"Kita langsung kembali ke rumah saja Ken," Joanna menginstruksikan adik iparnya untuk membawa suaminya menuju rumah.
"Bagaimana dengan Ayah dan Ibu ?"
"Kita sudah berjanji akan mampir kan sayang ?"
"Aku tak ingin mereka mengkhawatirkan ku," Brian berucap lemah sembari menyenderkan kepalanya pada bahu istrinya.
"Aku akan menghubungi Ayah nanti,"
"Aku hanya ingin kau lekas istirahat sayang !" Joanna tersenyum serta membelai lembut kepala sang suami.
Kennedy hanya bisa sesekali mencuri pandang terhadap paras cantik Joanna yang tak lain adalah istri dari kakaknya.
Kelembutan serta keikhlasan Joanna dalam merawat dan melayani Brian kakak nya membuat hati pria itu bergetar setiap kali menatap Joanna.
Brian yang baru saja mengalami kecelakaan mobil benar-benar membuat Joanna membuktikan cinta kasih dan ketulusannya.
Hal itu membuat Brian semakin terpikat dan terpesona pada Joanna untuk yang kedua kalinya.
Brian juga menjadi semakin manja, berkali-kali pria itu tersenyum dan mengusap lembut pipi Joanna.
Melihat kemesraan Brian dan Joanna dalam mobil membuat Kennedy tak fokus dalam menyetir dan dengan sengaja menginjak rem mobilnya secara mendadak.
"Ada apa Ken ?"
"Apa semua baik-baik saja ?" Brian terkejut, kepala nya juga sempat terantuk pada kursi depan nya.
"Maaf, ada kucing yang mendadak menyeberang !" pria itu berucap datar dengan tatapan yang tajam kearah depan.
"Kau tak apa-apa kan Ken ?"
"Apa Kau butuh minum ?" Joanna berucap seraya membuka tutup botol air mineral dan menyerahkannya pada Kennedy.
"Terimakasih,"
"Ada apa dengan diriku ?"
"Apa aku cemburu ?" Kennedy hanya mampu berucap dalam hati dengan mata yang menatap spion kaca diatasnya.
Tatapan Kennedy tak lepas dari tangan Brian yang terus membelenggu pada lengan Joanna.
"Sayang, Aku ingin tidur bersama mu malam ini !" Brian berucap dengan setengah berbisik pada istrinya.
"Sabar lah Tuan Brian, kita masih dijalan sekarang !" Joanna kembali menanggapi ungkapan manja sang suami dengan berbisik seraya mencubit perlahan lengan suaminya.
Entah kenapa kemesraan suami istri itu begitu membuat Kennedy panas, pria itu kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah kakaknya.
"Ken tinggal lah disini beberapa hari bersamaku," Brian menepuk pelan bahu Kennedy sebelum akhirnya turun dari mobil dan memasuki rumah bersama Joanna.
Kennedy masih terdiam dan belum juga beranjak dari mobilnya, hingga kedua pasangan suami istri itu menghilang memasuki rumah mereka.
"Ada apa dengan diriku ?" Kennedy mengacak rambutnya dan akhirnya turun keluar dari mobil silver miliknya.
"Menginap lah Ken, ini sudah terlalu malam untuk berkendara !" Joanna menghampiri Kennedy yang tengah meneguk air putih dan terduduk di meja makan.
Kennedy tak menjawab dan hanya memperhatikan Joanna.
"Akan ku siapkan makan malam untukmu."
"Kau bahkan belum terlihat memakan apapun sejak dari rumah sakit," wanita itu melangkah menuju lemari pendingin dan nampak mengacak bahan makanan didalamnya.
"Ternyata Dia juga begitu perhatian padaku," Kennedy berucap dalam hati dengan sekilas senyum dibibir nya.
Pria itu hanya terduduk seraya menatap gerak-gerik Joanna yang tengah sibuk menyiapkan makanan untuk dirinya.
Tak lebih dari 10 menit Joanna kembali menghampiri nya.
"Makanlah dulu," Joanna membawa semangkuk mie rebus panas dengan toping telur dan juga sayur.
"Panggil saja diriku jika kau membutuhkan sesuatu Ken !" wanita itu beranjak pergi dan berlalu menuju kamar suaminya seraya mengusap lembut kepala adik iparnya.
Lagi dan lagi Kennedy membeku menerima usapan lembut sang kakak ipar pada kepalanya.
Lelaki itu kembali tersenyum sesaat setelah menikmati satu sendok kuah mie rebus buatan Joanna.
"Kau belum tidur sayang ?" Joanna menutup pintu kamarnya dan berlalu untuk mengganti pakaian.
"Bagaimana aku bisa tidur tanpa usapan lembut dari istri tercinta ku ?" Brian berucap manja dengan tangan yang menepuk pelan sisi tempat tidur disebelahnya seolah mengisyaratkan supaya Joanna lekas berbaring disampingnya.
"Kau itu kenapa selalu seperti anak kecil ?" Joanna tersenyum menanggapi tingkah Brian dan segera membaringkan diri serta memeluk hangat sang suami.
"Aku hanya bisa seperti anak kecil ketika bersamamu wahai istriku !" Brian tampak mengecup seluruh bagian wajah Joanna dengan penuh kasih sayang.
"Astaga, !!"
"Diriku melupakan sesuatu," Joanna yang hendak terlelap mendadak terperanjat seketika saat mengingat ia belum menyiapkan kamar untuk Kennedy, buaian lembut dari Brian membuat ia dipenuhi rasa kantuk serta lupa bahwa Kennedy menginap dirumah mereka.
"Ada apa sayang ?" Brian yang telah setengah tidur pun turut terkejut dibuat nya.
"Lanjutkan tidurmu sayang,"
"Aku melupakan sesuatu !" Joanna beranjak dan menyingkirkan tangan suaminya dengan perlahan.
"Aaaaaaggghhhh, kenapa kau harus meninggalkan ku ?" pria itu tetap menampilkan dramanya meskipun dalam kondisi setengah tidur.
