Jinan Alana (Masa Lalu Yang Tertinggal)

Jinan Alana (Masa Lalu Yang Tertinggal)

1

"Yang.. Nanti ketemu ya," pesan teks dari Jinan untuk wanitanya, Alana.

"Lagi? Kemarin baru ketemu kan?" balas Alana.

"Gak mau ya, 😔." balas Jinan lagi.

"Nanti malem jemput di kantor jam 7." balas Alana.

"Baik 😘." Jinan membalas dengan senang.

— Alana memang bekerja di sebuah kantor yang bergelut di bidang makanan di Jakarta. Berbeda dengan Jinan yang memiliki sebuah cafe.

Jinan berkali-kali membujuk kekasihnya agar mau bekerja di cafenya saja, tapi Alana selalu menolak karna alasan ingin mandiri dan tak mau bergantung sama Jinan.

Kadang alasan itu juga yang bikin Jinan selalu marah. Jinan merasa tidak pernah di hargai sebagai lelaki.

***

Jam menunjukkan pukul 17.00, Alana sudah menyelesaikan semua berkasnya untuk hari ini. Tapi..

"Alana." panggil atasan Alana.

"Iya pak." balas Alana sopan.

"Ini tolong di revisi semuanya, banyak sekali perhitungan yang salah. Kamu kenapa lagian akhir-akhir ini jadi sering salah gini."

"Maaf pak, saya akan perbaiki." ucap Alana.

"Hari ini juga harus selesai, besok pagi letakkan di meja saya."

"Baik pak."

Alana menatap tumpukan berkas yang ia serahkan kemarin. Dia melihat banyak sekali coretan.

Alana mengusap wajahnya, lagi-lagi dia harus lembur hari ini. Walupun sangat letih, dia pun segera menyelesaikan berkas itu.

***

Pukul 18.45 Jinan sudah menunggu Alana di depan kantor seperti yang di suruh kekasihnya itu. Tapi di sisi lain Alana masih sibuk dengan laptopnya. Ia sampai lupa dengan janjinya bersama Jinan.

Dering telepon menghentikan aktifitas kerja Alana. Dia menepuk dahinya melihat siapa nama yang tertera di layar teleponnya.

"Mati aku, kok bisa lupa sih." gumam Alana lalu menekan tombol hijau di layar handphone nya.

"Halo, iya Jinan."

"Al, aku di depan." suara Jinan dari seberang telepon.

"Iya aku keluar, tunggu sebentar."

Alana mematikan telepon dan segera berjalan keluar dengan terburu-buru.

"Jinan.." panggil Alana saat melihat Jinan sedang berdiri bersandar mobil sambil memainkan hp nya.

Jinan menyambut Alana dengan senyum manisnya.

"Kok lama sih sayang. Tapi kamu gini aja? Gak ganti baju? Tas kamu mana?" tanya Jinan saat melihat Alana keluar hanya membawa hp di tangannya.

"Maaf." Alana menyatukan kedua tangannya di depan wajahnya.

"Lagi?" ucap Jinan seolah mengerti yang di maksud Alana.

Alana hanya mengangguk sambil memanyunkan bibirnya yang mungil.

Jinan menghela nafasnya.

"Besok deh ya, besok aku libur kan, kita bisa jalan sampe puas. Lagian kemarin kita kan udah ketemu." ucap Alana memelas.

"Kemarin ketemu cuma buat jemput kamu doang Al. Apa kamu gak mikir udah beberapa minggu ini kamu gak pernah ada waktu buat aku?" ucap Jinan mulai kesal.

"Iya maaf, besok beneran ketemu deh ya." Alana memohon.

"Lagian kerja apaan sih yang harus bikin kamu lembur terus-terusan kayak gini? Aku sudah bilang, ikut aku aja, kenapa sih keras kepala banget." ucap Jinan mulai marah.

"Kamu bahas hal yang sama lagi. Berkali-kali kamu nyuruh aku kerja di cafe kamu, berkali-kali juga aku udah ngasih alasan ke kamu." ucap Alana.

"Apa? Gak mau bergantung sama aku? Harus Alana, kamu harus bergantung sama aku, karna aku cowok kamu. Kamu anggap apa aku selama ini? Aku merasa jadi cowok yang gak ada gunanya sementara si cewek bekerja mati-matian di tempat lain." ucap Jinan penuh kemarahan.

"Kok kamu jadi marah-marah kayak gini sih." ucap Alana.

