Joanna yang sengaja menyembunyikan permasalahan rumah tangganya dari kedua orangtuanya, membuat Ayah dan Ibu Joanna shock seketika saat kedua orang tuanya mengetahui hal yang sebenarnya dari ibu mertuanya.
Plak.
"Ayah ?" Brian tersentak, kepala pria itu menoleh dengan seketika saat sebuah tamparan keras mendarat pada pipi kanannya.
"Ayah berfikir kamu merupakan lelaki terbaik bagi Joanna Bri !" Ayah Joanna dengan seketika meninggikan suaranya pada menantunya.
"Ternyata Ayah salah !" sang Ayah mertua nampak tak peduli dengan karyawan Brian yang menaruh perhatian seketika pada kejadian yang menimpa boss nya.
"Kamu tak lebih dari seorang pecundang Brian !" Ayah Joanna mencengkeram kerah leher Brian dan kembali membuat pria itu terkapar dan akhirnya berlalu meninggalkannya.
"Tuan !"
"Tuan baik-baik saja ?" Linda nampak menghampiri dan mencoba untuk membantu boss nya berdiri.
'Pantas saja penampilan sekretaris Linda semakin berani, ternyata Tuan Brian menjadikan Linda sebagai mainan pribadinya !'
'Sungguh kasihan nasib istrinya.'
Beberapa karyawan wanita nampak berbisik dengan sengaja hingga terdengar pada telinga Brian juga Linda.
"Jangan hiraukan mereka Tuan !" Linda berucap dengan begitu santai nya dan membawa Brian menuju ruang kerja di kantornya.
Linda, wanita sungguh begitu pandai dalam memanfaatkan suasana.
Semua akal licik untuk memisahkan Brian dari Joanna semakin tertulis jelas dalam jalan pikirannya.
"Ini sungguh menjadi kesempatan yang tak ku duga sebelumnya !" wanita itu berucap dalam hati serta kembali tersenyum dengan menampilkan wajah liciknya.
"Semesta memang mendukung diriku untuk sepenuhnya menggantikan posisi Joanna sebagai Nyonya Brian Syahputra !" Linda tak berhenti hanyut dalam lamunan pikiran liciknya.
"Ken hentikan, kau membuat ku lelah !" Joanna mengusap lembut kepala Kennedy yang tak berhenti bermain pada tengkuk leher kakak iparnya.
"Tapi Nona puas bukan ?" pria itu tetap saja tak menghiraukan perkataan Joanna, ia kembali mengusap manja leher Joanna dengan kepalanya.
"Haruskah kita kembali berlibur ke villa Minggu ini Nona ?" Kennedy mengalihkan posisi tubuhnya dan merebahkan diri di pangkuan Joanna, pria itu nampaknya ingin mendapatkan perhatian Joanna karena sedari tadi wanita itu terlihat sibuk memainkan ponselnya.
Tak sempat Joanna menjawab pertanyaan Kennedy, nada dering tanda panggilan masuk membuat raut wajah Joanna nampak bertanya-tanya.
"Ibu ??" wanita itu akhirnya terdiam mendengar semua perkataan ibunya dalam percakapan telepon.
Joanna juga nampak mengakhiri panggilan dengan suara lesu.
Kennedy yang menyaksikan hal itu seketika membangunkan tubuhnya dari pangkuan sang kakak ipar.
"Nona ?"
"Apa semua baik-baik saja ?" raut wajah pria itu turut berubah cemas seketika.
"Ayah ku, sepertinya dia menghampiri Brian di kantornya Ken,"
"Ibu mertua telah menceritakan semua kejadian malam itu pada mereka."
"Apa ?" Kennedy nampak terkejut dan tak percaya.
"Ibu bilang Ayah pergi dengan keadaan emosi setelah menerima kabar dari Ibu mertua," Joanna menghela nafas sebelum akhirnya menyandarkan kepala serta memejamkan matanya.
Kennedy kembali menatap iba pada kakak iparnya.
"Diriku hanya tak ingin menjadi beban pikiran bagi Ayah dan Ibuku Ken !"
"Rasanya sudah cukup sakit melihat mereka yang selalu mencemaskan keadaan hidupku !"
"Aku bahkan tak mampu memenuhi harapan mereka untuk bisa menimang seorang cucu !" Joanna nampak berucap lemah mencurahkan isi hatinya pada Kennedy dengan tetap menutup mata.
"Nona ...,"
"Dibalik semua ketulusan dan sifat cerianya,"
"Ternyata dia memiliki begitu banyak luka serta trauma !" Kennedy berucap dalam hati dengan pandangan mata yang tak juga beralih dari Joanna.
"Aaaaaghh, sialan !" Brian memasuki ruang kerjanya dengan emosi yang tak tertahankan.