"Ken ?" Joanna mencoba mengguncang perlahan tubuh Kennedy yang tertidur di sofa.
"Pindah lah ke kamar," suara lembut Joanna perlahan membuat pria itu membuka mata.
Kennedy tampak meneguk saliva nya saat melihat sang kakak ipar mengenakan pakaian yang begitu memperlihatkan lekuk tubuhnya.
"Kau tak apa-apa ?" Joanna melambaikan tangan mencoba untuk menyadarkan Kennedy.
"Ia, aku tak apa-apa Nona !" pria itu akhirnya duduk dan mencoba untuk mengumpulkan kesadaran nya.
"Aku sudah merapikan kamar tamu, tidurlah dikamar itu,"
"Maaf karena aku telat menyiapkan nya !" Joanna tampak bersalah karena merasa telah menelantarkan adik iparnya.
Pagi itu Joanna tampak pucat, Brian yang sedikit mengeluhkan rasa sakit pada *********** malam itu membuat ia tak bisa kembali tertidur pulas.
"Kau sudah bangun Ken ?" wanita itu terkejut saat melihat Kennedy melakukan stretching dengan hanya mengenakan celana boxer hitamnya.
"Iya Nona,"
"Bagaimana keadaan Kakak ?" pria itu mendekati Joanna dan menuang air putih disampingnya.
"Kakakmu baru saja meminum obatnya."
"Segeralah bersihkan dirimu !"
"Ayah dan Ibu mungkin akan datang kemari hari ini ," Joanna tampak mengikat rambut lurus nya dan bergegas menyiapkan sarapan.
"Nona, Kau benar-benar bisa membuat ku gila !" mata Kennedy lagi-lagi tak ingin beralih pandangan dari paras cantik kakak iparnya.
Kennedy akhirnya beranjak untuk membersihkan diri karena keringat yang telah membasahi serta membuat lengket seluruh tubuhnya.
"Sayang, Aku bosan di kamar !" Brian muncul tiba-tiba dan berjalan perlahan mendekati Joanna.
Joanna tersenyum menoleh serta menatap suaminya.
"Kau ini sedang sakit, apa Kau tetap ingin bekerja ?"
"Bolehkah ?" Brian memeluk tubuh Joanna serta mencium tengkuk leher istrinya.
"Sayang, ada adikmu disini !" Joanna berbisik perlahan pada sang suami.
"Bagaimana jika ia melihat kita seperti ini ?"
"Aku hanya merindukan mu sayang,"
"Tak boleh kah untuk sesaat kita seperti ini ?" Brian kembali berucap manja dan tak ingin melepaskan pelukannya terhadap Joanna.
"Kita tunggu hingga Kennedy kembali ke rumah," Joanna berbalik badan dan mencium lembut pipi suaminya.
Kedua orang tua Brian dan Kennedy kembali berkunjung hari itu, mereka tampak mencemaskan keadaan putra pertama mereka.
"Jadi bagaimana keadaan mu sekarang Nak ?" raut wajah Ayah Brian tampak begitu khawatir.
"Sudah jauh lebih baik Ayah,"
"Tapi untuk hasil tes fisik secara keseluruhan kami masih harus menunggu hasilnya ," Brian tampak menjelaskan kondisinya pada sang Ayah.
"Anak Ayah dan Ibu satu itu memang susah untuk ditangani !"
"Dia meminta untuk pulang lebih cepat dari jadwal yang seharusnya ditentukan oleh dokter," Joanna turut membuka suara ditengah percakapan antara suami dan ayah mertuanya.
"Sayang tolonglah !"
"Jangan membuat ku malu dihadapan Ayah dan juga Ibu," pria itu tersenyum dengan mata yang selalu tertuju pada istrinya.
"Silahkan diminum dulu teh nya Ayah, Ibu !" Joanna kini terduduk di samping sang Ibu mertua.
"Kenapa Kau selalu merepotkan diri seperti ini Nak ?" Ibu Brian tersenyum seraya mengelus wajah menantunya.
"Ini bukan apa-apa Bu,"
"Dibandingkan Ayah dan Ibu, pria satu itu jauh lebih merepotkan diriku !"
Kalimat yang keluar dari mulut Joanna kembali membuat Ayah dan Ibu mertua serta Brian suaminya tertawa mendengar pernyataannya.
"Joanna, Dimana Ken ?"
"Apa dia belum bangun Nak ?"
"Sebentar Ibu,"
"Saya akan memanggil nya," Joanna beranjak dan menuju kamar tamu rumahnya.
Joanna akhirnya masuk begitu saja karena ia tak mendapati jawaban dari Kennedy setelah beberapa kali mengetuk pintu.
"Ken ?" kalimat Joanna tertahan melihat Kennedy yang keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk yang terlilit pada pinggangnya.
"Maaf."
"Segeralah ke ruang tamu, Ayah dan Ibu menanyakan mu !"
Tanpa menunggu jawaban Joanna pergi berlalu begitu saja dari kamar Kennedy.
"Kenapa dia manis sekali ?" pria itu berucap dalam hati dengan senyum yang telah terukir di bibir.
Kennedy akhirnya muncul serta duduk diantara Ayah dan Ibunya.
"Ayah, Ibu."
"Kenapa tidak menghubungi, Aku bisa menjemput Ayah dan juga Ibu," Kennedy menyapa ramah serta hangat kedua orangtuanya.
"Tidak Ken,"
"Kamu pasti juga lelah kan Nak turut kesana-kemari menjaga Brian kakakmu ?" sang Ibu menanggapi kalimat putranya dengan begitu lembut.
"Nona Joanna yang lebih banyak menguras tenaga untuk suaminya Bu,"
"Saya hanya berjaga saja," Kennedy kembali tersenyum serta melirik kakak iparnya.
"Untuk sementara tinggal lah dulu disini bersama mereka Nak !"
"Kau tahu kan Kakak ipar mu tak bisa menyetir ?"
Kennedy kembali terdiam dan menatap kedua kakaknya.
"Ibu benar Ken, tinggal lah disini untuk sementara waktu !"
"Aku juga sangat membutuhkan bantuan mu," Brian turut menimpali perkataan ibu mereka.
Entah mengapa Joanna menjadi merasa tidak nyaman dengan tatapan Kennedy.
Ia ingin menentang keputusan ibu mertua juga suaminya, tapi ia juga tak tega kalau harus melihat suaminya menyetir sendiri dalam kondisi yang sekarang ini.
"Berhati-hatilah dalam berkendara Ayah !" Brian, Joanna serta Kennedy melambaikan tangan mengiringi kepergian mobil orang tuanya.
Joanna kembali memasuki rumah disusul oleh Brian suaminya yang langsung memeluk tubuhnya.
"Aku mencintaimu sayang !" Brian berbicara tepat ditelinga istrinya.
"Kau harus beristirahat sekarang,"
"Akan ku siapkan obat terlebih dahulu."
Joanna kembali melepaskan pelukan Brian sang suami.
Wanita itu dengan telaten melayani segala keperluan malam Brian.
Lagi, Kennedy membuang nafas kasar melihat tingkah kakaknya.
Raut wajah kesal terlihat begitu jelas diwajahnya.
"Ayolah Ken, jangan menjadi adik yang durhaka !"
"Ingat Joanna itu istrinya, wajar jika Brian terlihat begitu manja padanya !!" hati kecil Kennedy tampak nya selalu mengingatkan ia akan posisinya.
Hari-hari terasa begitu membosankan bagi Kennedy, ia ingin segera kembali ke apartemennya namun hari itu ia kembali mengurungkan niatnya karena harus menemani Brian untuk kontrol ke rumah sakit.
"Maaf sayang, aku tak bisa menemani mu," Joanna berucap lemah sembari memegangi perutnya.
"Tak apa sayang ada Kennedy bersamaku."
"Jangan lupa meminum obat !" Brian membelai surai Joanna serta menatap iba pada sang istri yang selalu merasa kesakitan setiap datang bulan.
Joanna mengangguk serta tersenyum meskipun kram di perutnya kian menyiksa.
"My lovely tummy, please be kind to my wife !" Brian menunduk, pria itu mencium serta membelai lembut perut Joanna.
"Sayang kau harus berangkat sekarang," Joanna terkekeh, wanita itu terlihat gemas serta mencubit perlahan pipi suaminya.
"Aku mencintaimu," Brian akhirnya beranjak setelah mencium kening istrinya.
Kennedy yang ingin mengingatkan Brian untuk segera berangkat ke rumah sakit tanpa sengaja kembali menyaksikan kemesraan keduanya, pria itu berbalik badan seketika dan memutuskan untuk menunggu Brian di mobil.
"Aku akan menunggu disini saja Kak !" Kennedy mendudukkan dirinya pada kursi ruang tunggu depan ruang periksa salah satu dokter di rumah sakit.
"Kakak tak apa kan jika masuk sendirian ?"
"Baiklah ... !" tanpa basa-basi Brian meninggalkan Kennedy untuk memeriksa kembali kesehatan tubuhnya.
Lima belas menit berlalu, Brian akhirnya muncul dan menepuk ringan bahu Kennedy yang tengah memejamkan matanya.
"Kita ke apotek dulu Kim !"
"Aku butuh membeli vitamin untuk Joanna," Brian berucap pada Kennedy dengan tatapan kosong keluar jendela mobilnya.
Sepanjang perjalanan Brian hanya terdiam sesekali ia membuka secarik kertas hasil dari pemeriksaan dokter tentang kondisi tubuhnya.
"Kakak baik-baik saja ?" Kennedy akhirnya melontarkan pertanyaan pada sang Kakak yang terlihat gelisah.
"Iya, tentu ..." Brian berucap dengan terbata-bata dan terlihat memaksakan senyum di wajahnya.
"Apa yang harus ku katakan pada Joanna ?" Brian bertanya dalam hatinya, ia mulai risau saat mengingat istrinya.
Joanna terlihat begitu sibuk menyiapkan makan siang ketika suaminya berjalan memasuki rumah.
"Sayang, kenapa kau tidak beristirahat saja ?" Brian berjalan perlahan dan kembali mengejutkan sang istri dengan seketika dengan memeluk tubuhnya.
"Oooh, Kau sudah kembali ?" kepala Joanna seketika miring ke kiri karena Brian dengan sengaja menyenderkan kepalanya pada tengkuk leher bagian kanan Joanna.
"Aku merindukanmu."
"Itulah sebabnya aku segera kembali," Brian kian mengeratkan pelukannya diiringi ciuman lembut pada pipi istrinya.
"Bagaimana dengan hasil pemeriksaan nya ?"
"Semua baik-baik saja ?" Joanna berucap seraya membalikkan badan untuk menatap wajah suaminya.
"Mmmmmpph," bukan jawaban Brian justru ******* bibir Joanna tanpa memperhatikan keadaan.
"Sayang hentikan," wanita itu berucap manja dengan bibir yang telah basah karena Brian telah mengulum nya.
Joanna akhirnya mendorong pelan tubuh suaminya dengan tersenyum serta menatap manik mata Brian.
"Kau ini nakal !" Joanna kembali mencubit lengan suaminya.
"Bagaimana jika Kennedy melihat kita ?" ia mendongak sembari melingkar kan kedua tangannya pada leher sang Suami.
"Dia pasti akan cemburu !" Brian kembali tersenyum menatap Joanna seraya merapikan rambut istrinya.
"Kenapa terasa hambar ?" pria itu berucap dalam hati dengan mimik wajah yang seketika terlihat muram.
"Sayang,"
"Apa kau baik-baik saja ?" Joanna yang menyadari perubahan raut wajah Brian seketika menjadi turut mencemaskan nya.
"Aku hanya sedang lapar !" Brian kembali membisikkan kalimat itu dengan sedikit menyesap daun telinga Joanna.
"Kau ini, kenapa selalu membuat ku takut ?" Joanna kembali memeluk erat tubuh suaminya.
