"Turun disini sekarang !" wajah datar Brian kembali menginstruksikan pada Linda untuk menghentikan mobilnya.
"Apa, apa maksudmu Tuan ?" wanita tampak bingung dengan ucapan boss nya.
"Aku ingin kau turun disini, apa itu kurang jelas ?" perkataan Brian terdengar begitu ketus terhadap Linda sekretaris nya.
"Tapi bukankah ..., ?"
"Aku ingin sendiri !" Brian kembali termenung setiap kali melihat barang-barang sepele milik Joanna yang berada di dalam mobil mereka.
Kesal dengan perlakuan Brian, Linda justru dengan berani kembali memaksa Brian untuk menyentuh nya.
"Saya tidak peduli meskipun Tuan hanya menjadikan saya wanita simpanan !"
"Saya terlanjur menyukai mu Tuan !" wanita itu menghentikan mobil Brian dan mencumbu boss nya di dalam mobil.
"Sudahlah Linda, tak kan ada gunanya !"
"Istri ku benar-benar telah menikmati kehidupan nya bersama pria lain," kegundahan hati Brian akhirnya terucap begitu saja pada Linda sekretaris nya.
"Maka dari itu, Tuan juga harus kembali mendapatkan kebahagiaan Tuan bersama saya !" Linda kembali mengalungkan tangannya pada leher Brian dan menarik pria itu untuk kembali ******* bibirnya.
"Anggap saja ini terapi untuk penyembuhan kejantanan milik Tuan !" wanita itu dengan tak tahu malu membelai organ vital milik boss nya.
"Kau yakin ini akan berhasil ?" Brian mulai terpancing dan menahan tubuh Linda sekretaris nya yang telah berada di atas tubuhnya.
"Kita hanya harus terus mencoba Tuan,"
"Tidak ada yang tak mungkin jika kita terus berusaha !"
Linda wanita itu semakin nampak liar dengan baju kemeja dan kancingnya yang telah terbuka.
Brian hanya mendongakkan kepalanya mencoba untuk meresapi setiap belaian nakal dari tangan Linda.
Konsentrasi keduanya buyar seketika saat mendapati ponsel Brian berdering atas nama Joanna.
"Ada apa ?" Brian berucap datar.
"Kenapa Tuan masih saja meladeni nya ?" Linda berdecak kesal dalam hati sembari menatap wajah Brian.
"Tapi inilah kesempatan emas bagiku !" Linda nampak kembali tersenyum dengan licik.
Wanita itu kembali mencumbui Brian yang sedang berbicara pada istrinya sendiri.
"Mmmmmphh," kalimat Brian terhenti seketika saat Linda membekap mulut Brian dengan bibirnya.
"Jadi bagaimana Bri ?" Joanna yang masih belum menyadari hal itu tetap meminta persetujuan dari Brian atas pembicaraan mereka.
"Aaaaaghhh, Linda hentikan dulu Sayang !" kalimat pernyataan Brian itu sukses terdengar hingga ke telinga Joanna.
"Lakukan sesuka mu !"
"Aku sibuk sekarang !" Brian kembali menampilkan drama kemesraan nya bersama sang sekretaris sebelum akhirnya mengakhiri panggilan dari Joanna.
Kata-kata Brian kembali membuat jantung Joanna seakan terhenti.
Wanita itu terdiam membisu dan tampak memahami apa yang telah dilakukan antara sekretaris dan Brian sang suami.
"Bagaimana Nona ?" Kennedy bertanya dengan antusias.
"Apa dia mengizinkan, lagipula Ayah dan Ibu yang merencanakan ini semua !"
"Nona ?" Kennedy melambaikan tangannya di hadapan wajah Joanna.
"Ada apa Nona ?"
"Tidak ada apa-apa Ken,"
"Iya dia mengizinkan kita camping bersama Ayah dan juga Ibu," Joanna berucap dengan gugup dan tampak menampilkan senyum palsunya.
"Aku akan menyiapkan barang keperluan ku sekarang !" wanita itu segera beranjak meninggalkan Kennedy dengan menahan air matanya.
"Ada apa dengan Nona ?"
"Apa dia sungguh baik-baik saja ?" Kennedy menatap bingung pada langkah kaki Joanna yang semakin menjauh darinya.
Joanna seketika mengunci pintu kamarnya, ia melangkah perlahan hingga akhirnya merebahkan tubuhnya di atas ranjang.
"Aku pikir dengan membiarkan dan tak mengusikmu beberapa hari akan membuat mu kembali padaku Bri,"
"Tapi nyatanya pemikiran ku itu salah," Joanna tersenyum getir.
"Kau sama sekali tak pernah menyentuh ku semenjak kejadian kecelakaan itu,"
"Tapi kau lebih memilih wanita lain untuk memuaskan hasrat mu !"
"Apa diriku ini hanya kau jadikan pajangan di rumah ini ?" Joanna kembali sibuk mengusap air matanya seorang diri.
Wanita itu menangis tanpa suara didalam kamarnya.
"Nona," ketukan pintu dari tangan Kennedy tak juga membuat wanita itu beranjak untuk membukakan pintu kamarnya.
"Apa yang terjadi dengannya ?"
