Ozzy, Sang Jendral 423
Udara pagi kota Bogor pagi ini terasa menusuk sampai ke tulang, ini pula yang membuat Ozzy memutuskan untuk memakai jaket yang dia buat bersama teman-teman satu angkatannya beberapa bulan lalu untuk melindungi dirinya dari terpaan angin dingin kota Bogor selama mengendarai motor.
Ozzy, seorang remaja berusia 17 tahun dan sedang duduk di bangku kelas dua sebuah sekolah swasta di tengah kota Bogor.
Sekolahnya sudah dikenal luas oleh para siswa sekolah lain seantero Bogor dan begitu pula dengan Ozzy, dia dikenal sebagai salah satu dari empat Jendral besar yang masing-masing berasal dari satu sekolah yang terkenal sebagai biang tawuran di kota Bogor.
Banyak yang segan pada Ozzy, bukan hanya teman-teman di sekolahnya namun juga di siswa dari sekolah lain termasuk tiga jendral besar lainnya.
Ozzy di mata banyak siswi yang mengenalnya adalah laki-laki yang ramah namun dingin di waktu yang bersamaan.
Ozzy bisa saja ramah dan tak segan membantu siapa pun bahkan walau tak diminta tapi di sisi lain Ozzy juga sangat sulit diluluhkan.
Sudah banyak yang mencoba mendekati dan berusaha meluluhkan Ozzy namun semua berakhir hanya sebagai teman yang diperhatikan bukan seseorang yang Ozzy lijpahkan kasih sayang.
Pagi itu seorang adik kelas Ozzy menyambutnya di depan gerbang sekolah. Dia mengikuti Ozzy sampai akhirnya Ozzy memarkirkan motornya di tempat khusus yang selalu disiapkan oleh siswa lain.
“Kakak baru dateng ya?!“ ujar adik kelas Ozzy dengan nada yang diguat manja.
Ozzy melepaskan helm dan meletakannya di atas stang motornya dan menjawab pertanyaan itu dengan ramah, “Iya. Ini baru diparkir motornya.“
Ozzy turuh dari motornya dan berjalan menuju ke kelasnya dan adik kelasnya itu terus mengekor dengan wajar riang seakan mendapatkan sebuah hadiah besar di hari ulang tahun.
“Kelas kamu dimana?“ tanya Ozzy sambil terseyum.
“Di bawah kak,” jawabnya ikut tersenyum.
“Lho, ngapain ngikutin aku?!“
“Oh, ini kak aku mau kasih kakak ini,” jawab adik kelas Ozzy sambil menyodorkan sebuah kotak bekal berwarna pink yang sejak tadi dibawanya.
“Apa ini?“
“Bekal buat kakak. Aku buat ini tadi pagi, sandwich.“
“Saya kalau sarapab pakai lontong sayur, ngga sandwich,” balas Ozzy.
Mendengar perkataan Ozzy itu wajah adik kelasnya berubah, menunjukan sebuah rasa kecewa yang tak bisa di sembunyikan.
Ozzy kemudian mengambil kotak bekal dari tangan adik kelasnya yang masih menundukan kepalanya dan berkata, “Nanti pas pulang sekolah aja ya ambil kotaknya.“
Adik kelas Ozzy mengangkat kembali mengangkat kepalanya sambik tersenyum namun saat itu Ozzy sudah menaiki anak tangga dan berjalan berlalu meninggalkannya.
Sesampainya di lantai dua, dimana kelasnya berada Ozzy dihampiri beberapa temannya dengan wajah tegang dan panik.
“Kenapa?“ tanya Ozzy sambil terus berjalan menuju kelasnya yang beradabdi bagian pojok.
“Gawat zy,” jawab salah satu temannya yang terus mengekor gerakan Ozzy.
Ozzy masuk ke dalam kelasnya yang sudah ramai dan dia pun meletakan kotak makan yang dia bawa sejak tadi di meja salah satu teman perempuan di kelasnya.
“Apaan nih zy?“ tanya Rena, teman sekelas Ozzy.
“Biasa,” jawab Ozzy sambil berjalan menuju mejanya di bagian paling belakang kelas.
Rena memutar tubuhnya berusaha terus melihat ke arah Ozzy dan berkata, “Kali ini adik kelas apa kakak kelas?“
“Kelasnya di bawah, berarti adik kelas kan!?“ jawab Ozzy.
“Jangan-janan Nita,” sambar teman sekelas Ozzy yang lain.
“Siapa lagi si Nita?“ tanya Rena.
“Temen adik gue waktu masih SMP. Dia kepincut Ozzy dari awal ketemu.“
“Duh aduh, mana merah muda lagi warnanya. Emang dia ngga tahu Ozzy itu siapa!?“ gerutu Rena.