Pikiran Brian melayang, pria itu tak tega jika harus memberitahukan kondisi tubuhnya saat ini pada Joanna.
Kennedy yang berjalan memasuki ruangan begitu saja membuat keduanya nampak terkejut serta canggung.
"Santai saja Kak, kalian suami istri bukan ?"
"Aku tak akan melaporkan kalian pada warga !" Kennedy berucap dengan datar meskipun kalimatnya membuat kedua kakaknya setengah tertawa.
"Aku tak bisa jika harus terus-menerus berada disini," Kennedy kembali berucap dalam hati dan menyantap hidangan pembuka di meja makan.
Malam itu Brian terbangun, pikiran nya nampak kacau memikirkan nasib kebahagiaan istrinya mengingat kondisinya yang mungkin tak mampu lagi membahagiakan Joanna.
"Kau baik-baik saja Kak ?" Kennedy menghampiri Brian yang tampak frustasi duduk seorang diri serta menyesap rokok ditangannya.
"Pikirkan kesehatan Kakak !" Kennedy merebut rokok ditangan kakak nya dan membuang nya ke segala arah.
"Entahlah Ken !" Brian menunduk seraya menghela nafas perlahan.
"Apa Kau bisa membantuku ?"pria itu kembali menengadahkan kepalanya menatap Kennedy.
Kennedy menyipitkan matanya, mendengar perkataan sang Kakak.
"Sayang maafkan aku," Brian kembali menatap wajah teduh Joanna yang tertidur lelap.
"Aku mungkin belum bisa mengungkapkan semua padamu saat ini !" Brian membuang perlahan nafasnya, ia juga tampak membelai lembut paras cantik istrinya.
"Tapi Aku janji akan memikirkan solusi untuk membahagiakan dirimu sayang !" tatapan mata Brian begitu lekat dan tak teralihkan dari Joanna.
Malam itu Kennedy turut gelisah memikirkan permintaan kakaknya.
Apa yang diinginkan Brian bukanlah hal yang biasa.
Kennedy kembali terbayang bagaimana Joanna menangis tersedu-sedu karena Brian kakaknya yang tak kunjung membuka mata saat kecelakaan itu terjadi.
"Maaf Kak, aku tak bisa membantu."
Kennedy bergumam seraya merebahkan tubuhnya di pembaringan, pria itu termenung mengingat kesedihan kakaknya.
"Aku mohon pikirkan terlebih dahulu sebelum kau mengambil keputusan Ken !"
"Hanya dirimu satu-satunya yang bisa ku percaya !"
Perkataan Brian kembali menggema ditelinga Kennedy, membuat pria itu turut frustasi dan membekap wajahnya dibawah bantal.
Pagi itu Kennedy tampak membereskan semua pakaian nya.
Pria itu telah dengan mantap mengambil keputusan untuk pergi dari kediaman kakaknya.
"Ken," Joanna tampak terkejut melihat Kennedy yang telah menarik kopernya.
"Aku akan kembali ke rumah Ayah dan Ibu hari ini Nona !" Kennedy tersenyum menatap Joanna.
"Kenapa mendadak Ken ?"
"Seharusnya kau memberitahu kami terlebih dahulu !" Joanna tampak kecewa karena Kennedy yang hendak meninggalkan rumahnya secara tiba-tiba.
"Kakakmu bahkan belum bangun sekarang !"
"Tak apa Nona, biarkan saja !"
"Saya tidak ingin mengganggu Kakak," Kennedy kembali menarik kopernya menuju mobilnya di garasi.
"Berhati-hatilah dalam berkendara !" Joanna melambaikan tangan dengan senyum mengiringi mobil Kennedy mulai meninggalkan rumahnya.
Sepanjang perjalanan Kennedy menatap kosong jalanan di hadapannya.
"Maafkan aku Kak !"
"Aku benar-benar tak bisa membantumu kali ini !" pria itu bergumam seorang diri didalam mobilnya.
Sesampainya di rumah, Kennedy disambut hangat oleh Ibunya.
"Kau sudah pulang Nak ?" sang Ibu menghampiri Kennedy seraya memberikan air putih untuknya.
"Bagaimana keadaan kakak mu ?" ibunya tampak begitu penasaran serta terkejut dengan kepulangan Kennedy.
Kennedy terdiam bingung, ia tak mungkin mengungkapkan tentang isi hatinya pada sang Ibu.
"Entahlah Bu,"
"Bolehkah Aku istirahat terlebih dulu ?" Kennedy tersenyum menatap ibunya.
Ibunya akhirnya keluar dari kamar, wanita paruh baya itu turut cemas melihat Kennedy yang kembali dengan keadaan lesu.
"Joanna, apa semua baik-baik saja ?" tanpa berpikir panjang akhirnya Ibu Brian menghubungi Joanna.
"Semua baik Bu,"
"Apa Kennedy sudah sampai ?" Joanna menjawab lembut perkataan sang Ibu mertua.
"Itu yang ingin Ibu tanyakan Nak !"
"Apa ada pertengkaran diantara Kennedy dengan kakaknya ?" ibu mertua Joanna kembali mencoba mengulik informasi dari menantunya.
"Tidak Bu," Joanna menjawab dengan ragu sembari menatap Brian yang tengah menyantap makanan disampingnya.
"Apa Ibu ingin berbicara dengan anak Ibu ?"
"Dia ada di samping saya sekarang," dengan ramah Joanna menawarkan.
"Tidak Nak,"
"Terimakasih sebelumnya."
"Baiklah Bu," sambungan telepon terputus, Joanna kembali memperhatikan Brian suaminya.
"Sayang, apa terjadi sesuatu ?" Joanna meletakkan ponselnya dan menggenggam tangan Brian.
"Sesuatu ?" Brian menampilkan wajah bingung nya.
"Kennedy pergi dari rumah ini tadi pagi !"
"Apa Kau berselisih paham dengannya ?" Joanna tampak menanyakan hal itu dengan hati-hati.
Brian terdiam menatap dalam manik mata istrinya dan menghela nafas dalam sebelum akhirnya berbicara.