"Tidak biasanya Nona mengunci pintu kamar seperti ini," pria itu nampak bingung dan berbicara pada dirinya sendiri.
"Kunci duplikat ?" Kennedy mengingat perkataan Brian tentang duplikat kunci kamar Joanna.
Pria itu akhirnya berhasil membuka pintu kamar Joanna.
Ia melangkah perlahan saat mendapati Joanna yang kembali menangis dan meringkuk seorang diri dengan memeluk bantal membelakangi tubuhnya.
"Apalagi yang telah dilakukan Brian pada Nona ?" Kennedy kembali menghela nafasnya dengan kesal.
Pria itu akhirnya mendekati Joanna di samping tempat tidurnya.
Ia duduk dan memperhatikan wajah Joanna yang menangis sembari menutup mata.
Dengan perlahan Kennedy mengusap lembut surai Joanna.
Ia hanya diam dan membiarkan Joanna menumpahkan segala rasa kecewa yang mungkin telah meledak dari dalam hatinya.
"Tak apa Nona, menangis lah jika itu bisa membuat mu hatimu lega !" Kennedy bergumam dengan tetap membelai lembut surai Joanna.
Mendengar hal itu Joanna menggenggam erat tangan Kennedy, wanita itu seolah mengisyaratkan supaya Kennedy tetap berada di sampingnya.
Isak tangis Joanna yang tak kunjung berhenti membuat hati Kennedy kembali panas.
Pria itu menarik kasar tubuh Joanna hingga terduduk dan menatap dirinya.
"Apa yang telah ia lakukan pada Nona ?" Kennedy berbicara dengan tegas dihadapan Joanna.
"Katakan lah Nona !"
"Kau tau kan aku sangat benci melihat air mata mu !" raut wajah Kennedy benar-benar berubah saat ini.
"Jangan diam saja Nona," tangan pria itu telah mengepal dengan sempurna.
"Ken ...,"
"Jangan lakukan apapun," Joanna yang memperhatikan emosi pada diri Kennedy akhirnya memeluk pria itu.
"Dia saudara mu, dan dia juga suamiku !" Joanna mencoba untuk menghentikan Isak tangisnya.
Wanita itu kini telah paham betul dengan sifat Kennedy.
"Suami macam apa yang meminta pria lain untuk meniduri istrinya ?" Kennedy bergumam perlahan menahan amarahnya.
"Apa maksudmu Ken ?" Joanna nampak tak begitu menangkap pernyataan yang keluar dari mulut adik iparnya.
Tak ingin melihat Kennedy semakin marah, Joanna akhirnya menempelkan bibirnya pada bibir Kennedy.
Wanita itu memejamkan matanya, seolah meminta Kennedy untuk melakukan kebiasaan nya.
"Mmmmmphh," pria itu akhirnya membalas aktivitas Joanna pada bibirnya.
Kennedy kembali menyusuri tengkuk leher kakak iparnya dan mendorong Joanna hingga berbaring terlentang di atas ranjang.
Pergulatan panas itu kembali terjadi.
Amarah serta nafsu keduanya kembali melebur menjadi satu.
Suara nada dering dari ponsel Kennedy membuat kedua insan yang baru saja merengkuh nikmat itu saling melepaskan pelukan.
"Iya Ibu ?" Kennedy berucap lemah lembut pada sang ibu.
"Kami telah menunggumu bersama Joanna Ken,"
"Apa kau tersesat Nak ?"
"Apa Ayahmu salah mengirimkan informasi tentang lokasi kita ?" pertanyaan dari orang tua Kennedy yang begitu beruntun membuat Kennedy serta Joanna nampak tersenyum.
"Maaf Ibu, saya memang agak sedikit tersesat saat ini."
Kennedy berucap seraya melirik pada area sensitif milik kakak iparnya.
"Ken !!" Joanna berbisik dan mencubit lengan Kennedy.
"Baiklah Ibu, saya mungkin akan tiba dalam 30 menit !"
"Nona sedikit mengalami kram perut saat ini !"
"Saya tutup dulu Ibu,"
"Baiklah Nak, berhati-hatilah dalam berkendara !"
Kennedy seketika tertawa saat sang Ibu mengakhiri panggilannya.
"Kau benar-benar pandai dalam membuat alasan Ken !" Joanna tersenyum dan melingkarkan tangannya pada lengan Kennedy.
"Dan diriku juga sangat pandai dalam hal menangani Nona Joanna !"
"Bukankah begitu Nona ?" pertanyaan Kennedy sukses membuat wanita itu tersenyum dan menyembunyikan wajahnya pada dada bidang milik Kennedy.
"Aku sungguh membenci air mata yang harus keluar dari mata indah mu ini Nona,"
"Jadi bersiaplah untuk menerima hukuman setiap kali kau mengeluarkan buliran air mata !" Kennedy tersenyum serta merapikan surai rambut Joanna.
"Kita harus segera membersihkan diri sekarang !"
"Lihatlah kedua mertuamu sudah menunggu sekarang,"
Kennedy kembali menciumi seluruh bagian wajah kakak iparnya sebelum akhirnya beranjak untuk mengajak Joanna membersihkan dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments