Bab 4

Pagi ini masih menggunakan kereta untuk pergi berangkat menuju ke sekolah.

Langkah Ozzy begitu mantap tanpa rasa takut atau pun khawatir dengan apa yang mungkin terjadi termasuk serangan balas dendam yang mungkin saja dilakukan oleh anak-anak dari seolah YAP karena apa yang terjadi beberapa hari lalu.

Karena hari ini Ozzy datang ke stasiun cukup pagi dan kereta belum datang maka Ozzy memutuskan untuk menelusuri peron sepanjang stasiun hingga dia bertemu dengan seseorang.

“Temennya Candra kan?!“ ujar seorang gadis dengan wajah ceria.

“Ozzy!“ sahut Ozzy karena merasa risih gadis itu tak menyebutkan namanya dengan benar.

“Oh iya Ozzy. Maaf gue lupa,” balasnya sambil memamerkan barisan giginya.

Ozzy membalas dengan senyuman ramah walau sebenarnya tak ingin berinteraksi jauh lebih lama dengan gadis itu namun Ozzy memiliki prinsip untuk tidak berbuat sesuatu yang membuat orang lain tersinggung kecuali pada musuh-musuhnya.

Tak lama kemudian kereta yang akan membawa mereka ke stasiun Bogor memasuki stasiun dan Ozzy jadikan alasan untuk memisahkan diri dari gadis itu.

“Cepeeeeeettt…. “ teriak gadis itu ketika memasuki salah satu gerbong di rangkaian kereta

Ozzy yang sedang berjalan menuju gerbong belakang sempat menoleh sejenak dan melihat gadis lain yang berlari menuju pintu dimana Star berdiri.

Namun tanpa perduli dengan keriuhan yang terjadi antara Star dan temannya yang terlihat terengah-engah naik ke atas kereta Ozzy pun naik ke gerbong bagian belakang.

Kereta berhenti di stasiun Cilebut, dan banyak anak-anak dari sekolah lain di kota Bogor pun naik. Banyaknya tak kalah dengan banyak orang yang naik dari stasiun dimana Ozzy naik tadi.

Hanya selang beberapa menit hingga akhirnya kereta kembali berjalan pelan meninggalkan stasiun Cilebut. Kemudian berlahan kecepatannya bertambah hingga maksimal menuju stasiun terakhir, stasiun Bogor.

Belum juga setengah perjalana ketika kereta tiba-tiba berhenti. Ozzy yang mengerti betul bahwa ini adalah isyarat akan tejadinya tawuran pun bersiap.

Ozzy berjalan menuju gerbong bagian depan berusaha mencari teman-temannya yang lain dan melewati Star serta temannya yang terlihat kebingungan sama seperti penumpang yang lain yang sebagian besar adalah siswa siswi sekolah di kota Bogor.

Di gerbong berikutnya Ozzy bertemu dengan Candra yang menganggukan kepala pelan sebagai isyarat bahwa dia pun sudah siap menghadapi lawan.

Kemudian di gerbong berikutnya tawuran sudah terjadi. Beberapa anak dari sekolah Ozzy dan dari sekolah lain saling pukul satu sama lain.

Saat Ozzy menlihat ke lengan seragam salah satunya Ozzy menyadari bahwa mereka berhadapan dengan sekolah 46, salah satu musuh bebuyutan sekolah Ozzy.

Salah satu anakdari sekolah 46 menyadari kehadiran Ozzy dan berteriak kepada salah satu temannya, “Ozzy!“ dan dengan cepat tiga orang mengerubuti Ozzy.

Ozzy sama sekali tidak takut walau harus dikeroyok tiga orang sekaligus, baginya selama bertarungan hanya menggunakan tangan kosong maka semua masih hal yang kecil.

Berkali-kali Ozzy hanya bisa menangkis pukulan yang datang bertubi-tubi menghujani tubuhnya namun tak sqatu pun diantaranya mengenai tujuan, hingga akhirnya,

“Ozzyyyy!“ teriak salah satu temannya dan saat Ozzy membalikkan tubuhnya menoleh ke arah datangnya suara Ozzy melihat Candra yang tengah terengah-engah dan sedetik kemudian Ozzy melihat seseorang tersungguh di bawah kakinya.

Kali ini semua terdiam, tanpa aba-aba mereka menghentikan aksi tawuran mereka. Semua mata tertuju bada tubuh yang tergeletak di atas lantai kereta lalu jeritan pun terdengar.

“Apa dia mati?“ ujar sebuah suara.

“Ada darah ngga sih?!“ sahut yang lain.

“Itu yang merah apaan, darah?“ terdengar suara dari arah lain.