"Kami memang memiliki sedikit kesepakatan yang belum terselesaikan !" Brian kembali membelai surai istrinya.
"Kesepakatan ??" Joanna tampak menaikkan alisnya.
"That's not a big deal !"
"Kamu jangan khawatir,"
"Semua akan baik-baik saja."
Kennedy kembali disibukkan dengan kegiatan fotografi yang ia tekuni selama ini, untuk sesaat ia melupakan permasalahan kakaknya yang turut membebani pikirannya.
"Ibu,"
"Kami datang berkunjung !" Brian tersenyum lebar memberikan kejutan pada Ayah, Ibu serta Kennedy adiknya.
"Ayah dan Ibu baru saja ingin menghubungi kalian."
Kedua orang tua Brian nampak begitu bahagia melihat kondisi anaknya yang terlihat pulih total.
"Hai Ken !" Brian tersenyum menyapa serta mendekati Kennedy.
"Kak !" Kennedy tersenyum canggung melihat kakaknya.
"Aku harus keluar kota untuk beberapa Minggu ke depan !"
"Klien ku kali ini agak sedikit sulit untuk ditaklukkan jadi aku mengalah untuk menyambangi nya."
"Jadi tolong, temani Joanna !"
"Ayah dan Ibu juga bisa ikut kita ke rumah,"
"Aku tidak akan tenang jika meninggalkan istriku sendirian."
Brian berbicara turn the points pada seluruh anggota keluarganya.
"Apa sebaiknya kita mencari supir saja sayang ?"
"Tidak Nona, biar aku saja yang menemani dan menjadi supir pribadi untuk mu !" Kennedy berucap seketika saat kakak iparnya belum selesai dengan kalimat pernyataan nya.
"Kennedy benar sayang,"
"Aku juga tidak bisa begitu saja percaya pada orang luar !" Brian tersenyum menatap Kennedy yang dengan sukarela menawarkan diri untuk menemani Joanna.
"Terimakasih Ken !"
Melihat hal itu orang tua Kennedy kembali merasa tenang, karena hubungan kedua putra kesayangan mereka memang baik-baik saja.
"Aku dan Joanna akan menginap untuk semalam disini Ibu," Brian berucap sembari menggandeng Joanna untuk menuju kamarnya.
"Besok pagi Aku akan menuju bandara bersama Joanna juga Kennedy."
"Maaf karena Ibu tidak bisa ikut mengantarkan mu Nak,"
"Rasanya Ibu sudah tidak kuat jika harus bepergian terlalu jauh !" ibu Brian memberitahu alasannya serta mengiringi langkah Brian dan Joanna menuju kamar lama sang Putra.
"Sayang, aku ingin melihat segala macam jenis sayuran Ibu dihalaman samping !"
"Boleh kah ?" seperti anak kecil yang merengek pada sang Ayah Joanna tak ingin tidur siang, matanya tak bisa terpejam setiap kali berada ditempat asing.
"Baiklah ..."
"Tapi ingat jangan bermain tanah !" Brian dengan sengaja menggoda istrinya dengan tertawa.
Joanna hanya menampilkan wajah masam nya dan berlalu pergi dari kamar Brian.
Bruuugh.
Pintu samping yang memang sempit membuat Joanna dan Kennedy saling bertubrukan.
Joanna yang hampir terjatuh akhirnya terdiam dalam pelukan Kennedy, beruntung pria itu berhasil dengan sigap menopang tubuh mungilnya.
"Maaf," Kennedy akhirnya melepaskan tangannya dari tubuh kakak iparnya.
"Aku yang seharusnya minta maaf Ken !"
"Aku terlalu buru-buru tadi," Joanna nampak tersenyum canggung.
"Apa yang Kau lakukan ?"
"Hanya mengambil beberapa gambar dari segala tanaman milik Ibu," Kennedy tersenyum melihat hasil jepretan yang baru ia lakukan.
"Waaah, ini nampaknya bagus !" Joanna turut memperhatikan hasil jepretan pada lensa milik adik iparnya.
"Benarkah ?" Kennedy tersenyum mendengar pujian dari Joanna kakak iparnya.
Brian yang melihat istri dan adiknya tampak begitu akrab sama sekali tak menaruh cemburu ataupun curiga.
Pria itu berpikir dengan kedekatan keduanya segala rencana nya justru akan segera terlaksana.
Jadwal penerbangan pada tiket pesawat Brian yang begitu pagi membuat Joanna tak bisa tidur dengan nyenyak semalaman di rumah kedua mertuanya.
"Kau terlihat acak-acakan sayang !"
"Apa masalahnya ?"
"Ini semua karena dirimu !" Joanna berucap ketus dengan mengalihkan pandangan dari suaminya.
"Maaf," Brian tersenyum sembari mencubit pipi istrinya.
"Apa kau ingin mencoba sesuatu yang baru ?" Brian berbisik nakal ditelinga Joanna.
Hal itu sontak membuat Kennedy yang duduk sendirian di kursi depan melirik sepintas pada kedua kakaknya.
"Apa maksudmu ?" Joanna melotot dan mendorong Brian saat itu juga.
"Mana mungkin aku melakukan hal gila semacam itu !" ia kembali meninggikan suaranya.
"Apa kau sering mengunjungi situs mesum selama ini ?" raut wajah wanita itu bahkan kini telah berubah masam seketika.
"Hey sayang," Brian kembali mendekap tubuh Joanna.
"Tenanglah, aku hanya bercanda !" pria itu terkekeh perlahan ditengah meletup nya emosi Joanna.
"Aku minta maaf !" Brian kembali memeluk serta mencium kening istrinya.
"Tapi jika Kau menikmatinya, aku juga akan bahagia !" Brian kembali mengucapkan hal konyol pada Joanna.
"Hentikan, aku membencimu !!" Joanna nampak memukul dada Brian.
"Aku pergi Sayang !"
"Ingat jaga kesehatan !!" Brian memeluk dan mencium kening Joanna sepintas.
