Bab 3

Sudah beberapa hari ini kehidupan Ozzy begitu tentram tanpa drama.

Walau sempat khawatir akan bertemu dengan salah satu murid dari sekolah YAP dan terjadi aksi balas dendam, nyatanya semua tak terjadi.

Namun demi terus menghindari gerompolan murid dari sekolah YAP, Ozzy memilih untuk tetap menggunakan kereta untuk pergi dan pulanb sekolah, seperti hari ini.

Karena menggunakan kereta, jadwal pulang Ozzy jadi teratur dan jadi lebih cepat dari biasanya hingga akhirnya beberapa hari belakangan Ozzy bisa menjemput Mutiara, adik semata wayangnya yang masih menggunakan seragam putih merah.

“Abang jemput ara lagi?!“ ujar Mutiara dengan nada riang.

“Iya. Ceper deh naik, panas nih ra,” gerutu Ozzy.

“Tunggu! Ara ambil bakso goreng yang ara pesan dulu,” balas Ara yang langsung berlalu dari hadapan Ozzy.

“Jangan lama-lamara!“ teriak Ozzy pada adik kesayangannya itu.

Jarak usia Ozzy dan Mutiara memang terpaut lumayan jauh namun justru itu yang membuat Ozzy sangat menyayangi adiknya itu.

Ozzy sudah menjadi anak bungsu selama sembilan tahun hingga akhirnya Mutiara hadir di tengah-tengah keluarganya.

Menjadi anak bungsu dan satu-satunya anak perempuan di keluarga itu tentu saja membuat Mutiara menjadi pusat perhatian keluarga.

“Nih, buat abang!“ ujar Mutiara yang baru saja kembali dan menyerahkan sebuzh plastik berisi bakso goreng yang terendam saos sambal.

“Abang kan ngga pesen,” balas Ozzy namun tetap mengambil plastik itu.

Mutiara yang sudah duduk di jok belakang motor Ozzy kemudian berkata, “Itu hadiah buat abang karena beberapa hari ini udah jemput ara. Ara seneng kalau abang sering naik kereta ke sekolah, jadi abang bisa jemput ara terus.“

Mendengar ucapan Mutiara entah mengapa hati Ozzy terasa hangat dan bahagia, sebuah senyuman pun terlukis di wajah Ozzy.

Kemudian Ozzy pun langsung mengendarai motornya, membawa dirinya dan Mutiara kembali ke rumah.

Namun sebelum sampai ke ruamh, Ozzy memutuskan untuk mampir ke rumah makan khas sunda-betawi yang dijalankan oleh ibunya.

Dia dan Mutiara akan mengambil makan siang mereka yahg akan mereka santap di rumah nanti.

“Lho kok ke sini?“ tanya bu Rahmi, ibu Ozzy yang memiliki aura keibuan yang sangat kentara.

“Ara mau ambil makan bu.“

“Ibu udah siapain makanan buat kalian di rumah, nak.“

Ibu Rahmi terlihat sibuk karena ini memang jam makan siang dan rumah makan yang dia kelola di saat-saat tertentu seperti jam makan siang.

“Ibu ngga bilang tadi,” rengek Mutiara.

Walaupun sibuk namun bu Rahmi tak pernah meninggalkan semua tanggung jawabnya sebagai seorang ibu karena bagi bu Rahmi memasak untuk orang lain hanyalah sebuah hiburan namun begitu rumah makan milik bu Rahmi selalu ramai pengunjung.

“Iya ibu ngga sempet kasih tahu ke kalian. Tadi pagi ibu dapat kabar kalau abang Farhan pulang siang ini jadi ibu masak buat kalian di rumah tadi,” ujar bu Rahmi.

“Abang pulang hari ini bu?!“ tanya Mutiara penuh antusias.

“Perlu Ozzy jemput bu!?“ Ozzy tak kalah antusias.

“Iya, coba nanti kamu jemput abang Farhan di stasiun nanti sore ya zy,” pinta bu Rahmi kepada anak keduanya itu.

“Siap laksanakan bu!“ jawab Ozzy sambil memberi hormat pada ibunya.

Bu Rahmi hanya tertawa melihat kelakuan Ozzy dan meminta Ozzy pulang sekalian membawa Mutiara.

Sepanjang jalan keduanya terlihat begitu riang, mendapati kabar bahwa anak pertama dalam keluarga ini yang sudah mondok di Jawa Timur selama beberapa tahun terakhir hari ini akhirnya pulang.

“Bang Farhan pulang untuk liburan atau memang udah selesai pendidikannya bang?“ tanya Mutiara.

Ozzy berpikir sejenak, berusaha menghitung-hitung berapa lama kepergian kakak laki-lakinya itu selama menuntut ilmu.

“Wah, tahun ini bang Farhan udah selesai pendidikan ra,” ujar Ozzy berbahagia.

“Asyik! Berarti abang ara lengkap,” ujar Mutiara girang.

“Kan selama ini emang lengkap ra,” ujar Ozzy.

