Malam itu entah kenapa Ozzy tak bisa mmejamkan kedua matanya walauppun matanya sudah merasa sangat mengantuk.
Dia membuka jendela kamarnya lebar-lebar dan membiarkan angin malam yang bertiup sepoi-sepoi masuk dan membelai wajahnya yang masih sedikit basah karena sisa air wudhu di sholat isya-nya.
Kemudian Ozzy merebahkan badan di atas tempat tidur dan menjadikan kedua telapak tangannya sebagai sandaran dan mendadak wajah cantik Star melintas di dalam khayalannya.
Entah mengapa saat wajah Star melintas itu Ozzy tersenyum seakan itu adalah sebuah khayalan yang mampu memberikan dia kkebahagiaan yang belum pernah dia temukan selama ini.
Senyuma serta cara bicara Star yang cepat membuat Ozzy tergila-gila pada gadis kelas dua sekolah menengah pertama itu.
TOK! TOK! TOK!
“Zy!“ bang Farhan memanggil Ozzy namun tanpa sahutan.
Lalu bang Farhan mendekati tempat tidur Ozzy dan menggoyangnya sekuat yang dia bisa dan itu membuat Ozzy langsung melompat dari tempat dia berbaring.
“Ya ampun bang, ngapain sih?! bikin gue kaget aja,” gerutu Ozzy.
“Nah lo lagi ngapain? dari tadi abang paggil bukannya nyaut malah senyum-senyum sendiri,” balas bang Farhan.
“Apaan sih?! mana ada Ozzy senyum-senyum sendiri?!“ balas Ozzy berusaha menyembunyikan rasa malunya.
Bang Farhan lalu duduk di kursi belajar Ozzy yang menhgadap jendel yang sedang terbuka dan berkata, “Besok abang balik ke pesantren buat ngurusin kelulusan.“
“Terus abang mau ngapain setelah itu?“ tanya Ozzy.
“Abang udah ngobrol sama ibu dan bapak, abang mau lanjut kuliah,” jawab bang Farhan.
“Mau ambil jurusan apa?“
“Abang belum tahu pasti tapi kemungkinan mau ambil pendidikan agama supaya bisa jadi guru aja,” balas bang Farhan.
“Asyik, Ozzy punya abang guru,” ucap Ozy dengan ceria.
Kemudian bang Farhan berdiri dari duduknnya dan mendekati pintu kamar Ozzy lalu berhenti sambil memegang gagang pintunya dan berkata, “Aabang tahu, lo masih muda, gejolak di dada lo dan rasa ingin diakui sebagai orang yang hebat terasa amat mengelora tapi inget zy hidup lo bukan cuma saat ini, ada besok dan lusa yang perlu lo pikirkan.“
Lalu bang Farhan membalik tubuhnya dan kali ini menghadap ke Ozzy.
“Abang mugkin ngga bisa ngerti apa yang lo rasain saat ini tapi kenyataan bahwa ibu selalu dilanda kepanikan setiap kali mendengar ada tawuran dan takut terjadi suatu hal buruk sama lo bisa menjadi hal yang lo perlu pikirkan dan pertimbangkan untuk berubah jadi jauh lebih baik dari sekarang,” ujar bang Farhan.
“Tapi selama ini gue bertanggung jawab dengan sekolah gue bang,” jawab Ozzy berusaha membela diri.
“Itulah yang gu kagui dari lo. Bahwa walau lo aktif di medan tawuran tapi lo selalu bisa membuktikan diri juga sebagaii orang yang bertanggung jawab atas pendidikan lo. Tapi alasan itu pula yang ngebuat gue ngerasa bahwa lo perlu meninggalkan duani kesayangan lo saat ini buat bisa ngejar masa depan lo.“
“Tapi bang—”
“Hoaamm, gue ngatuk. Kita bisa omongin ini lagi besok waktu kepala kita lagi sama-sama jernih.“
Kemudian bang Farhan melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda lalu menutup pintu kamar Ozzy.
Ozzy yang sejak tadi terduduk di atas tempat tidurnya lalu termenung dalam sumyi yang tercipta secara mendadak di dalam kamarnya saat bang Farhan pergi beberapa detik lalu.
Wajah Star yang sejak tadi memenuhi khayalannya kini terganti dengan raut wajah kedua orang tua Ozzy yang sudah tak muda lagi.
Tergambar dalam khayalan Ozzy bagaimana raut wajah khawatir sang ibu saat mendengar kabar tawuran seperti yang dikatakan oleh bang Farhan tadi dan mendadak hatinya terenyuh.
Begitu pula wajah ayahnya melintas menggantikan wajah ibunya, sebuah wajah yang sudah tak muda lagi namun selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk keluarganya dan selalu berusaha terlihat tegar di depan istri dan ketiga anaknya.
Ozzy terpikir, mungkin selama ini ayahnya sama khawatirnya dengan ibunya setiap kali mendengar berita tawuran hanya saja sebagai seorang laki-laki ayahnya bersikap dingin sebagai sebuah tameng agar terlihat tegar.
Dalam sekejap dunia Ozzy terasa memiliki banyak rasa khawatir setelah bang Farhan mengemukakan apa yang selama ini dia pikirkan tentang Ozzy dan seluruh anggota keluarga.
Dan setelah dia memuntahkan semua isi kepalanya, bang Farhan berlalu begitu saja membuat Ozzy harus bergelut dengan pikirannya sendiri dan berusaha menenangkan hatinya seorang diri.
“Ah! Bang Farhan ada-ada aja,” gerutu Ozzy pada dirinya sendiri.
Angin sepoi-sepoi yang semula memberikan hawa menyenangkan untuk dirinya kini jutru terasa mengganggu dirinya.
Ozzy bangkit dari tempat tidurnya dan mendekat ke jendela yang masih terbuka lebar itu, berusaha memandang keluar yang hanya ada kebun peninggalan keluarga ayahnya. Kemudian Ozzy menutup jedela itu dan kembali ke tempat tidurnya.
Ozzy kembali merebahkan tubuhnya di atas tepat tidur dan menjadikan kedua tangannya sebagai bantal dan memandangi langit-langit kamarnya tanpa bayangan apapun kali ini.
Sungguh perkataan bang Farhan mengusik pikrinnya yang membuatnya semakin tak bisa tidur malam ini.
“Abang!“ terdengar suara Mutiara di balik pintukamar Ozzy membuat sekali lagi Ozzy bangkit dari rebahannya
“Kenapa ra?“ tanya Ozzy.
“Ara boleh ngga tidur sama abang?“ tanya Mutiara masih dari luar kamar.
“Masuk dulu sini,” perintah Ozzy.
Mutiara pun langsung membuka pintu dan berjalan menuju tepat tidur Ozzy setelahmenutup pintu.
“Ara udah besar, masa tidur sama abang,” Ozzy berusaha membujuk Mutiara.
“Tadi Ara abis nonton film horor jadi ngga berani tidur sendiri.“
“Kenapa ngga tidur sama ibu dan bapak?“ tanya Ozzy.
“Tadi Ara udah ketuk pintu kamar ibu tapi ngga dibukain pintunya,” jawab Ara.
“Kenapa ngga ke kamar bang Farhan?“
“Bang Farhan besok pulang ke pesanter. Ara takut bang Farhan besok kesiangan,” Mutiara memberi alasan.
Sepertinya Ozzy tak punya pilihan lain selain membiarkan adik perempuannya yang berbeda usia cukup jauh itu untuk tidur di dalam kamarnya.
“Tapi ini yang terakhir ya Ara karena Ara udah besar, udah ngga boleh tidur bareng abang,” Ozzy berusaha memberi pengertian kepada adiknya itu.
Ara yang sedang memegang boneka beruang berwarna coklat kesayanganya itu menganggukn kepala denga cepat tanpa setuju.
“Ya udah, sini naik.“
Mutiara lalu segera naik ke atas tempat tidur dan berbaring tepat di sebelah Ozzy dan langsung tertidur dengan pulas. Sepertinya Mutiara sudah berusaha menahan kantuknya sejal tadi karena merasa ketakutan.
Kini kedua mata Ozzy tertuju pada wajah polos Mutiara yang tengah tertidur pulas di sampingnya. Ozzy jadi memikirkan bagaimana masa depan adiknya itu jika dia tak bisa jadi contoh yang baik.
Ozzy membelai wajah polos Mutiara dan berkata, “Tidur ya Ara. Besok masih banyak hal yang harus kita pikirkan.“
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Lembayung jingga🥀🍃
subhanallah Ozzy udh Sholeh ganteng pula next Husbu ini🫰😌
2023-09-05
0
ANBU
lanjut kak
2023-08-11
0