Laguna Kenikmatan Dari Adik Ipar

Laguna Kenikmatan Dari Adik Ipar

Kennedy Yang Harus Turut Campur Tangan Karena Tragedi Kecelakaan Sang Kakak

"Kita langsung kembali ke rumah saja Ken," Joanna menginstruksikan adik iparnya untuk membawa suaminya menuju rumah.

"Bagaimana dengan Ayah dan Ibu ?"

"Kita sudah berjanji akan mampir kan sayang ?"

"Aku tak ingin mereka mengkhawatirkan ku," Brian berucap lemah sembari menyenderkan kepalanya pada bahu istrinya.

"Aku akan menghubungi Ayah nanti,"

"Aku hanya ingin kau lekas istirahat sayang !" Joanna tersenyum serta membelai lembut kepala sang suami.

Kennedy hanya bisa sesekali mencuri pandang terhadap paras cantik Joanna yang tak lain adalah istri dari kakaknya.

Kelembutan serta keikhlasan Joanna dalam merawat dan melayani Brian kakak nya membuat hati pria itu bergetar setiap kali menatap Joanna.

Brian yang baru saja mengalami kecelakaan mobil benar-benar membuat Joanna membuktikan cinta kasih dan ketulusannya.

Hal itu membuat Brian semakin terpikat dan terpesona pada Joanna untuk yang kedua kalinya.

Brian juga menjadi semakin manja, berkali-kali pria itu tersenyum dan mengusap lembut pipi Joanna.

Melihat kemesraan Brian dan Joanna dalam mobil membuat Kennedy tak fokus dalam menyetir dan dengan sengaja menginjak rem mobilnya secara mendadak.

"Ada apa Ken ?"

"Apa semua baik-baik saja ?" Brian terkejut, kepala nya juga sempat terantuk pada kursi depan nya.

"Maaf, ada kucing yang mendadak menyeberang !" pria itu berucap datar dengan tatapan yang tajam kearah depan.

"Kau tak apa-apa kan Ken ?"

"Apa Kau butuh minum ?" Joanna berucap seraya membuka tutup botol air mineral dan menyerahkannya pada Kennedy.

"Terimakasih,"

"Ada apa dengan diriku ?"

"Apa aku cemburu ?" Kennedy hanya mampu berucap dalam hati dengan mata yang menatap spion kaca diatasnya.

Tatapan Kennedy tak lepas dari tangan Brian yang terus membelenggu pada lengan Joanna.

"Sayang, Aku ingin tidur bersama mu malam ini !" Brian berucap dengan setengah berbisik pada istrinya.

"Sabar lah Tuan Brian, kita masih dijalan sekarang !" Joanna kembali menanggapi ungkapan manja sang suami dengan berbisik seraya mencubit perlahan lengan suaminya.

Entah kenapa kemesraan suami istri itu begitu membuat Kennedy panas, pria itu kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah kakaknya.

"Ken tinggal lah disini beberapa hari bersamaku," Brian menepuk pelan bahu Kennedy sebelum akhirnya turun dari mobil dan memasuki rumah bersama Joanna.

Kennedy masih terdiam dan belum juga beranjak dari mobilnya, hingga kedua pasangan suami istri itu menghilang memasuki rumah mereka.

"Ada apa dengan diriku ?" Kennedy mengacak rambutnya dan akhirnya turun keluar dari mobil silver miliknya.

"Menginap lah Ken, ini sudah terlalu malam untuk berkendara !" Joanna menghampiri Kennedy yang tengah meneguk air putih dan terduduk di meja makan.

Kennedy tak menjawab dan hanya memperhatikan Joanna.

"Akan ku siapkan makan malam untukmu."

"Kau bahkan belum terlihat memakan apapun sejak dari rumah sakit," wanita itu melangkah menuju lemari pendingin dan nampak mengacak bahan makanan didalamnya.

"Ternyata Dia juga begitu perhatian padaku," Kennedy berucap dalam hati dengan sekilas senyum dibibir nya.

Pria itu hanya terduduk seraya menatap gerak-gerik Joanna yang tengah sibuk menyiapkan makanan untuk dirinya.

Tak lebih dari 10 menit Joanna kembali menghampiri nya.

"Makanlah dulu," Joanna membawa semangkuk mie rebus panas dengan toping telur dan juga sayur.