"Aku akan merindukanmu !" Joanna berucap lesu seakan tak rela melepas kepergian suaminya.
"Ken,"
"Aku titipkan istriku padamu."
"Tolong jaga Joanna selama aku tidak disini," Brian menepuk pelan bahu Kennedy.
Brian segera berpamitan serta terburu-buru untuk menuju gate penerbangan pada nomor tiketnya.
Lambaian tangan Joanna serta Kennedy mengiringi langkah pria itu hingga menghilang dan tak lagi menampakkan tubuhnya.
"Apa Nona baik-baik saja ?" Kennedy mencoba untuk memecahkan keheningan diantara dirinya dengan Joanna.
"Entahlah Ken," Joanna menoleh serta menatap Kennedy yang sedari tadi fokus menyetir untuk membawanya kembali ke rumah.
"Apa ada sesuatu yang disampaikan Kakakmu sebelumnya ?" wanita itu mencoba menggali informasi dari Kennedy.
"Maksud Nona ?" Kennedy seketika terlihat gugup serta berucap dengan terbata-bata.
"Kesepakatan ?"
"Apa ada kesepakatan diantara kalian berdua ?" Joanna nampak bingung serta terlihat menuntut jawaban dari adik iparnya.
"Itu ?"
"Aku sama sekali tidak menyetujuinya Nona ?" Kennedy pun tak sadar akan apa yang telah diucapkan nya.
"Jadi benar-benar ada kesepakatan diantara kalian ?"
"Kesepakatan tentang apa Ken ?"
"Bisakah kau memberitahu ku ?" Joanna seketika mengajukan pertanyaan dengan raut wajah yang menuntut jawaban.
Kennedy terdiam, pria itu bingung.
"Apa Kakak sudah mengatakan semuanya pada Nona ?" Kennedy berucap seorang diri dalam hati.
"Ken, jawab !" Joanna mengguncang pelan tubuh Kennedy.
"Kakak meminta ku untuk menggantikan dirinya pergi menemui kliennya Nona !" Kennedy sengaja membohongi Joanna, pria itu cemas dan tak ingin mengatakan yang sebenarnya terhadap kakak iparnya.
"Nona tahu kan, aku tidak begitu paham dalam hal mengurus perusahaan ?" Kennedy mengalihkan pandangannya dan mencoba menyembunyikan kebohongan dari matanya.
"Benarkah seperti itu ?" Joanna menghela nafas kasar, ia merasa ada yang janggal dengan kelakuan Brian akhir-akhir ini.
Kennedy akhirnya bernafas lega melihat Joanna yang percaya akan kalimatnya.
Pria itu kembali terdiam dan tak lagi berani membuka suara.
"Linda kita bertemu di lobby hotel !" Brian tampak menginstruksikan sekretaris nya untuk menemui dirinya.
"Baik Tuan, saya akan menjemput Tuan di lobby !" gadis itu tersenyum, dan dengan suara lembut ia menyapa boss nya di telepon.
Semenjak pulang dari mengantar Brian ke bandara, Joanna tak begitu banyak bicara.
Ia bahkan tak terlihat dan sengaja mengurung diri di kamarnya.
Kennedy yang melihat hal itu hanya bisa diam tak mampu berbuat apa-apa.
"Saya sudah menyiapkan kamar Tuan," Linda tersenyum sembari mengambil alih koper dari tangan Brian.
Ya, Linda merupakan sekretaris kepercayaan Brian dalam waktu kurang lebih dua tahun ini.
Paras cantik serta kinerjanya yang bagus membuat Brian mempertahankan Linda di perusahaan nya.
"Letakkan saja disitu,"
"Tinggalkan aku sekarang !" Brian berucap datar pada Linda yang baru saja memasuki ruangan hotelnya.
"Ada apa Ken ?"
"Aku baru saja tiba di hotel !" Brian yang dengan sengaja menonaktifkan ponselnya akhirnya segera menghubungi Kennedy karena begitu banyaknya panggilan yang ia terima dari adiknya.
"Nona,"
"Dia mengurung diri dikamar sejak tadi siang Kak !"
"Aku bahkan telah mengetuk pintu kamarnya untuk makan malam, tapi sama sekali tak ada jawaban !" Kennedy, pria itu terdengar sangat mengkhawatirkan kakak iparnya.
"Baiklah,"
"Biar aku yang menghubungi nya !" Brian memutuskan sambungan telepon nya begitu saja.
Brian tampak cemas saat tak mendapati jawaban dari Joanna.
Pria itu kembali menghubungi Kennedy sang adik.
"Ken,"
"Buka pintu kamar Joanna sekarang, kunci duplikat kamarnya ada di laci meja kecil disebelah kanan tepat didepan kamar !"
Kennedy yang turut panik akhirnya memutuskan panggilan seketika dan melakukan perintah sang Kakak.
"Nona, !" Kennedy yang panik serta cemas akhirnya masuk begitu saja ke kamar Joanna.
"Apa yang Kau lakukan Ken ?" Joanna menutup tubuhnya seketika dan terkejut saat mendapati Kennedy memasuki kamarnya.
"Maaf Nona !"
"Aku permisi," Kennedy seketika berbalik badan dan keluar dari kamar Joanna.
Pria itu tampak berjalan linglung menuju meja makan.
"Kenapa lekuk tubuh Nona begitu indah ?"
"Kakak benar-benar beruntung mendapatkan nya !" Kennedy berbicara seorang diri dalam hati.
"Astaga !"
"Apa yang kulakukan " pria itu tersadar dan akhirnya memukul pelan kepalanya sendiri.
"Maafkan aku sayang,"
"Aku tak bisa membawamu bersama ku kali ini !" mata Brian berkaca-kaca, pria itu tertunduk cemas mengingat Joanna.
Atensinya teralihkan saat mendapati sebuah notifikasi pesan masuk.
Raut wajahnya kembali cerah saat menyadari nama sang Istri adalah si pengirim pesan.
Sayang maaf, Aku tertidur hampir semenjak pulang dari bandara
Aku baru saja terbangun dan selesai mandi sekarang.
