Bab 12

Pagi ini hujan rintik turun menciptakan irama indah di telinga Ozzy dan udara yang semakin dingin membuatnya malas keluar dari balik selimutnya bahkan suara jam weaker di smping tempat tidurnya tak mampu membuat Ozzy bergerak namun Mutiara yang sudah selesai mandi masuk ke dalam kamar Ozy dan berusaha keras untuk membangunkan kakak laki-laki nomer duanya itu dari tidur nyenyak.

“Mumpung kamar mandinya kosong bang. Abang kan tahu kalau bapak mandi lama banget, nanti kita kesiangan,” ujar Mutiara yang berlalu menuju kamarnya.

Rasa malas masih mengelayut di tubuh Ozzy namun entah dari mana asalnya kilatan wajah dengan senyuman manis Star muncul begitu saja di dalam pikirannya membuat malasnya sirna seketika berganti harapan untuk bertemu dan dapat melihat Star hari ini.

Hujan rintik-rintik masih terus turun namun volumenya sudah tak sederas pagi tadi saat Ozzy masih berada di balik selimutnya. Maka dia putuskan untuk mengantar Ara ke sekolahnya dengan mengunakan jas hujan yang memang sudah sejak lama ingin Mutiara gunakan sejak dibelikan oleh ayah mereka beberapa bulan lalu.

“Akhirnya Ara bisa pakejas hujan ini,” ujar Mutiara dengan penuh keceriaan dan rasa gembira.

“Ara harus terima kasih sama abang karena ajak Ara hujan-hujanan pagi ini,” ujar Ozzy.

“Makasih abang Ozzy. Ara sayang abang,” balas Mutiara sambil mengecup pipi kiri Ozzy yang sedang membantu Mutiara mengenakan jas hujan merah muda itu.

Ozzy yang mendapatkan perlakuan seperti itu dari adik satu-satunya itu lalu memeluk dan mengatakan hal yang sama sebagai jawaban dari ungkapan hati Mutiara.

Setelah mengantarkan Mutiara ke sekolah dan memastikan bahwa Mutiara sudah masuk dengan selamat ke dalam sekolahnya, Ozzy melanjutkan perjalananya menuju stasiun dengan harapan bisa melihat pujaan hatinya.

Sejak Star meminta Ozzy untuk tidak melanjutkan balas dendamnya, Ozzy merasa telah memenangkan hati Star. Bahwa gadis manis itu juga sudah menaruh hati kepadanya sama seperti dirinya.

Jika tidak, mana mungkin Star bisa begitu merasa khawatir akan keselamatan Ozzy.

Hujan belum reda membuat pagi ini peron stasiun dipenuhi oleh payung berwar-warni yang melindungi para pemiliknya dari air hujan yang turun.

Namun sementara itu Ozzy berjalan di bawah guyuran rintik hujan tanpa payung, hanya topi yang melindunginya dari terpaan air hujan.

Pelan-peln Ozzy menelurusi peron dan dengan seksama mencarai keberadaan Star diantara kerumunan pengguna kereta yang lain.

Sebuah payung berwarna biru muda nan cerah menarik perhatian Ozzy, bukan karena warnanya namun karena orang yang berlindung di bawah payung itu.

Ozzy mempercepat langkahnya berusaha menghampiri payung tersebut sambil tersenyum tanpa dia sadari.

“Ozzy!“ seru Star dengan nada ceria saat menyadari kehadiran Ozzy yang sedang mendekat ke arahnya.

“Udah dari tadi?“ tanya Ozzy basa-basi.

“Kayak biasanya sih,” jawab Star.

“Gue makin sering lihat lo di stasiun ya zy. Padahal dulu hampir ngga pernah gue lihat lo,” lanjut Star.

Ozzy melukiskan sebuah senyuman di wajahnya dan menjawab, “Mungkin itu karena lo.“

“Maksudnya gimana?“ tanya Star dengan wajah penasaran.

“Ah ngga usah dipikirin apa yang barusan gue ucapkan,” jawab Ozzy berusaha mengalihkan pembicaraan mereka.

Star tertegun mendengar apa yang diucapkan oleh Ozzy, dada Star berdegup kencang dan wajahnya memerah serta ada rasa hangat yang menjalar di tubuh Star yang bahkan mengalahkan dinginnya udara pagi ini, namun tentu saja sebagai seorang perempuan muda Star tak ingin mengakui rasa di dadanya kepada Ozzy, baginya itu terlalu memalukan.

