Bab 20

Sekitar tiga puluh menit kemudian Arga tiba. Pria itu berlari ke gudang. Ia tahu Winter itu penakut. Sangat takut gelap, jadi dia harus selangkah lebih cepat. Jangan sampai gadis itu jatuh pingsan karena ketakutan. Gudang tersebut memang sengaja di kunci dari luar. Arga tentu tidak tahu alasannya apa sehingga ada orang yang iseng mengunci Winter di dalam gudang itu. Dia akan bertanya nanti.

Namun ketika lelaki itu masuk ke dalam, ia tertegun seketika. Pasalnya Winter tidak sendirian dalam ruangan itu. Ada seorang laki-laki bersamanya. Arga tentu sangat kenal siapa pria itu. Ruangan itu juga tidak gelap sama sekali. Ada lampunya. Tidak seperti kebanyakan gudang-gudang pada umumnya.

"Akhirnya kamu sampai juga," Winter menarik napas lega. Lega rasanya saat Arga sampai. Karena situasinya berduaan saja dengan Daffin makin canggung.

"Kenapa bisa terkunci? Kalian berdua ..." Arga menatap Daffin dan Winter bergantian.

"Tadi aku membantunya mengembalikan tangga," jelas Daffin masih menggantung.

"Lalu?"

"Lalu ada yang tiba-tiba mengunci kita berdua dari luar." sambung Winter cepat, dengan raut wajah memberi peringatan ke Arga.

"Siapa? Kalian tahu siapa pelakunya?" tanya Arga lagi tanpa berpikir panjang. Winter dan Daffin saling berpandangan sebentar, mengundang kecurigaan Arga.

"Nanti aku jelaskan. Sekarang sebaiknya kita pulang." ujar Winter. Ia tahu Daffin harus segera ke rumah sakit mengunjungi adiknya. Kalau Arga bertanya terus bisa-bisa Daffin telat lagi ke rumah sakit.

Mereka lalu berjalan ke luar, ke arah parkiran kampus. Keadaan gedung besar itu sudah sangat sepi. Hanya ada dua satpam yang berjaga didepan gerbang. Daffin berjalan dibelakang mereka. Tenang seperti biasa, tanpa suara. Sesekali pria itu melirik punggung Winter, mengamati gadis itu dari belakang dengan ekspresi datarnya. Entah apa yang dia pikirkan.

"Kendaraanmu parkir di mana?" tanya Winter menoleh ke Daffin. Sekedar memecah suasana yang canggung tersebut.

"Di sana," Daffin menunjuk ke arah kiri parkiran. Winter mengangguk-angguk.

"Kau Daffin dari jurusan komputer bukan?" kali ini Arga yang bicara. Hanya sekedar basa-basi karena ia memang sudah kenal Daffin dari lama. Bagaimana tidak kenal coba kalau Winter terus mengikuti pria itu diam-diam.

"Mm," Daffin mengangguk singkat. "Kau kenal aku?" pria itu bertanya kemudian.

"Ya, kau sangat terkenal di kampus. Salah satu sahabat perempuanku bahkan sangat mengagumimu. Aku pikir dia sudah terkena racun cinta karena dirimu," ungkap Arga lalu tertawa remeh. Kontan Winter disebelahnya langsung gelagapan. Siapa lagi yang Arga maksud coba, kalau bukan dia.

Ya ampun, sahabat macam apa pria itu? Mudah-mudahan saja Daffin tidak mengira kalau maksud Arga adalah dirinya. Itu sebabnya ia harus bersikap tenang. Jangan sampai Daffin curiga. Apalagi sekarang pria itu sedang menatap ke arahnya. Arga sialan!

Winter tidak berhenti memakinya dalam hati. Arga bahkan mengerling nakal padanya. Untung Daffin tidak melihatnya. Pria itu sedang memasukan barang yang entah apa itu ke dalam ranselnya, kemudian menatap mereka lagi dan tersenyum tipis.

"Kau terlalu melebihkan." katanya merendah. Ia tahu dirinya memang terkenal di kampus itu, tapi kalau bisa memilih, Daffin tidak mau berada di posisi itu. Ia hanya ingin hidup bebas. Di mana orang-orang tidak peduli dengan kehidupan seorang Daffin, dan tidak ada para perempuan yang sibuk mencari perhatiannya. Tidak bisakah hanya ada tiga perempuan saja di dunia ini? Mamanya, adiknya, dan ...