"Panggil saja diriku jika kau membutuhkan sesuatu Ken !" wanita itu beranjak pergi dan berlalu menuju kamar suaminya seraya mengusap lembut kepala adik iparnya.

Lagi dan lagi Kennedy membeku menerima usapan lembut sang kakak ipar pada kepalanya.

Lelaki itu kembali tersenyum sesaat setelah menikmati satu sendok kuah mie rebus buatan Joanna.

"Kau belum tidur sayang ?" Joanna menutup pintu kamarnya dan berlalu untuk mengganti pakaian.

"Bagaimana aku bisa tidur tanpa usapan lembut dari istri tercinta ku ?" Brian berucap manja dengan tangan yang menepuk pelan sisi tempat tidur disebelahnya seolah mengisyaratkan supaya Joanna lekas berbaring disampingnya.

"Kau itu kenapa selalu seperti anak kecil ?" Joanna tersenyum menanggapi tingkah Brian dan segera membaringkan diri serta memeluk hangat sang suami.

"Aku hanya bisa seperti anak kecil ketika bersamamu wahai istriku !" Brian tampak mengecup seluruh bagian wajah Joanna dengan penuh kasih sayang.

"Astaga, !!"

"Diriku melupakan sesuatu," Joanna yang hendak terlelap mendadak terperanjat seketika saat mengingat ia belum menyiapkan kamar untuk Kennedy, buaian lembut dari Brian membuat ia dipenuhi rasa kantuk serta lupa bahwa Kennedy menginap dirumah mereka.

"Ada apa sayang ?" Brian yang telah setengah tidur pun turut terkejut dibuat nya.

"Lanjutkan tidurmu sayang,"

"Aku melupakan sesuatu !" Joanna beranjak dan menyingkirkan tangan suaminya dengan perlahan.

"Aaaaaaggghhhh, kenapa kau harus meninggalkan ku ?" pria itu tetap menampilkan dramanya meskipun dalam kondisi setengah tidur.

"Ken ?" Joanna mencoba mengguncang perlahan tubuh Kennedy yang tertidur di sofa.

"Pindah lah ke kamar," suara lembut Joanna perlahan membuat pria itu membuka mata.

Kennedy tampak meneguk saliva nya saat melihat sang kakak ipar mengenakan pakaian yang begitu memperlihatkan lekuk tubuhnya.

"Kau tak apa-apa ?" Joanna melambaikan tangan mencoba untuk menyadarkan Kennedy.

"Ia, aku tak apa-apa Nona !" pria itu akhirnya duduk dan mencoba untuk mengumpulkan kesadaran nya.

"Aku sudah merapikan kamar tamu, tidurlah dikamar itu,"

"Maaf karena aku telat menyiapkan nya !" Joanna tampak bersalah karena merasa telah menelantarkan adik iparnya.

Pagi itu Joanna tampak pucat, Brian yang sedikit mengeluhkan rasa sakit pada *********** malam itu membuat ia tak bisa kembali tertidur pulas.

"Kau sudah bangun Ken ?" wanita itu terkejut saat melihat Kennedy melakukan stretching dengan hanya mengenakan celana boxer hitamnya.

"Iya Nona,"

"Bagaimana keadaan Kakak ?" pria itu mendekati Joanna dan menuang air putih disampingnya.

"Kakakmu baru saja meminum obatnya."

"Segeralah bersihkan dirimu !"

"Ayah dan Ibu mungkin akan datang kemari hari ini ," Joanna tampak mengikat rambut lurus nya dan bergegas menyiapkan sarapan.

"Nona, Kau benar-benar bisa membuat ku gila !" mata Kennedy lagi-lagi tak ingin beralih pandangan dari paras cantik kakak iparnya.

Kennedy akhirnya beranjak untuk membersihkan diri karena keringat yang telah membasahi serta membuat lengket seluruh tubuhnya.

"Sayang, Aku bosan di kamar !" Brian muncul tiba-tiba dan berjalan perlahan mendekati Joanna.

Joanna tersenyum menoleh serta menatap suaminya.

"Kau ini sedang sakit, apa Kau tetap ingin bekerja ?"

"Bolehkah ?" Brian memeluk tubuh Joanna serta mencium tengkuk leher istrinya.

"Sayang, ada adikmu disini !" Joanna berbisik perlahan pada sang suami.

"Bagaimana jika ia melihat kita seperti ini ?"