Memar pada wajahnya tak seberapa jika harus dibandingkan dengan rasa malu yang harus ia terima karena ulah Ayah Joanna dihadapan para karyawannya.
"Tuan tenanglah !" Linda mencoba menahan Brian yang tampak menendang meja kerjanya.
"Kendalikan emosi Tuan !" ia mengusap lembut dada Brian serta membuat pria itu berhadapan dengan dirinya.
"Tuan harus bisa membalas ini semua !" wanita itu kembali berbisik pada telinga Tuan nya dan mencoba untuk meracuni pikiran Brian.
"Apa maksudmu Linda ?" Brian terdiam seketika menatap tajam mata sekretaris nya.
Joanna kini masih mondar-mandir menunggu kehadiran sang Ayah, ia berharap Ayahnya mampir ke kediamannya.
"Haruskah diriku mencari nya Nona ?"
"Apa boleh Ken ?" Joanna nampak nampak ragu untuk menerima tawaran Kennedy.
"Kenapa Nona bersikap seperti ini ?"
"Apa Nona sama sekali tak menganggap ku sebagai kekasihmu ?" Kennedy justru menampilkan wajah datarnya pada Joanna kakak iparnya.
"Ken, aku hanya tidak enak hati karena harus terus merepotkan dirimu !" Joanna nampak tertunduk lesu dihadapan Kennedy.
"Sudahlah Nona, jangan pikirkan hal itu !"
"Aku akan menemukan Ayah Nona sekarang !" Kennedy akhirnya pergi dan mencoba untuk mencari keberadaan Ayah Joanna.
"Berhati-hatilah dalam berkendara !" Joanna tersenyum seraya melambaikan tangannya.
"Apa yang akan terjadi selanjutnya Tuhan ?" kecemasan yang begitu melanda dalam hati Joanna membuat wanita itu berkali-kali menghela nafas dan mencoba untuk menenangkan dirinya.
Tak berselang lama Ayah Joanna justru tiba dengan menaiki taksi hingga di depan rumahnya.
"Ayah ?" Joanna terperanjat dan segera menghampiri sang Ayah.
"Ayah darimana saja ?" ia menggandeng tangan lelaki paruh baya yang kini berjalan disampingnya.
"Ayah hanya berkeliling disekitar sini Nak !"
"Ayah bahkan menemui suamimu yang tak tau diri itu !" Ayah Joanna akhirnya menyampaikan kekecewaan dalam hatinya.
"Kenapa kau tak pernah menceritakannya pada kami Jo ?" lelaki paruh baya itu nampak menatap lembut mata sang putri.
"Ayah, setiap orang pernah melakukan kesalahan bukan ?" Joanna justru menggenggam tangan Ayahnya, ia mencoba untuk meyakinkan Ayahnya bahwa semua akan baik-baik saja.
"Aku hanya berharap Brian bisa menyadari kesalahannya," wanita itu mencoba untuk kembali memaksakan senyum di bibirnya.
"Ayah bangga padamu Jo !" sang Ayah nampak berucap dalam hati seraya membelai surai rambut putrinya.
Sang Ayah hanya terdiam, ia tahu betul putri kesayangannya merupakan wanita tegar nan dewasa yang tak gampang ceroboh dalam mengambil sebuah keputusan.
Beberapa Minggu berlalu, Joanna yang berharap hubungan nya akan membaik dengan Brian nyatanya justru sebaliknya.
"Nona Joanna ...," Linda menghampiri Joanna yang duduk di meja makan dan mengacuhkan keberadaan nya.
"Seharusnya Nona itu tahu diri !" ia menatap tajam mata Joanna yang hanya terdiam tak menanggapi kalimatnya.
"Suami Nona sudah tak mengharapkan kehadiran Nona dirumah ini !" wanita itu akhirnya berbicara dan berbisik pada telinga Joanna.
"Kenapa tidak juga pergi dari rumah ini Nona ?" Linda kembali tersenyum dan mengintimidasi sang pemilik rumah.
"Apa kau telah benar-benar berhasil merebut hatinya ?" Joanna tersenyum tenang menanggapi kalimat Linda.
"Atau ?, kau hanya dijadikan tempat pembuangan sampah nya saja Nona Arie Malinda ?"
"Apa maksudmu ?" Linda seketika terpancing emosi dengan kalimat yang keluar dari bibir Joanna.
Joanna tersenyum serta mengalihkan pandangannya, bukan menanggapi kalimat pertanyaan yang Linda lontarkan wanita itu justru memilih berlalu dan meninggalkan Linda di ruang makan sendirian.
"Ya Tuhan, semoga saja diriku bisa menjalani ini semua !" Joanna menutup dan mengunci pintu kamarnya seketika.