“Iya, tapi kan bang Farhan ngga selalu di rumah, hampir selalu ada di pesantren,” jawab Mutiara lesu.

“Namanya juga lagi cari ilmu ra. Kan nanti kita juga bisa belajar sama bang Rarhan,” balas Ozzy berusaha memberi pengertian kepada adiknya.

Mutiara tiba-tiba meremas pinggang Ozzy membuat Ozzy kaget, namun sebelum dia bertanya alasan Mutiara melakukan hal itu, adiknya itu sudah keburu berkata, “bang Ozzy ngga akan pergi mondok kayak babg Farhan kan!?“

“Kalau abang mau mondok, gimana?“ Ozzy ingin tahu tanggapan adiknya.

“JANGAN! Ngga usah bang. Bang Farhan baru pulang, ara baru akan ngerasain keluarga lengkap. Bang Ozzy ngga boleh mondok!“ Teriak Mutiara.

Ozzy tertawa dan memebritahu adiknya bahwa dia tidak akan mengikuti jejak kakak pertama mereka yang menggali ilmu keagamaan hingga pergi ke tempat yang jauh demi mendapatkan guru terbaik versi Farhan.

Sesamapainya di rumah, Ozzy langsung memarkirkan motornya di garasi rumah, sementara Mutiara langsung menuju pintu masuk.

Tak lama kemudian Mutiara kembali menghampiri Ozzy yang masih membetulkan posisi motor, dengan wajah yang panik.

“Kenapa?“ tanya Ozzy begitu melihat wajah Mutiara yang pucat.

“I— itu bang, Pin— pintu depan ngga ter— kunci,” ujar Mutiara tergagap.

“Kok bisa!? Padahal udah abang kunci tadibpas berangkat dan sudah abang pastikan beberapa kali,” balas Ozzy berusaha tetap tenang.

“Ma— kanya ara ju— ga bingung bang,” Mutiara masih belum bisa mengendalikan gugupnya.

“Gini aja, ara tunggu di sini biar abang yang kihat ke dalam,” Ozzy memberi usul.

“Ja— ngan bang. Kita min— ta tolong aja sama yang lain.“

“Kamu tarik nafas dulu deh ra. Tenangin diri kamu,”

Berhadapan dengan senjata tajam bukan hal yang benar-benar menakutkan bagi Ozzy, apalagi kebiasaanya terjun langsung di medan tawuran yang membuatnya punya jam tetbang yang mumpuni jika harus berhadapan dengan perampok.

Bagi Ozzy saat ini prirotasnya adalah keselamatan Mutiara dan akan menjadi sebuah kebanggan bagi dirinya sendiri jika bisa meringkus perampok ini.

Ozzy mengendap-endap masuk ke dalam rumah, berusaha mengagetkan sang perampok dan meringkusnya, walau Ozzy tak tahu ada berapa banyak perampok di dalam rumahnya, maka dari itu dia tak bisa gegabah.

Sementara itu Mutiara masih berdiri cemas menunggu kakak laki-lakinya itu keluar dari rumah hingga tak terpikir olehnya untuk menghubungi siapa pun untuk meminta bantuan.

Ozzy sudah masuk hingga ruang keluarga namun keadaan rumah masih sepi dan itu membuat Ozzy berpikir mungkin perampoknya sudah pergi hingga dia memutuskan untuk berjalan seperti biasanya berusaha keluar dari rumah sambil sesekali memeriksa apa ada benda berharga yang hilang dari tempatnya.

Baru saja Ozzy berbalik badan sebuah suara yang berasal dari dapur mengagetkannya dan dengan cepat Ozzy berlari menuju sumber suara untuk menangkap sang perampok, namun rasa terkejut Ozzy justru lebih besar saat dia melihat Farhan tenang berjongkok memunguti tempe yang berhamburan di lantai.

“Masih bersih kok zy, masih bisa dimakan,” ucap Farhan begitu melihat adik laki-lakinyya berdiri di ambang pintu.

“Lho kok abang udah di rumah?“

“Iya. Abang berangkat naik bis malam dari sana jadi sampai Bogor masih pagi banget.“

“Kok abang bisa masuk ke rumah?“

“Tadi abang dijemput bapak yang kebetulan habis transaksi jual beli tanah deket terminal,” jawab Farhan.

“Lah terus sekarang bapak dimana?“

“Pergi lagi ngajar anak-anak latihan bola di desa sebelah katanya,” jawab Farhan sambil meletakan kembali piring tempe yang tadi terjatuh.

“Abaannngggg…. “ Mutiara berlari ke arah Farhan dan memeluk kakak laki-laki pertamanya dan meluapkan semua rasa rindunya.

Terpopuler

Comments

Risalah_Hati

Risalah_Hati

Abang Farhan anak pesantren nih

2023-09-05

0

senja ku

senja ku

semangat thor🤗
jgn lupa mampir di cerita ku ya

2023-08-28

0

Nilaaa🍒

Nilaaa🍒

senangnya bisa kumpul semua

2023-08-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!