"Aku hanya merindukan mu sayang,"

"Tak boleh kah untuk sesaat kita seperti ini ?" Brian kembali berucap manja dan tak ingin melepaskan pelukannya terhadap Joanna.

"Kita tunggu hingga Kennedy kembali ke rumah," Joanna berbalik badan dan mencium lembut pipi suaminya.

Kedua orang tua Brian dan Kennedy kembali berkunjung hari itu, mereka tampak mencemaskan keadaan putra pertama mereka.

"Jadi bagaimana keadaan mu sekarang Nak ?" raut wajah Ayah Brian tampak begitu khawatir.

"Sudah jauh lebih baik Ayah,"

"Tapi untuk hasil tes fisik secara keseluruhan kami masih harus menunggu hasilnya ," Brian tampak menjelaskan kondisinya pada sang Ayah.

"Anak Ayah dan Ibu satu itu memang susah untuk ditangani !"

"Dia meminta untuk pulang lebih cepat dari jadwal yang seharusnya ditentukan oleh dokter," Joanna turut membuka suara ditengah percakapan antara suami dan ayah mertuanya.

"Sayang tolonglah !"

"Jangan membuat ku malu dihadapan Ayah dan juga Ibu," pria itu tersenyum dengan mata yang selalu tertuju pada istrinya.

"Silahkan diminum dulu teh nya Ayah, Ibu !" Joanna kini terduduk di samping sang Ibu mertua.

"Kenapa Kau selalu merepotkan diri seperti ini Nak ?" Ibu Brian tersenyum seraya mengelus wajah menantunya.

"Ini bukan apa-apa Bu,"

"Dibandingkan Ayah dan Ibu, pria satu itu jauh lebih merepotkan diriku !"

Kalimat yang keluar dari mulut Joanna kembali membuat Ayah dan Ibu mertua serta Brian suaminya tertawa mendengar pernyataannya.

"Joanna, Dimana Ken ?"

"Apa dia belum bangun Nak ?"

"Sebentar Ibu,"

"Saya akan memanggil nya," Joanna beranjak dan menuju kamar tamu rumahnya.

Joanna akhirnya masuk begitu saja karena ia tak mendapati jawaban dari Kennedy setelah beberapa kali mengetuk pintu.

"Ken ?" kalimat Joanna tertahan melihat Kennedy yang keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk yang terlilit pada pinggangnya.

"Maaf."

"Segeralah ke ruang tamu, Ayah dan Ibu menanyakan mu !"

Tanpa menunggu jawaban Joanna pergi berlalu begitu saja dari kamar Kennedy.

"Kenapa dia manis sekali ?" pria itu berucap dalam hati dengan senyum yang telah terukir di bibir.

Kennedy akhirnya muncul serta duduk diantara Ayah dan Ibunya.

"Ayah, Ibu."

"Kenapa tidak menghubungi, Aku bisa menjemput Ayah dan juga Ibu," Kennedy menyapa ramah serta hangat kedua orangtuanya.

"Tidak Ken,"

"Kamu pasti juga lelah kan Nak turut kesana-kemari menjaga Brian kakakmu ?" sang Ibu menanggapi kalimat putranya dengan begitu lembut.

"Nona Joanna yang lebih banyak menguras tenaga untuk suaminya Bu,"

"Saya hanya berjaga saja," Kennedy kembali tersenyum serta melirik kakak iparnya.

"Untuk sementara tinggal lah dulu disini bersama mereka Nak !"

"Kau tahu kan Kakak ipar mu tak bisa menyetir ?"

Kennedy kembali terdiam dan menatap kedua kakaknya.

"Ibu benar Ken, tinggal lah disini untuk sementara waktu !"

"Aku juga sangat membutuhkan bantuan mu," Brian turut menimpali perkataan ibu mereka.

Entah mengapa Joanna menjadi merasa tidak nyaman dengan tatapan Kennedy.

Ia ingin menentang keputusan ibu mertua juga suaminya, tapi ia juga tak tega kalau harus melihat suaminya menyetir sendiri dalam kondisi yang sekarang ini.

"Berhati-hatilah dalam berkendara Ayah !" Brian, Joanna serta Kennedy melambaikan tangan mengiringi kepergian mobil orang tuanya.

Joanna kembali memasuki rumah disusul oleh Brian suaminya yang langsung memeluk tubuhnya.

