sudah 3 jam lebih ia berputar-putar mencari Zeva. Hingga ia teringat dengan nomor telepon Tania yang pernah ia simpan.
“Sial” umpat Hanafi. “Kenapa tidak dari tadi aku meneleponnya” batinnya.
Drrrtttt… Drrrttt… Drrttt…
Handphone Tania bergetar, ia jelas tahu siapa yang meneleponnya.
“Dimana Zeva?” tanya Hanafi to the point.
“Baru nelpon kok sudah to the point, sapa dulu kak” kata Tania menasehati.
Hanafi sudah emosi, berani sekali Tania membawa Zeva tanpa izin.
“Dimana Zeva sekarang?” tanya Hanafi lagi.
“Dasar pria yang keras kepala” sindir Tania dalam hati.
“Zeva ada di rumah aku kak” jawab Tania akhirnya.
“Share alamat rumah kamu sekarang” pinta Hanafi.
Tania kemudian menshare alamatnya kepada Hanafi, kemudian sambungan teleponnya terputus.
“Pria yang menyebalkan” batin Tania. “Tapi aku punya rencana buat kamu” lanjutnya kemudian tersenyum licik.
Mobil Hanafi memasuki halaman rumah Tania, ia seperti pernah melihat rumah ini. Benar saja, ini adalah rumah buk Aditama, berarti Tania adalah putrinya buk Aditama, batin Hanafi.
Hanafi mengetuk pintu rumah itu, kemudian di buka oleh Tania.
“Dimana Zeva?” tanya Hanafi.
Tania tersenyum licik.
“Zeva sedang tidur di kamar” jawab Tania.
“Tunjukkan kamarnya” pinta Hanafi.
Tania kemudian menunjukkan kamar yang dimaksud, dia kemudian mengikuti Hanafi dari belakang.
Hanafi memasuki kamar itu tanpa merasa curiga, ia tidak mendapati Zeva tidur di kamar itu. Kamar itu kosong.
"Dimana… " belum sempat Hanafi bertanya.
“Ceklekkk” terdengar suara pintu tertutup.
Hanafi membalikkan tubuhnya, ia benar-benar tidak mengerti jalan pikiran Tania.
“Dimana Zeva?” tanya Hanafi lagi.
Tania tersenyum getir. “Zeva telah aku antarkan ke alamat rumah kamu, ditemani oleh pembantu aku” jawab Tania jujur.
Hanafi kesal, wajahnya memerah.
“Kamu membohongi aku Tania?” tanya Hanafi marah.
Tania tidak menggubris perkataan Hanafi, ia malah membuka kancing bajunya satu-persatu.
“Kamu mau ngapain Tania?” tanya Hanafi terkejut.
“Kalau kamu tidak mengizinkan aku menjadi ibunya Zeva” kata Tania. “Aku ingin anak lagi” lanjutnya.
Tania kemudian maju perlahan mendekati Hanafi. “Kamu jangan gila Tania, aku sudah menikah” kata Hanafi.
“Aku tidak peduli” jawab Tania. “Aku ingin melanjutkan hidup sama kamu” pinta Tania.
“Aku gak bisa, hubungan kita hanya sebatas kesalahan” kata Hanafi.
Wajah Tania berubah merah, ia marah bercampur tangisan.
“Apa? hiks… hiks… kamu bilang kesalahan? Bukannya kamu menginginkannya juga?” tanya Tania sambil menangis. “Aku mabuk waktu itu, kamulah yang memanfaatkan semuanya!” teriak Tania. " kamu udah menghancurkan hidupku, hiks…hiks" kata Tania lagi.
Hanafi menatap Tania dengan sedih, benar yang dikatakan Tania. Ia juga bersalah, mengapa ia juga menyetujuinya? Padahal saat itu ia tidak sedang mabuk.
Hanafi tidak tahan dengan semua ini, ia berjalan mendekati Tania yang terkulai lemas di atas lantai.
“Ini kesalahan aku juga, aku minta maaf” kata Hanafi seraya memeluk Tania.
Tania tersenyum puas.
“Aku akan mengambil apa yang memang menjadi milikku, Natasya!” katanya dalam hati.
.
.
.
MENGGAPAIMU
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Medeia (✿ ♥‿♥)
ini tania ngpain sihhh
ingat dosaa ughteaaa
2023-07-29
3
Tamahiko Chan
gimn yaa, tania qm mending tobat ke jln yg bener
kalau gini terus qm sendiri yg akan tersakiti
aq sebnrnya kesel lho klo qm muncul 🤣
2023-07-27
3