Ozzy baru akan memeriksa namun beberapa temannya menarik tangan Ozzy dan membawanya kembali ke gerbong bagian belakang.

Saat sedang berjalan itu mereka melewati Star dan temannya yang sekarang terlihat ketakutan karena mendengar jeritan dari gerbong sebelah apalagi mereka melihat gerombolan sekolah 423 yang berjalan menuju mereka.

“Star, tolongin gue,” ucap Candra.

Star yang kebingungan serta ketakutan hanya bisa mematung saat melihat Candra dalam gerombolan itu.

Candra menyerahkan sebuah benda berukuran cukup besar yang salah satunya memiliki mata tajam dan benda itu cukup membuat Star dan temannya ketakutan.

Star membuka tas punggungnya, memeprsilahkan Candra memasukan benda itu tanpa berkata apa-apa. Walau Star merasa ketakutan tapi baginya menolong Candra yang merupakan tetangganya sejak dulu adalah sesuatu yang perlu.

“Gue ambil setelah kita lewat pintu pemeriksaan,” ucap Candra dan hanya dibalas anggukan kepala oleh Star.

Setelah itu, Candra dan gerombolannya melanjutkan lagi perjalanan mereka menuju gerbong paling belakang dan tak berapa lama setelah mereka meninggalkan gerbong kereta dimana Star dan temannya kereta kembali berjalan dengan kecepatan normal hingga akhirnya mereka sampai ke stasiun Bogor.

Semua yang turun dari kereta riuh menceritakan kembali apa yang terjadi selama perjalanan mereka menuju ke stasiun Bogor, sementara Star dan temannya berjalan tegang menuju pintu pemeriksaan.

Semakin dekat dengan pintu pemeriksaan mereka semakin ketakutan karena melihat satu persatu tas para penumpang dibuka dan diperiksa satu persatu oleh polisi.

“Star, gimana?! Ada polisi,” gerutu temannya.

“Kok tumben ada polisi?!“ ujar Star yang sebenarnya juga takut.

“Mereka tahu kali ya kalau tadi ada tawuran di kereta?“ balas temannya itu.

“Bisa jadi.“

Belum juga Star dan temannya melanjutkan langkah kaki, mereka melihat Candra dan gerombolannya yang di sana juga ada Ozzy berjalan menuju pintu pemeriksaan dan sama seperti yang lain tas mereka dibuka dan diperiksa satu persatu dan mereka lolos.

Candra memberi isyarat agar Star segeraa berjalan melewati pintu pemeriksaan namun tentu saja Star masih ketakutan tapi karena jam masuk sekolahnya hampir habis dengan setengah ragu Star menari tangan temannya dan memberanikan diri untuk melewati pintu pemeriksaan.

Degup jantung Star terasa sangat kencang hingga membuat tenggorokannya mendadak kering namun Star tetap berusaha menunjukan eskpresi datar.

Setiap langkah seperti semakin berat hingga akhirnya mereka berada tepat di pintu pemeriksaan.

“Karcisnya?!“ tanya petugas stasiun dan dengan gugup Star mengeluarkan kartu langganan untuk para pelajar yang menggunakan kereta untuk satu bulan.

Setelah menunjukan kartu itu Star dan temannya dipersilahkan lewat tanpa harus membuka tasnya dan tentu saja itu membuat mereka merasa lega bukan main.

Star dan temannya menambah kecepatan langkah mereka berusaha menjauh dari pintu pemeriksaan itu secepat mungkin.

Melihat apa yang dilakukan oleh Star membuat apa yang dipikirkan oleh Ozzy pagi tadi berubah total. mendadak Ozzy menaruh hati pada gadis manis nan riang itu karena dia mau membantu Candra walau tahu resiko yang akan dia tanggunng.

Tak berapa lama Candra menghampiri mereka berdua dan berkata, “Mana barang gue?“

Star membuka tasnya, mempersilahkan Candra mengambil benda itu sendiri dari dalam tas karena Star tak ingin bersentuhan dengan benda itu.

“Makasih banyak ya Star,” ujar Candra yang kemudian pergi berlalu meninggalkan Star dan bergabung dengan gerombolannya menuju ke sekolah mereka.

Terpopuler

Comments

Risalah_Hati

Risalah_Hati

jangan lupa mampir juga ya kak dinovel aq. tetap semangat

2023-09-05

0

Nilaaa🍒

Nilaaa🍒

Bisa-bisanya😌

2023-08-21

0

vall

vall

mampir kak
janlupu mampir juga di novelku Ujian menjadi seorang istri 🙏👻

2023-08-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!