"Aku mencintaimu sayang !" Brian berbicara tepat ditelinga istrinya.

"Kau harus beristirahat sekarang,"

"Akan ku siapkan obat terlebih dahulu."

Joanna kembali melepaskan pelukan Brian sang suami.

Wanita itu dengan telaten melayani segala keperluan malam Brian.

Lagi, Kennedy membuang nafas kasar melihat tingkah kakaknya.

Raut wajah kesal terlihat begitu jelas diwajahnya.

"Ayolah Ken, jangan menjadi adik yang durhaka !"

"Ingat Joanna itu istrinya, wajar jika Brian terlihat begitu manja padanya !!" hati kecil Kennedy tampak nya selalu mengingatkan ia akan posisinya.

Hari-hari terasa begitu membosankan bagi Kennedy, ia ingin segera kembali ke apartemennya namun hari itu ia kembali mengurungkan niatnya karena harus menemani Brian untuk kontrol ke rumah sakit.

"Maaf sayang, aku tak bisa menemani mu," Joanna berucap lemah sembari memegangi perutnya.

"Tak apa sayang ada Kennedy bersamaku."

"Jangan lupa meminum obat !" Brian membelai surai Joanna serta menatap iba pada sang istri yang selalu merasa kesakitan setiap datang bulan.

Joanna mengangguk serta tersenyum meskipun kram di perutnya kian menyiksa.

"My lovely tummy, please be kind to my wife !" Brian menunduk, pria itu mencium serta membelai lembut perut Joanna.

"Sayang kau harus berangkat sekarang," Joanna terkekeh, wanita itu terlihat gemas serta mencubit perlahan pipi suaminya.

"Aku mencintaimu," Brian akhirnya beranjak setelah mencium kening istrinya.

Kennedy yang ingin mengingatkan Brian untuk segera berangkat ke rumah sakit tanpa sengaja kembali menyaksikan kemesraan keduanya, pria itu berbalik badan seketika dan memutuskan untuk menunggu Brian di mobil.

"Aku akan menunggu disini saja Kak !" Kennedy mendudukkan dirinya pada kursi ruang tunggu depan ruang periksa salah satu dokter di rumah sakit.

"Kakak tak apa kan jika masuk sendirian ?"

"Baiklah ... !" tanpa basa-basi Brian meninggalkan Kennedy untuk memeriksa kembali kesehatan tubuhnya.

Lima belas menit berlalu, Brian akhirnya muncul dan menepuk ringan bahu Kennedy yang tengah memejamkan matanya.

"Kita ke apotek dulu Kim !"

"Aku butuh membeli vitamin untuk Joanna," Brian berucap pada Kennedy dengan tatapan kosong keluar jendela mobilnya.

Sepanjang perjalanan Brian hanya terdiam sesekali ia membuka secarik kertas hasil dari pemeriksaan dokter tentang kondisi tubuhnya.

"Kakak baik-baik saja ?" Kennedy akhirnya melontarkan pertanyaan pada sang Kakak yang terlihat gelisah.

"Iya, tentu ..." Brian berucap dengan terbata-bata dan terlihat memaksakan senyum di wajahnya.

"Apa yang harus ku katakan pada Joanna ?" Brian bertanya dalam hatinya, ia mulai risau saat mengingat istrinya.

Joanna terlihat begitu sibuk menyiapkan makan siang ketika suaminya berjalan memasuki rumah.

"Sayang, kenapa kau tidak beristirahat saja ?" Brian berjalan perlahan dan kembali mengejutkan sang istri dengan seketika dengan memeluk tubuhnya.

"Oooh, Kau sudah kembali ?" kepala Joanna seketika miring ke kiri karena Brian dengan sengaja menyenderkan kepalanya pada tengkuk leher bagian kanan Joanna.

"Aku merindukanmu."

"Itulah sebabnya aku segera kembali," Brian kian mengeratkan pelukannya diiringi ciuman lembut pada pipi istrinya.

"Bagaimana dengan hasil pemeriksaan nya ?"

"Semua baik-baik saja ?" Joanna berucap seraya membalikkan badan untuk menatap wajah suaminya.

"Mmmmmpph," bukan jawaban Brian justru ******* bibir Joanna tanpa memperhatikan keadaan.

"Sayang hentikan," wanita itu berucap manja dengan bibir yang telah basah karena Brian telah mengulum nya.