Rena yang sudah mendapat ijin dari Ozzy akhirnya membuka kotak bekal itu dan melahap habis isinya.
Setelah Ozzy duduk di kursinya, dia menggerakan tekunjuk kanannya memberi isyarat agar temannya mendekat.
“Apanya yang gawat?“
“Asep. Tadi pas mau berangkat sekolah dia diserang sama anak-anak YAP.“
“Satu lawan satu atau keroyokan?“ tanya Ozzy.
“Dikeroyok. Si Asep berangakat kepagian karena mau ujian komputer.“
“Sekarang dimana si Asep?“
“Di Rumah sakit. Kepalanya bocor jadi harus dijahit,” teman Ozzy merincikan semua kejadian.
Mendengar laopran dari temannya itu, Ozzy bangkit dari duduknya dengan rasa marah yang berusaha dia tahan.
“Kurang ajar!“
Ozzy berjalan keluar kelasnya dengan hawa oanas yang dapat dirasakan oleh teman-temab sekelasnya.
Langkah Ozzy pun diikuti oleh temen-teman laki-laki di kelasnya namun Ozzy menahan mereka.
“Gue cuma butuh tiga orang dari sini, sisanya biar dari kelasnya si Dewa,” uajr Ozzy.
Mendengar arahan dari Ozzy sebagian besar temannya mundur dan membiarkan Ozzy dan tiga teman lainnya berjalan melintasi koridor lantai dua gedung sekolah itu.
Ozzy mengetuk keras setiap pintu kelas dan memperkihatkan tiga jarinya sebagai isyarat lalu dari setiap kelas yang Ozzy lewati keluar tiga orang.
Mereka menuruni tangga dalam sebuah gerombolan yang berisi 19 orang dengan seragam putih abu-abu namun dengan wajah yang sangat.
Mereka berpapasan dengan seorang guru perempuan dan dengan sopan menyalami guru itu satu persatu.
“Kalian mau kemana?“
“Olah raga bu,” jawab salah satu murid.
Ibu guru itu mengerutkan dahi karena bingung namun juga tak banyak berkomentar dan membiarkan kesembilan belas orang itu berlalu keluar gerbanb sekolah.
Jarak sekolah Ozzy dan sekolah YAP yang cukup dekat membuat mereka hanya perku berjalan kaki.
Baru beberapa saat mereka berjalan, mereka bertemu denga segerombolan anak lain yang menggunakan seragam batik dari sekolah YAP.
“HAYO!“ teriak Ozzy memberi aba-aba.
Dengan satu kali aba-aba mereka langsung menyerang geromobolan itu dengan tangan kosong.
Mereka yahg diserang secara tiba-tiba tentu saja merasa kaget dan cukup kewalahan menghadapi Ozzy dan teman-temannya walau pun jumlah mereka seimbang.
Ozzy menarik satu orang dan memukul wajahnya dengan kepalan tangan kirinya agar tak terlalu menghancurkan lawannya itu.
Walau begitu ternyata lawannya pun tak ingim menyerah begitu saja. Setelah berhasil menangkis pukulan Ozzy yang sudah kesekian kalinya, kini dia yang berusaha memukul Ozzy dan berhasil.
Mendapati wajahnya yang terpukul, Ozzy pun kembali melayangkan pukulan ke wajah lawannya hingga akhirnya dia jatuh terkapar tak berdaya.
“Sampaikan ke jendral lo pesan dari gue, Ozzy. Kasih tahu sama anak buahnya kalau mau tawuran ayo tawuran, kalau mau satu lawan satu gue juga ikut tapi jangan main keroyokan kayak banci,” ujar Ozzy.
Setelah Ozzy berkata seperti itu, semua orang menghentikan perkelahian dan saling menarik diribdari medan pertempuran dadakan pagi itu.
Tak lama bek sekolah di kedua sekolah itu berbunyi, Ozzy dan teman-temannya langsung berlari menuju ke sekolah. Sementara anak-anak dari sekolah YAP sibuk mengurus teman mereka yang babak belur.
Lawan Ozzy yang tadi terkapar dikalahkan Ozzy berbisik kepada temannya yahg sedang membantunya berjalan, “Lo harus laporin ke Bimo.“
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Zhu Yun💫
sudah mampir kakak...
2023-09-05
0
Neyar
Abang suka singkong dek
2023-09-05
0
Baby_Miracles
tulisan satu kalimatnya terlalu panjang. Usahakan bagi dia atau koma. aku dah kirim iklan dan bunga ya?
2023-08-24
0