Jaga dirimu baik-baik,
Aku selalu merindukan mu Tuan Brian Syahputra.
Brian tersenyum dan akhirnya merebahkan tubuhnya serta memejamkan mata.
"Joanna, Aku mencintaimu !" kalimat itu selalu saja mengalun indah dalam relung hatinya.
"Kau tak makan ?" Joanna melontarkan pertanyaan pada Kennedy yang hanya terlihat diam sedari tadi.
"Aku," pria itu gemetar tak berdaya untuk menjawab pertanyaan kakak iparnya.
"Kau kenapa Ken ?" Joanna beranjak mendekati Kennedy, wanita itu bahkan menaruh telapak tangannya pada dahi Kennedy.
"Suhu tubuh mu normal !" Joanna berucap ringan.
"Nona,"
"Hentikan !" Kennedy mencoba untuk menampik perlahan tangan Joanna dari dahinya.
"Tolong jangan menyentuh ku !" pria itu sekuat tenaga menahan hawa nafsunya dengan memejamkan mata.
"Kau sakit ?" Joanna justru merasa cemas melihat nafas Kennedy yang makin tak beraturan.
"Nona,"
"Hentikan !" Kennedy menahan lengan Joanna sebelum akhirnya ia beranjak, pria itu nampak tegang dan memutuskan untuk pergi menuju kamarnya.
"Ada apa dengannya ?" Joanna bergumam dan kembali duduk untuk menyantap makan malam.
"Aaaaaaggghhhh,"
"Sial !" Kennedy berteriak serta membanting kasar pintu kamarnya.
"Jangan salahkan aku jika aku benar-benar menyukai istri mu Kak !" nafas pria itu kian memburu karena hasratnya.
"Bagaimana bisa seseorang terlihat manis serta **** dalam satu waktu seketika ?" bayangan tubuh polos Joanna kembali terpampang nyata dalam ingatan Kennedy, hal itu semakin membuat pria itu frustasi.
Rasa canggung yang menerpa hati Kennedy membuat kediaman Joanna begitu sunyi selama beberapa hari ini.
"Apa aku membuat kesalahan ?" Joanna tampak bingung karena Kennedy selalu menghindar darinya.
Kesepakatan bisnis Brian yang terlihat begitu alot bersama kliennya membuat pria itu sibuk dan tak sempat memberikan kabar pada Joanna.
"Sayang maaf, aku masih harus meeting sekarang !"
"Akan ku hubungi lagi nanti," Brian memutus panggilan Joanna secara sepihak.
"Rasanya begitu sepi," Joanna terduduk dan mengalihkan pandangan pada taman sederhana di teras rumahnya.
"Ada apa sebenarnya dengan Kennedy ?"
"Apa aku salah bicara terhadap nya ?"
"Padahal aku ingin keluar, haruskah aku naik taksi ?" Joanna asik berdialog dengan dirinya sendiri.
Tanpa ia sadari Kennedy tersenyum menatap tingkah laku kakak iparnya.
Pria itu telah sedari tadi memperhatikan Joanna dari balik kaca.
"Apa ini keterlaluan ?"
"Apa aku terlalu mendiami nya akhir-akhir ini ?" Kennedy menggeleng perlahan, ia menatap iba pada Joanna yang terlihat begitu kesepian.
"Apa yang Nona lakukan ?" Kennedy akhirnya menghampiri Joanna yang tengah sibuk berkutat dengan gunting tanaman.
"Hanya sedikit merapikan tanaman !" Joanna menoleh dan mendapati Kennedy terduduk pada kursi dibelakang nya.
"Apa Kau tak memiliki kekasih Ken ?" Joanna akhirnya kembali duduk pada kursi teras di sebelah Kennedy.
"Ibu dan Ayah bilang mereka mengkhawatirkan mu !"
"Maksud Nona ?" Kennedy kembali bergetar saat menatap manik mata Joanna.
"Kau sama sekali tak pernah membawa kekasih mu ke rumah ?" Joanna menatap Kennedy dengan menyeka keringat di dahinya.
"Apa mereka pikir aku ini gay ?" Kennedy berucap tanpa basa-basi dihadapan Joanna.
"Jangan dengarkan Ayah ataupun Ibu Nona !"
"Lagipula ..." Kennedy menghentikan kalimatnya, pria itu tertunduk dan dengan sekilas melirik kakak iparnya.
"Kenapa Ken ?" Joanna terheran seketika dengan semua hal yang baru saja Kennedy ungkapkan.
"Wanita yang kucintai sepertinya akan sulit untuk ku dapatkan !"
"Dia sudah menjadi milik orang lain Nona," Kennedy menghela nafas kasar namun matanya tak teralihkan dari paras Joanna.
"Jika memang mencintai nya, seharusnya kau tidak menyerah Ken !"
"Wanita itu akan sangat merasa berharga jika pria nya mau memperjuangkan dirinya !" Joanna menepuk perlahan bahu Kennedy sebelum akhirnya beranjak untuk membersihkan diri.
"Masalahnya, wanita itu adalah dirimu Nona !"
"Bagaimana mungkin aku memperjuangkan mu dari kakak ku sendiri ?" Kennedy tersenyum getir menatap kepergian Joanna.
"Maaf jika membuat mu lelah !" Joanna memberikan handuk serta minuman hangat pada Kennedy yang nampak basah karena hujan.
"Kenapa kau tak membiarkan nya saja Ken ?" Joanna tampak mencemaskan Kennedy yang semakin menggigil karena dingin nya air hujan.
"Tak apa Nona,"
"Aku sempat melihat Nona mencoba mendorong pot besar itu sendirian sebelumnya,"
"Jadi ku putuskan untuk memindahkan nya," pria itu tersenyum sembari menikmati teh hangat buatan kakak iparnya.
"Sempat ada ular disekitar pot itu Ken, itu membuat ku sedikit takut saat musim hujan seperti ini," Joanna berucap seraya mengambil alih handuk di pundak Kennedy.