Joanna akhirnya mendorong pelan tubuh suaminya dengan tersenyum serta menatap manik mata Brian.

"Kau ini nakal !" Joanna kembali mencubit lengan suaminya.

"Bagaimana jika Kennedy melihat kita ?" ia mendongak sembari melingkar kan kedua tangannya pada leher sang Suami.

"Dia pasti akan cemburu !" Brian kembali tersenyum menatap Joanna seraya merapikan rambut istrinya.

"Kenapa terasa hambar ?" pria itu berucap dalam hati dengan mimik wajah yang seketika terlihat muram.

"Sayang,"

"Apa kau baik-baik saja ?" Joanna yang menyadari perubahan raut wajah Brian seketika menjadi turut mencemaskan nya.

"Aku hanya sedang lapar !" Brian kembali membisikkan kalimat itu dengan sedikit menyesap daun telinga Joanna.

"Kau ini, kenapa selalu membuat ku takut ?" Joanna kembali memeluk erat tubuh suaminya.

Pikiran Brian melayang, pria itu tak tega jika harus memberitahukan kondisi tubuhnya saat ini pada Joanna.

Kennedy yang berjalan memasuki ruangan begitu saja membuat keduanya nampak terkejut serta canggung.

"Santai saja Kak, kalian suami istri bukan ?"

"Aku tak akan melaporkan kalian pada warga !" Kennedy berucap dengan datar meskipun kalimatnya membuat kedua kakaknya setengah tertawa.

"Aku tak bisa jika harus terus-menerus berada disini," Kennedy kembali berucap dalam hati dan menyantap hidangan pembuka di meja makan.

Malam itu Brian terbangun, pikiran nya nampak kacau memikirkan nasib kebahagiaan istrinya mengingat kondisinya yang mungkin tak mampu lagi membahagiakan Joanna.

"Kau baik-baik saja Kak ?" Kennedy menghampiri Brian yang tampak frustasi duduk seorang diri serta menyesap rokok ditangannya.

"Pikirkan kesehatan Kakak !" Kennedy merebut rokok ditangan kakak nya dan membuang nya ke segala arah.

"Entahlah Ken !" Brian menunduk seraya menghela nafas perlahan.

"Apa Kau bisa membantuku ?"pria itu kembali menengadahkan kepalanya menatap Kennedy.

Kennedy menyipitkan matanya, mendengar perkataan sang Kakak.

"Sayang maafkan aku," Brian kembali menatap wajah teduh Joanna yang tertidur lelap.

"Aku mungkin belum bisa mengungkapkan semua padamu saat ini !" Brian membuang perlahan nafasnya, ia juga tampak membelai lembut paras cantik istrinya.

"Tapi Aku janji akan memikirkan solusi untuk membahagiakan dirimu sayang !" tatapan mata Brian begitu lekat dan tak teralihkan dari Joanna.

Malam itu Kennedy turut gelisah memikirkan permintaan kakaknya.

Apa yang diinginkan Brian bukanlah hal yang biasa.

Kennedy kembali terbayang bagaimana Joanna menangis tersedu-sedu karena Brian kakaknya yang tak kunjung membuka mata saat kecelakaan itu terjadi.

"Maaf Kak, aku tak bisa membantu."

Kennedy bergumam seraya merebahkan tubuhnya di pembaringan, pria itu termenung mengingat kesedihan kakaknya.

"Aku mohon pikirkan terlebih dahulu sebelum kau mengambil keputusan Ken !"

"Hanya dirimu satu-satunya yang bisa ku percaya !"

Perkataan Brian kembali menggema ditelinga Kennedy, membuat pria itu turut frustasi dan membekap wajahnya dibawah bantal.

