RAHASIA WINTER
"Mawar kuning yang aku minta belikan sudah kamu beli?" Winter melirik Arga yang duduk di sebelahnya.
Arga adalah sahabat gadis itu dari kecil. Mereka sudah bersama sejak lahir. Dan tidak terpisahkan sampai sekarang. Arga juga tahu segala rahasia gadis itu. Termasuk Winter yang mencintai kakak dari seseorang yang hidupnya hancur karena dirinya. Pekerjaan gadis itu saat ini lebih banyak mengikuti laki-laki yang dia sukai tersebut, dibanding fokus dengan kuliahnya. Seperti hari ini, ia tahu laki-laki itu akan datang ke rumah sakit membesuk adiknya, jadi sekarang mereka sudah berada di depan rumah sakit tersebut.
"Arga, bagaimana mawarnya?" tanya Winter lagi karena Arga tidak menjawab pertanyaannya tadi. Malah fokus menatap hapenya.
"Sudah ku beli. Ada di bagasi belakang." jawab Arga kemudian.
"Kau akan pulang sekarang atau menemaniku masuk ke dalam?" tanya Winter lagi.
Dikampus ini dia tidak punya banyak teman. Ada tapi tidak sering berkumpul seperti Arga yang sungguh-sungguh ia anggap sebagai sahabat dan keluarga sendiri. Hanya saja Arga dua tingkat lebih tua di atasnya. Sebentar lagi pria itu lulus. Sekarang dia sedang sibuk-sibuknya mencari tempat magang.
Kalau teman-teman sekelas Winter lebih suka bersenang-senang. Tiap kali ada waktu luang, mereka pasti akan pergi jalan-jalan atau sekadar liburan. Teman-temannya sering mengajaknya, tapi Winter tidak punya waktu. Karena semua waktunya dia gunakan untuk pria yang dia sukai, dan tentu saja untuk berusaha menebus kesalahannya di masa lalu.
"Sepertinya mulai beberapa hari kedepan, aku tidak bisa menemanimu lagi." wajah Arga tampak tidak enak menatap Winter.
"Kenapa?"
"Aku akan mulai sibuk dengan magangku," Winter mengangguk mengerti.
"Jadi kau sudah dapat tempat magang?" tanyanya.
Arga mengangguk.
"Di studio sepupuku. Kebetulan mereka sedang butuh anak magang sekarang. Aku sekalian bisa mengembangkan bakat fotografer-ku di sana." katanya. "Dengar, selama aku magang, kau usahakan jangan terlalu sering mengikuti pria itu diam-diam. Utamakan kuliahmu." ucap Arga mengingatkan. Winter terkekeh. Pria itu suka sekali berceloteh.
"Aku turun dulu. Aku akan menelpon-mu kalau ada apa-apa." balas gadis itu tidak menghiraukan perkataan Arga.
"Baiklah tuan putri." lalu Arga kembali mengendarai mobilnya meninggalkan rumah sakit itu.
***
Winter berjalan santai memasuk memasuki rumah sakit bergengsi yang terletak di pinggiran kota tempat Mika dirawat, Mika adalah nama adik dari pria yang dia sukai. Pria itu terbiasa membesuk Mika ketika pulang dari kampus. Jadi Winter yakin hari ini juga pria itu pasti ada di rumah sakit ini.
Namanya Daffin. Namun tidak seperti hari-hari biasa yang tenang. Hari ini Winter mendengar suara teriakan Mika dari dalam kamar rawatnya. Gadis itu berteriak histeris. Tak lama sesudah itu ia melihat Daffin keluar dari ruangan tersebut dengan wajah merah padam. Lalu meninju tembok berkali-kali sampai buku-buku tangannya berdarah. Melihat itu Winter langsung mengerti apa yang terjadi. Kenapa Mika histeris. Pasti gadis itu kembali depresi dengan keadaannya. Winter merasa sedih melihat keadaan Daffin.
"Kakak," panggilan tersebut sontak membuat Winter buru-buru menyembunyikan diri dibalik dinding tak jauh dari situ. Ia bisa mendengar pembicaraan kakak beradik itu.
Daffin berlutut didepan Mika. Gadis itu duduk di kursi roda. Perawat yang biasa menjaganya berdiri dibelakang. Daffin membelai pipi sang adik penuh sayang.
"Maafin aku, aku janji nggak bakal buat kakak sedih lagi." gumam sang adik. Daffin tersenyum pedih. Ia sangat mengerti keadaan adiknya. Tiga tahun terbaring dikursi roda tanpa tahu kapan bisa berjalan lagi pasti membuatnya sangat depresi.
"Tidak apa-apa. Kakak bisa mengerti. Tapi kamu harus janji sama kakak jangan nolak untuk berobat, mm?" gumam Daffin. Mika mengangguk lemah.
Daffin mengusap-usap kepala adiknya. Ini semua terjadi karena orang tidak bertanggung jawab yang menabrak adiknya. Orang itu kabur begitu saja. Mungkin sekarang sedang hidup enak. Sementara adiknya harus menderita luka batin dan cacat fisik. Keluarganya hancur.
Belum lagi mamanya yang harus berjuang keras membiayai semua pengobatan sang adik. Sebenarnya bisa saja Daffin memindahkan Mika ke rumah sakit luar negeri, tapi saat ini keuangan mereka terbatas. Biaya pengobatan Mika sangat tinggi. Dia juga tidak mau meminta uang dari ayahnya yang tidak bertanggung jawab itu.
Untung Daffin adalah sosok laki-laki yang pintar. Dia pandai membuat program dan dengan bakatnya tersebut, pria itu berhasil menjual beberapa program yang dia buat ke beberapa perusahaan. Uang itu cukup besar membantunya membiayai pengobatan sang adik. Tapi ia bersumpah tidak akan melepaskan orang yang sudah membuat hidup adiknya hancur. Pria itu mengepal tangannya kuat-kuat.
"Kakak, ada apa?" suara sang adik membuyarkan lamunannya.
"Tidak, tidak apa-apa." sahutnya lalu menatap perempuan yang setia berdiri dibelakang Mika.
"Suster, sebentar lagi malam. Bawah Mika masuk. Aku ada urusan sebentar, nanti malam aku balik lagi." kata Daffin pada perawat yang menjaga Mika. Lalu pamit ke sang adik dan pergi.
Tanpa mereka ketahui, seseorang tengah memperhatikan mereka dari kejauhan dengan raut wajah sedih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Arin
abis baca si chaby sy mampir ksni..☺️
2023-11-28
1
ZUU
Hadir thor
2023-08-07
0
Intan
☝️☝️☝️☝️
2023-08-07
0