Daffin menatap Winter sebentar lalu cepat-cepat membuang pikirannya jauh-jauh.

"Aku duluan," kata Daffin lagi berjalan ke arah motornya terparkir. Winter lalu melambai-lambaikan tangannya pada pria itu dengan senyuman tipis.

"Ayo masuk cepat. Sebelum aku berteriak sahabatku yang tergila-gila padanya adalah dirimu," Arga sengaja mengancam dengan senyum jahil. Winter mengerling kesal padanya. Teman laknat.

"Masuk nggak?"

Dengan terpaksa gadis itu akhirnya menurut. Lagian mereka kan memang akan pulang. Arga ikut masuk ke bangku sopir, menghidupkan mesin mobilnya dan melaju dengan perlahan keluar gerbang. Ia membunyikan klakson ketika melewati Daffin yang entah kenapa belum jalan-jalan juga sejak tadi.

Daffin melambai dan Winter mengamatinya dari spion mobil. Oh rupanya Daffin sedang menelpon seseorang makanya belum jalan-jalan juga.

"Jangan lihat terus, bola matamu bisa keluar nanti."

Winter mencebik, lalu membuang muka ke arah jalan. Sengaja menunjukkan kalau dia sedang ngambek. Namun bukannya minta maaf, Arga malah menertawainya.

"Bagaimana rasanya?" perkataan itu sontak membuat Winter kembali memalingkan wajahnya dan melirik Arga dengan kening berkerut. Pandangan Arga sendiri lurus ke arah jalan. Fokus menyetir. Hanya sesekali menoleh ke Winter.

"Maksudku, bagaimana rasanya berduaan dengan laki-laki yang kau suka?" pria itu memperjelas.

Winter lalu senyum-senyum sendiri mengingatkan kejadian tadi. Dia tertidur dibahu Daffin, bahkan sempat memeluk pria itu karena mengiranya bantal.

"Apa maksud ekspresi itu? Kalian mengalami kejadian yang menyenangkan?"

"Kau tidak akan paham biar aku cerita," sahut Winter sengaja. Siapa suruh berani bikin dia kesal daritadi. Arga terkekeh. Tapi dia cukup senang melihat Winter yang bisa mengenal Daffin secara langsung bahkan mereka tampak cukup akrab. Dibanding ketika gadis itu hanya bisa mengamati pria itu terus. Arga yang nantinya akan merasa tersiksa.

"Oh iya aku hampir lupa." seru Arga ketika teringat.

"Apa?" Winter menatap bingung.

"Winsley menelponku, katanya ia terus-terusan menelponmu tapi tidak kau angkat." mendengar itu Winter lalu merogoh hape dari sakunya. Memang ada sekitar enam panggilan Wa dari Winsley yang tidak sempat dia angkat.

"Kalau kau menelponnya, tanyakan kapan dia liburan ke Jakarta. Sepertinya seru liburan dengan dua orang yang wajahnya sama persis." ucap Winter.

Ya. Winsley adalah saudari kembar Winter. Tapi sejak kecil mereka hidup terpisah. Winsley diangkat anak oleh adik kandung papanya yang tidak punya anak dan sekarang tinggal diluar negeri. Meski begitu hubungan mereka sangat dekat. Kalau liburan Winsley akan mencari kesempatan liburan ke Jakarta menghabiskan waktu dengan keluarga kandungnya. Begitu pun sebaliknya. Wajah mereka memang sama persis, tapi sifat mereka berbeda jauh. Winsley itu sangat pecicilan. Berbeda dengan Winter yang lebih kalem. Tidak kalem-kalem amat, namun kalau dibandingkan dengan Winsley, memang perbedaan sifat keduanya sangat jauh. Selain itu Winsley sangat heboh. Itu sebabnya kalau ada kembarannya itu, Winter selalu tertawa riang karena kelucuan dan kehebohannya. Selain Arga, Winsley adalah salah satu tempat curhat Winter. Ada beberapa hal yang tidak ia ceritakan ke Arga, ia ceritakan ke Winsley.

Terpopuler

Comments

Rita

Rita

kayaknya tambah seru nich

2023-07-21

0

Lovey

Lovey

next

2023-07-21

0

Lovey

Lovey

sabar Winter sabar🤣

2023-07-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!