Episodes
1 Kennedy Yang Harus Turut Campur Tangan Karena Tragedi Kecelakaan Sang Kakak
2 Lekuk Tubuh Indah Sang Kakak Ipar
3 Klaustrophobia Yang Menghantui Joanna
4 Kehangatan Yang Tak Terlupakan
5 Tautan Panas Di Atas Ranjang Rumah Sakit
6 Cinta Yang Tak Semestinya
7 Rayuan Sang Sekretaris
8 Kuah Panas Sup Wortel Ayam
9 Isak Tangis Yang Berakhir Di Sofa
10 Event Fotografi Kennedy
11 Luka Tikam Yang Begitu Tajam Menyiksa
12 Air Mata Joanna, Luka Bagi Kennedy
13 Rencana Camping Sang Ibu Mertua
14 Permainan Dengan Penutup Mata
15 Senja Indah Dengan Tanda Kepemilikan
16 Menu Makanan Bagi Si Wanita Pemilih, Joanna
17 Kecurigaan Orang Tua Joanna
18 Luapan Emosi Kennedy
19 Luka Itu Memudarkan Segala Rasa
20 Runtuhnya Rumah Tangga Joanna
21 Lebih Dari Sekedar Hancur
22 Langkah Berat Sang Wanita Malang
23 Tangisan Sang Ibu Yang Kehilangan Putrinya
24 Ketika Semua Telah Bersemi
25 Bulir Padi Yang Membahagiakan
26 Wanita Sang Pemuas Hasrat.
27 Wanita Sadis Penghimpun Luka
28 Manisnya Buah Mangga Bak Penawar Luka Bagi Joanna
29 Gadis Masa Lalu Kennedy
30 Selai Strawberry, Kebahagiaan Sederhana Bagi Joanna
31 Direct Message Sosial Media Milik Joanna
32 Retakan Lubang Pada Kolam Ikan
33 Pameran Pasar Malam
34 Miniatur Mobil Merah
35 Seorang Kawan Berambut Pirang
36 Janin Yang Tak Di Harapkan
37 Pencarian Media Tanam Di Pasar Tradisional
38 Wanita Kurus Itu Joanna
39 Benarkah Ini Kennedy ?.
40 Perbincangan Sean Bersama Kennedy
41 Kesalahpahaman Joanna
42 Hamparan Ladang Gandum
43 Malam Gelap Gulita
44 Sikap Dewasa Kennedy.
45 Ketakutan Yang Telah Sirna.
Episodes

Updated 45 Episodes

1
Kennedy Yang Harus Turut Campur Tangan Karena Tragedi Kecelakaan Sang Kakak
2
Lekuk Tubuh Indah Sang Kakak Ipar
3
Klaustrophobia Yang Menghantui Joanna
4
Kehangatan Yang Tak Terlupakan
5
Tautan Panas Di Atas Ranjang Rumah Sakit
6
Cinta Yang Tak Semestinya
7
Rayuan Sang Sekretaris
8
Kuah Panas Sup Wortel Ayam
9
Isak Tangis Yang Berakhir Di Sofa
10
Event Fotografi Kennedy
11
Luka Tikam Yang Begitu Tajam Menyiksa
12
Air Mata Joanna, Luka Bagi Kennedy
13
Rencana Camping Sang Ibu Mertua
14
Permainan Dengan Penutup Mata
15
Senja Indah Dengan Tanda Kepemilikan
16
Menu Makanan Bagi Si Wanita Pemilih, Joanna
17
Kecurigaan Orang Tua Joanna
18
Luapan Emosi Kennedy
19
Luka Itu Memudarkan Segala Rasa
20
Runtuhnya Rumah Tangga Joanna
21
Lebih Dari Sekedar Hancur
22
Langkah Berat Sang Wanita Malang
23
Tangisan Sang Ibu Yang Kehilangan Putrinya
24
Ketika Semua Telah Bersemi
25
Bulir Padi Yang Membahagiakan
26
Wanita Sang Pemuas Hasrat.
27
Wanita Sadis Penghimpun Luka
28
Manisnya Buah Mangga Bak Penawar Luka Bagi Joanna
29
Gadis Masa Lalu Kennedy
30
Selai Strawberry, Kebahagiaan Sederhana Bagi Joanna
31
Direct Message Sosial Media Milik Joanna
32
Retakan Lubang Pada Kolam Ikan
33
Pameran Pasar Malam
34
Miniatur Mobil Merah
35
Seorang Kawan Berambut Pirang
36
Janin Yang Tak Di Harapkan
37
Pencarian Media Tanam Di Pasar Tradisional
38
Wanita Kurus Itu Joanna
39
Benarkah Ini Kennedy ?.
40
Perbincangan Sean Bersama Kennedy
41
Kesalahpahaman Joanna
42
Hamparan Ladang Gandum
43
Malam Gelap Gulita
44
Sikap Dewasa Kennedy.
45
Ketakutan Yang Telah Sirna.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!