"Siapa yang gak marah ketika si cewek gak pernah ada waktu untuk cowoknya? Siapa yang gak marah ketika si cewek tak pernah menganggak si cowok sebagai tempat bergantung. Aku jadi cowok kayak gak ada harga dirinya tau gak." oceh Jinan.

"Udahlah Jinan, kalau kamu cuma mau marah-marah mending sekarang kamu pergi. Aku lagi gak mau berantem. Lagian ini di kantor, dan kerjaan aku juga masih sangat banyak."

Tanpa sepatah katapun Jinan segera berjalan memasuki mobilnya dan menutup pintunya dengan sangat kencang.

Alana menghela nafas dalam melihat tingkah kekasihnya ini. Dia memegangi kepalanya yang terasa sangat pusing.

Alana masuk kembali ke meja kerjanya. Dia menelungkupkan kepalanya di meja. Tiba-tiba sesuatu mengalir dari hidungnya. Alana ternyata mimisan. Ia segera mendongak dan menutup hidungnya dengan tisu agar darah tak mengalir lebih banyak.

Setelah ia merasa mimisan nya telah berhenti dia segera kembali berkutat dengan laptopnya.

***

Di sisi lain Jinan malah sedang mabuk-mabukan di sebuah club malam.

Jinan selalu begitu, jika ada masalah pasti larinya ke minuman. Padahal hal itu adalah hal yang paling di benci sama Alana. Dan Jinan juga tau itu.

"Sudah bro, lo udah mabuk berat." ucap Rio, sahabat Jinan sekaligus bekerja di club tersebut.

Jinan tak menggubris perkataan Rio, ia terus saja minum sampe 2 botol ia habiskan sendiri.

Baru Jinan mau membuka botol selanjutnya, Rio segera merebut botol tersebut.

"Pulang sana lo, ini kalau Alana tau dia pasti ngamuk." ucap Rio.

"Bodo amat, toh dia gak pernah peduli sama gue ck." ucap Jinan sambil tersenyum sinis.

"Udah ayokk pulang." Rio menuntut Jinan sampe di ke depan club. Rio memasukkan Jinan ke sebuah taksi yang terparkir di depan club.

"Jalan tulip no. 36 pak." ucap Rio kepada supir.

Supir pun menancapkan gasnya menuju alamat yang di suruh Rio.

"Jalan dahlia no. 12." ucap Jinan masih sambil memejamkan matanya.

Supir pun mengalihkan rute perjalanannya sesuai permintaan Jinan.

***

Jam menunjukkan pukul 11 malam. Alana baru saja tiba di rumahnya. Baru saja Alana ingin merebahkan tubuhnya, tiba-tiba ada yang menggedor-gedor pintu rumahnya.

Alana membuka pintu dan mendapati Jinan yang tiba-tiba jatuh ke pelukannya.

"Halo sayang." ucap Jinan sembari tersenyum.

"Bau banget, kamu mabuk lagi ya." tanya Alana sambil menggandeng Jinan menuju sofa.

Jinan merebahkan dirinya di sofa tanpa berkata sepatah katapun lagi. Sepertinya dia sudah tidak sadar.

Alana yang kesal pun meninggalkan Jinan seorang diri. Dia berlalu menuju kamar dan merebahkan dirinya sendiri.

"Bodo amat sama Jinan, aku ngantuk." gumam Alana dan terlelap tidur tanpa membersihkan badannya terlebih dahulu.

***

Pagi harinya tepat pukul 9 pagi Alana terbangun dari tidurnya. Dia segera membersihkan diri lalu berjalan ke ruang tengah tepat di mana Jinan semalam tertidur.

Dan benar saja, Jinan masih terlelap tidur di sofa.

"Jinan bangun." Alana menggoyangkan tubuh Jinan.

Jinan hanya menggeliat kecil tanpa membuka matanya. Matanya terasa sangat berat untuk di buka.

"Jinan ayo bangun. Kalau gak bangun kita putus ya." ancam Alana.

Terpopuler

Comments

Karpet tempur

Karpet tempur

Udah gak sabar banget mau lanjut baca cerita ini.

2023-07-23

1

Maria Elizabeth Pereira

Maria Elizabeth Pereira

Aku setia menunggu, please jangan membuatku menunggu terlalu lama.

2023-07-23

1

Tōshirō Hitsugaya

Tōshirō Hitsugaya

Keren abis

2023-07-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!