Kemudian Star menaikan tangannya yang memegang payung berusaha memayungi Ozzy yang lebih tinggi dari dirinya.

Menyadari bahwa Star kesulitan karena berusaha untuk memayunginya Ozzy mengambil payung itu dari tangan Star dan kini keduanya sudah berada di bawah payung yang sama.

Kedua insan itu tersenyum tanpa saling memandang, menikmati getaran di dalam dada mereka karena rasa cinta yang bergejolak walau tak satu pun dari mereka mengungkapakannya namun wajah keduanya jelas memperlihatkan bahwa mereka saling jatuh cinta.

Bahkan hujan yang turun seakan menambah aroma cinta diantara Ozzy dan Star begitu terasa bahkan membuat orang-orang di sekeliling mereka juga menyadari getaran cinta itu seakan kini kereta yang mereka naiki seolah menjadi kereta cinta.

Kota Bogor juga masih diguyur rintik hujan yang sepertinya akan awet sepanjang hari ini membuat suasana semakin romantis bagi Ozzy dan Star.

Keduanya kini berjalan di bawah payung berwarna biru muda berlindung dari titik hujan yang jatuh dari langit kota Bogor yang masih mendung namun tak memberi kesan suram bagi keduanya.

Setelah sampai di depan gerbang sekolah Star, Ozzy pun mempersilahkan Star untuk masuk ke dalam sekolahnya.

“Gue masuk ya zy?!“ pamit Star.

Ozzy menyerahkan payung yang sejak tadi dia pegang kepada sang pemilik, “Ini.“

“Lo bawa aja zy. Masih hujan dan lo lebih membutuhkannya karena gue udah sampi ke sekolah,” Star menawarkan.

“Lo tahu ngga apa julukan gue di sekolah?“ tanya Ozzy dan Star hanya menggeleng tanda bahwa dia buta akan informasi itu.

“Gue diberi gelar Jendral,” lanjut Ozzy dengan penuh rasa percaya diri.

“Yang artinya?“ tanya Star.

“Jendral perang, orang yang berdiri paling depan—”

“Waktu tawuran? apa lo bangga menyandang julukan itu?“ tanya Star.

Ozzy terdiam, bingung memberi jawaban apa atas pertanyaan Star itu.

“Apa ngga pernah terpikir sama lo andai lo punya pacar, gimana resah dan khawatirnya dia tiap kali ada tawuran, meraba-raba apakah lo ada dalam pertempuran itu,” ujar Star dengan mata berkaca seolah berusaha membendung air mata.

“Star…”

“Kalau gue jadi pacar lo, mungkin bakal sering berasa ketakutan—, eh maksud gue ini sebuah pengandaian,” Star buru-buru menahan ucapannya.

“Star…”

“Bawa payung ini, balikin ke gue nanti di stasiun Bogorpas pulang,” Star memaksa dan langsung berlari ke dalam sekolahnya meninggalkan Ozzy yang berdiri di bawah payung biru muda tepat di depan gerbang sekolah Star.

Setelah mengantar Star dan memastikan bahwa Star sudah masuk ke dalam sekolah, Ozzy memutar tubuhnya dan bersiap untuk menuju ke sekolahnya saat dia bertemu dengan Dewa.

“Lo ngapain ke sini?“ tanya Dewa.

“eh, i—ini gue—” entah kenapa Ozzy tergagap menjawab pertanyaan sesepele itu, sungguh bukan dia yang sebenarnya.

“Bisa-bisanya lo bawa payung begini. Tumben banget,” ujar Dewa.

“Ini punya temen gue,” balas Ozzy.

“Gila, gila.. udah punya temen aja lo di sini. Hebat, ada perubahan lo, ngga sedingin biasanya,” ujar Dewa sambil memegang dahi Ozzy seolah memeriksa suhu tubuh sepupunya itu.

Ozzy menyingkirkan tangan Dewa dari dahinya dan berjalan meninggalkan Dewa yang susah payah mengikuti langkah Ozzy.

Terpopuler

Comments

ANBU

ANBU

jadi dewa gak tau kalau temen Ozzy t sebenarnya star? gitu gak si?

2023-08-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!