"Brian tidak pernah ada waktu untuk melakukan hal semacam ini !" Joanna kini telah berdiri sembari mengusap perlahan dan mencoba mengeringkan rambut Kennedy, wajah Joanna kembali muram mengingat kerinduan nya pada sang Suami.
"Keringkan rambut mu dengan benar, atau kau akan demam !" pribadi Joanna yang memang tulus membantu adik iparnya membuat Kennedy semakin menggila setiap menatap Joanna.
"Nona,"
"Apa Nona akan memberikan dukungan untuk ku ?" Kennedy kembali membuka suara seraya menikmati usapan lembut tangan Joanna di kepalanya.
"Mendukung ?" gerakan tangan Joanna melambat mendengar pertanyaan Kennedy.
"Jika aku memperjuangkan wanita yang kucintai,"
"Apa Nona akan mendukung ku ?" Kennedy kembali melontarkan pertanyaannya pada Joanna.
"Tentu !"
"Aku orang pertama yang akan mendukung mu Ken !" Joanna yang turut mencemaskan ke normal'an Kennedy akibat pengaruh ibu serta Ayah mertuanya berucap dengan antusias menjawab pertanyaan Kennedy.
"Kau harus mendapatkan wanita itu, apapun yang terjadi !" Joanna yang berbisik tepat ditelinga Kennedy membuat kejantanan pria itu turn on seketika.
Gerimis yang masih turun malam itu membuat suasana kian dingin nan hening.
Joanna menatap lesu keluar jendela, wanita itu masih menanti kabar dari Brian yang tak kunjung menghubungi nya.
Hingga akhirnya semua gelap di matanya.
"Ken !" wanita itu berucap lesu, tubuhnya bergetar hingga akhirnya terduduk lemah tak berdaya.
"Nona !"
"Nona dimana ?" Kennedy melangkah perlahan, mencari keberadaan kakak iparnya.
Pria itu mencoba menembus gelap menuju kamar Joanna.
"Nona," Kennedy mempercepat langkahnya menghampiri Joanna yang duduk tertelungkup memeluk kedua kakinya.
"Ken !" wanita itu nampak terisak dalam pelukan Kennedy adik iparnya.
"Nona baik-baik saja ?" Kennedy kembali dibuat bingung akan kondisi Joanna.
Joanna hanya bisa menanggapi Kennedy dengan menangis.
"Nona tenanglah, Aku disini !" Kennedy membawa Joanna kedalam pelukannya.
"Lihat aku Nona !" pria itu mendongakkan wajah Joanna untuk menatapnya.
Namun terlihat sia-sia tubuh Joanna kian gemetar diiringi oleh isak tangis nya yang tak kunjung reda.
"Klaustrophobia ?" Kennedy menanyakan hal itu dalam hatinya.
"Apa Nona mengalami hal itu ?" ia mencoba untuk tetap tenang ditengah rasa paniknya.
"Nona lihat aku !"
"Kau akan baik-baik saja."
"Lihatlah aku disini, lampunya pasti akan segera menyala."
"Percayalah padaku !" Kennedy kembali mencoba meyakinkan kakak iparnya.
Kennedy semakin dilanda kepanikan saat mendapati Joanna yang mulai terlihat kesulitan untuk bernafas.
Hingga akhirnya,
"Mmmmmphh" isak tangis Joanna tertahan, karena Kennedy mencium lembut bibirnya.
"Hentikan," Joanna mencoba menghindari bibir Kennedy tapi tubuh lemah nya tak mampu menghentikan tindakan adik iparnya.
"Ken,"
Tak menghiraukan segala ucapan Joanna, Kennedy justru membimbing kakak iparnya untuk mengikuti permainan lidahnya dan tak memberi kesempatan Joanna untuk berbicara.
Ia tak ingin kakak iparnya kembali sadar dan mengingat traumanya.
Kecupan yang semula lembut itu kian berkembang.
Kedua insan manusia yang sama-sama merindukan kasih sayang itu akhirnya terhanyut dalam permainan lidah mereka yang saling menuntut balas.
"Nona," nafas Kennedy semakin memburu, permainan lidah yang semakin panas itu tanpa sadar berhasil melucuti busana masing-masing.
"Tidak Ken," Joanna mendorong perlahan tubuh Kennedy yang telah berada di atas ranjangnya, wanita itu mencoba untuk menyadarkan dirinya.
Untuk sesaat Kennedy terdiam menatap sang Kakak ipar yang telah berada dalam kungkungan nya, namun hasratnya kembali bergejolak hingga akhirnya pria itu kembali menghujani Joanna dengan kecupan hangat di setiap lekuk tubuh kakak iparnya.
Brian yang telah lama tak menyentuh nya membuat Joanna akhirnya pasrah dan kembali melingkarkan tangannya di leher Kennedy serta menikmati setiap kehangatan yang diberikan oleh adik iparnya.
"Ada apa dengan ku ?"
"Aku ingin menolak, tapi tidak dengan tubuhku," Joanna menitikkan air matanya sesaat setelah merengkuh nikmat bersama adik iparnya.
"Maafkan aku Nona," suara berat Kennedy semakin membuat bulu kuduk Joanna berdiri.
Pelukan hangat dari Kennedy kembali menenangkan nya dan membuat wanita itu terbuai hingga memejamkan mata.
"Lekuk tubuhmu benar-benar membuat ku candu !" Kennedy berucap dalam hati serta membelai surai rambut Joanna yang terlelap dalam pelukannya.
"Apa yang telah ku lakukan ?" Joanna memukul kepalanya sendiri saat ia mendapatkan kembali kesadarannya pagi itu.
"Nona hentikan !" isak tangis Joanna membuat mata Kennedy terbuka, pria itu dengan sigap menahan tangan Joanna.
"Maaf ini semua salahku," Kennedy memaksa Joanna untuk diam dalam dekapannya.
Kennedy yang awalnya hanya ingin membuat rileks Joanna akhirnya kalah dengan hawa nafsunya dan berujung melakukan hubungan terlarang tersebut bersama Joanna sang kakak ipar.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!