"Kenapa Kennedy tak juga kembali ?" ia memejamkan mata dan bertanya pada dirinya sendiri, wanita itu nampaknya sungguh merindukan kehadiran Kennedy untuk menemani dirinya.
"Ada apa Linda ?" raut wajah Linda yang merah padam karena emosi membuat Brian datang dengan bertanya-tanya dan menghampiri selingkuhan yang kini tinggal dirumahnya.
"Kapan kau akan menceraikannya sayang ?" Linda nampak berucap dengan nada tegas saat itu juga.
"Aku ...," Brian kembali terdiam, pria itu masih ragu akan keputusan yang hendak diambilnya.
"Tuan, kau sudah berjanji padaku bukan ?" wanita itu kembali melontarkan pertanyaan dan menuntut jawaban.
"Aku akan memikirkan nya nanti !"
"Lagipula siapa yang akan mengurus rumah ini, jika ia pergi ?" Brian kembali berucap santai seraya menikmati makanannya.
"Jika Tuan tidak juga melakukan tindakan, maka aku yang akan membuat wanita itu pergi dari rumah ini !" Linda kembali menghela nafasnya dan berbicara seorang diri dalam hati.
Sehari berselang, kehebohan nampaknya kembali terjadi pada seluruh anggota Brian juga Joanna.
Kedua orang tua Brian serta Joanna sepakat untuk bertemu dan membicarakan semuanya di rumah kedua orang tua Joanna.
"Kau akan berangkat dari sini bersamaku !" Brian berucap datar terhadap Joanna.
Sepanjang perjalanan Joanna hanya terdiam, wanita itu mencoba untuk menghadapi ketakutan terbesarnya.
Ia tahu betul bagaimana sikap sang Ayah ketika emosi menguasai dirinya.
Berkali-kali wanita itu memejamkan matanya.
"Maafkan aku Joanna, tapi aku tidak terima atas perlakuan Ayahmu yang telah mempermalukan diriku dengan seenaknya !" Brian, pria itu nampaknya telah tak memiliki hati nurani karena hasutan Linda sekretarisnya.
Joanna menatap lesu kediaman kedua orangtuanya, nampak mobil sang Ayah mertua juga telah terparkir di halaman depan rumahnya.
"Kamu pasti bisa melalui ini semua Joanna !"
"Pasti !" Joanna memeluk dirinya sendiri sebelum akhirnya turun dan mengikuti langkah Brian memasuki rumahnya.
Semua mata tertuju pada Joanna seketika saat ia masuk dan duduk di samping Brian.
"Tanda tangani ini Jo !" Ayah Joanna memberikan bolpoin dan secarik kertas terhadap putrinya dengan wajah datarnya.
Dengan tangan bergetar akhirnya Joanna menandatangani surat perceraiannya.
"Dan ikut Ayah sekarang !"
"Tidak Sayang !" Ibu Joanna nampak telah berkaca-kaca serta mencoba untuk menghentikan langkah suaminya.
"Diam lah !" lelaki paruh baya itu akhirnya meninggikan suara.
Semua yang hadir di rumah itu hanya terdiam tak percaya, tak terkecuali Brian yang juga nampak iba melihat Joanna yang telah sah menjadi mantan istrinya.
Sementara Joanna, ia tertunduk sesaat sebelum akhirnya beranjak dan melangkah mengikuti Ayahnya.
"Joanna, tidak Nak !" Ibunya menahan tangan Joanna seraya menggelengkan kepalanya.
"Ibu, maafkan Joanna !" wanita itu melepas perlahan genggaman tangan ibunya dan kembali melangkah menuju ruangan Ayahnya.
Joanna menghela nafas sejenak, ia kembali melangkah memasuki ruangan dan tak ingin lari dari kenyataan pahit yang harus ia terima.
Wanita itu sama sekali tak gentar saat melihat Ayahnya yang telah menggenggam ikat pinggang ditangan.
"Apa Ayah pernah mengajarimu untuk menjadi wanita murahan ?" suara Ayah Joanna nampak menggema di ruangan itu.
Joanna hanya menggeleng sembari menahan rasa panas pada punggungnya.
"Biasanya kau akan menangis jika memang melakukan kesalahan Joanna !" Ayahnya kembali mengayunkan ikat pinggang untuk mencambuk punggung putrinya.
"Apa kau masih juga tak ingin mengakuinya ?" lelaki paruh baya itu semakin tak menggunakan hati nuraninya saat mengingat video adegan panas sang putri bersama Kennedy.
Joanna hanya membekap mulutnya mencoba untuk tak mengeluarkan suara meskipun kini punggungnya telah merasakan kesakitan yang luar biasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments