bab 14

Sejak malam pertama Ozzy menelepon Star, hubungan keduanya jadi semakin dekat karena alasan itu pula Ozzy setiap hari Ozzy akan mengantar Star menuju sekolahnya dengan alasan menemani Dewa yang memang sejak awal mengantar Lisa setiap pagi.

Ozzy yang biasanya langsung berbelok ke sebelah kanan saat keluar dari stasiun Bogor untuk menuju sekolahnya kini setiap pagi berbelok ke sebelah kiri mengikuti alur rombongan para murid sekolah Star.

Setiap pagi formasinya selalu saja sama, Dewa dan Lisa jalan bergandengan di depan sementara Ozzy dan Star berjalan tepat di belakang.

Walau Ozzy dan Star berjalan berdampingan namun tak sekali pun Ozzy berani memegang tanga Star, semua karena bang Farhan yang memang jebolan pesantren selalu saja membagikan ilmu agama kepada Ozzy yang tanpa sadar ternyata terbawa dalam kehidupan Ozzy.

Walau pun Ozzy belum bisa memgontrol emosinya saat berhadapan dengan musuh namun untuk urusan dengan lawan jenis Ozzy berusaha sebisa mungkin untuk tak bersentuhan apalagi jika itu berurusan dengan Star.

Ozzy menyadari bahwa bersentuhan kulitnya dengan kulit milik Star menghasilan sengatan listrik yang tak dia ketahui dari mana asalnya namun yang pasti membahayakan baik untuk dirinya maupun untuk Star.

Saat bersama Star pun Ozzy menyadari bahwa dia menjadi pribadi yang amat berbeda. Dia cenderung menjadi pribadi yang pendiam, tak banyak bicara dan hanya menyahuti setiap perkataan dari Dewa atau Lisa.

Ternyata perbedaan sikap Ozzy itu tak hanya disadari oleh dirinya sendiri namun juga oleh teman-teman di sekitarnya termasuk Dewa dan Lisa yang membuat kadang Ozzy dijadikan bahan olok-olok oleh keduaanya, namun anehnya Ozzy tak pernah marah.

“Kaku amat kayak zy kayak kanebo baru,” ledek Dewa.

“Hush! Jangan gitu yang. Kasihan Ozzy diledekin dari tadi,” ucap Lisa berusaha membela.

“Kasihan itu si Star, tangannya dari tadi bebas ngga ada yang megang,” Dewa masih berusaha meledek dan Ozzy hanya tersenyum malu membalas.

“Tahu ngga kalau laki-laki sama perempuan ngga boleh bersentuhan kulit, dosa.“

“Kata siapa sih zy?“ tanya Lisa penasaran juga.

“Kata kakak bang Farhan,” jawab Ozzy.

“Bang Farhan siapa?“ tanya Lisa kebingungan.

“Bang Farhan itu kakaknya si Ozzy. Dia tahun ini lulus dari pesantren,” Dewa membantu Ozzy menjawab pertanyaan.

“Oh lo kamu punya kakak di pesantren?“ tanya Star.

“KAMU!?“ ujar Lisa dan Dewa berbarengan.

Wajah Star memerah dan berusaha menyembunyikan wajahnya dengan topi yang dipinjamkan Ozzy beberapa hari lalu.

“Udah pada jalan lurus aja kalian,” Ozzy berusaha menyelamatkan Star dari rasa malu.

Kali ini Lisa dan Dewa menuruti perintah Ozzy dan membalikan badan mereka untuk berjalan dengan posisi yang benar.

Dewa yang berusaha meraih tangan Lisa namun dikibas oleh Lisa dengan kasar.

“Jangan pengang!“

“Lho, kenapa?“

“Kamu ngga denger tadibapa kata Ozzy? Kita ngga boleh bersentuhan kulit, nanti kulit kita dibakar,” lirih Lisa.

“Si Ozzy kamu dengerin. Dia aja masih ngegebukin orang tanpa belas kasihan, emangnya itu bukan dosa?“ ujar Dewa.

“Iya juga ya!?“ ucap Lisa mulai berpikir.

Dewa kembali berusaha meraih tangan Lisa yang masih bebas dan kali ini Lisa menyambutnya tanpa banyak berpikir.

Mereka berempat kembali melanjutkan perjalan mereka dengan formasi semula menujubke sekolah Star dan Lisa hingga mereka melewati sebuah jembatan berwarna merah di dekat sekolah Star dan Lisa.

Tepat di sebelah jembatan itu terdapat jajaran toko yang berjualan berbagai macam kebutuhan namun masih tertutup.

Di depan salah satu toko yang masih tertutup ini berkumpul beberapa orang dengan seragam putih abu-abu dengan penampilan yang sedikit urakan.

Dewa menghentikan langkahnya hingga membuat Ozzy secara tak sengaja menabraknya.

“Aduh! Kenapa sih wa?“

“Zy… tuh,” ujar Dewa memberi isyarat dengan mata.

Ozzy mulai memperhatikan sekitar dan menyadari bahwa gerombolan yang sedang duduk di depan salah satu toko itu adalah para murid dari sekolah 46 yang sedang saling menunggu untuk berangkat berbarengan untuk sampai ke sekolah.

“Gimana nih zy?!“ Dewa menunggu instruksi dari Ozzy.

“Jalan aja,” perintah Ozzy.

“Lo yakin zy? Kita kalah jumlah ini,” dari suaranya terdengar Dewa merasa khawatir juga.

“Tenang aja, kita bareng cewek-cewek gini masa iya mereka berzni nyerang kita. Kalau mereka tetap nyerang ya mau ngga mau kita bertindak,” ujar Ozzy.

Star dan Lisa yang sejak tadi ikut berhenti berusaha menangkap obrolan antara Dewa dan Ozzy namun tetap tak bisa mendengar dengan jelas.

“Ada apa sih?“ tanya Lisa yang menyimpan penasaran sejak tadi.

“Ngga ada apa-apa sayang,” jawab Dewa.

“Kalau ngga ada apa-apa kenapa bisik-bisik ngomongnya!?“ Lisa tetap masih bersikeras meminta jawaban.

“Pacar aku bawel bangeeett,” balas Dewa sambil menarik lembut tangan Lisa.

Ozzy dan Star mengikuti langkah Dewa dan Lisa yang sudah kembali berpegangan tangan.

Ternyata Star pun cukup penasaran dengan apa yang dibicarakan oleh Ozzy dan Dewa tadi.

“Aku ngga boleh tahu ya zy?“ tanya Star.

“Tanya apa tuh?“ balas Ozzy.

“Yang tadi kamu omongin sama Dewa,” ujar Star.

Ozzy hanya menjawab dengan senyuman sambil terus berjalan dengan kedua tangan yang dia letakan di belakang tubuhnya, mau tak mau Star mengekor dengan berlari kecil.

Sementara mereka berempat berjalan melintasi gerombolan itu dengan tenang, gerombolan itu yang justru mulai ribut.

“Heh, itu bukannya Dewa sama Ozzy?!“ bisik salah satu diantara mereka.

Mendengar bisikan itu semua mata pun langsung tertuju pada Dewa dan Ozzy, Ozzy yang menyadari itu justru permisi sambil tersenyum kepada mereka membuat gerombolan itu kaget bukan main.

“Mereka ngapain lewat sini?“

“Setahu gue si Dewa punya pacar di SMP Mentari,” jawab seseorang yang memang biasa melewati jalan itu.

“Kalau Ozzy? Masa dia cuma nemenin Dewa?!“

“Rasanya sih ngga mungkin, secara kedudukan Dewa itu di bawah Ozzy.“

“Apa mungkin dia juga nganter pacarnya?“

Mereka masih berusaha menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi.

“Kalau benar si Ozzy lewat sini buat nganter pacarnya, berarti perempuan yang ada di samping dia itu pacarnya!?“

“Bisa jadi dia itu pacarnya.“

Kali ini mereka merasa menemukan hal penting soal Ozzy dan merasa bahwa hal ini perlu mereka kabarkan kepada jendral mereka, Dante.

“Hayo buruan ke sekolah,” ujar salah satunya.

“Dante hatus tahu hal ini,” balas yang lain.

“Buat apaan?“ tanya salah saya diantara mereka yang kebingungan.

“Ini anak ya!“ jawab yang lain karena gemas.

“Kita bisa kasih tahu Dante hal ini karena mungkin ini bisa dijadikan kuncian buat Dante biar bisa ngalahin si Ozzy.“

“Kita main curang?“

“Main curang?! Ini namanya strategi jenius,” jawab salah satu diantara mereka dengan senyuman puas di wajahnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!