Bab 2

Winter menarik napas panjang. Tadi pikirannya terasa begitu berat. Dia merasa otaknya penuh dan dirinya bisa jatuh kapan saja karena pusing. Tapi sekarang sudah tidak apa-apa. Dia telah mengisi daya lagi. Berusaha semangat kembali.

Sekarang gadis itu berada di sebuah warung makan depan rumah sakit. Orang-orang yang melihatnya merasa kalau dia adalah gadis yang aneh. Bagaimana tidak terlihat aneh coba, penampilannya serba hitam-hitam. Kaos hitam, celana hitam, topi hitam, masker bahkan kacamatanya hitam. Orang lain mungkin akan mengira kalau gadis itu seorang penjahat. Tatapan mereka saja sudah aneh waktu dia masuk.

"Maaf mbak, masker sama kacamatanya harus dibuka." kata salah satu pelayan restoran kecil tersebut. Pandangannya jelas melihat penampilan Winter dengan raut wajah aneh. Lebih ke curiga. Entah menganggap Winter artis atau penjahat. Gadis itu tertawa dalam hati. Ternyata dirinya cukup berbakat.

"Oke mbak, makasih infonya. Mbak baik deh mau berbagi info," balas Winter tersenyum. Sih pelayan makin mengernyit aneh. Memangnya dia bilang info apa? Rumah sakit di seberang sudah pindah tempat? Dasar perempuan aneh. Dari perawakannya sih kayaknya lumayan, bodynya bagus, kulit putih bersih dan matanya cerah saat ia membuka kacamata. Kalau dia buka masker pasti cukup cantik, tapi otaknya ...

Pelayan itu jadi berpikir kalau gadis yang duduk didepannya ini bukan aneh lagi, tapi otaknya memang geser. Buktinya beberapa pelanggan dalam tempat itu tampak menertawainya. Tak mau berlama-lama di situ, pelayan itu langsung pergi setelah mencatat pesanan makanan sih gadis aneh.

Winter menengok kanan-kiri dan bersiap-siap membuka maskernya. Ketika di rasa tidak ada yang dia kenal di dalam situ, gadis itu lalu membuka masker yang menutupi sebagian wajahnya. Namun saat menghadap kiri, mata Winter menangkap sosok laki-laki yang sangat ia kenal, yang selalu di mata-matai tiga tahun terakhir ini tengah duduk di sana bersama seorang teman.

Winter buru-buru membuang muka ke arah lain, mencoba menutupi wajahnya dengan topi.

Dia melihatku? Tidak, matanya tidak ke sini tadi. Wajahku tidak jelaskan? Ya ampun, mudah-mudahan dia tidak melihatku.

Winter terus bergumam dalam hati. Gadis itu lalu menunduk dengan kening berkerut tak bersemangat. Kenapa dia sampai tidak lihat ada laki-laki itu dalam restoran kecil ini sih? Winter pikir laki-laki itu langsung pulang di sana.

Sementara itu didepan sana, pandangan Daffin terus menatap aneh ke salah satu gadis yang masuk dengan penampilan serba hitam-hitam tadi. Gerakan gadis itu sangat aneh. Bahkan Daffin yang tidak pernah memperhatikan perempuan sebelumnya jadi memperhatikan perempuan itu karena keanehannya.

Entah kenapa Daffin merasa cukup tertarik untuk melihat seperti apa bentuk wajah gadis itu. Tapi ia terus menunduk dan menutupi wajahnya. Seolah sedang menghindar dari seseorang. Pria itu mendengus pelan, gadis aneh.

"Kau yakin tidak ingin ambil kesempatan beasiswa ke Inggris? Pak Angga masih menyuruhku bertanya padamu. Dia merasa sayang sekali kalau kau tidak mengambilnya." seseorang laki-laki yang duduk dihadapannya buka suara. Namanya  Dillan.

Daffin menggeleng.

"Kau tahu aku tidak bisa meninggalkan adikku dan ibuku sendirian." katanya. Dillan menarik napas panjang lalu menyesap cappucino nya.

"Ya, memang sangat sulit berada di posisimu. Aku bisa mengerti. Sayang sekali, padahal kau sangat berbakat." ucap pria itu. Tapi mau bagaimana lagi, Daffin yang berhak mengambil keputusan untuk dirinya sendiri.

"Bagaimana perkembangan kondisi Mika?" tanyanya mengganti topik.

"Masih sama," sahut Daffin. Ketika mengatakan kalimat itu, ekspresinya tampak sedih. Dillan bisa mengerti. Karena Mika adalah adik yang paling Daffin sayang. Terjadi hal menyedihkan itu pada adiknya sungguh membuat Daffin ikut kehilangan sebagian semangat hidupnya.

"Aku harap Mika bisa pulih dengan cepat dan berlari seperti sedia kala. Ceria lagi seperti dulu." kata Dillan lagi. Daffin tersenyum tipis. Dia juga berharap yang terbaik untuk sang adik.

"Oh ya, jurusan kita akan mengadakan study tour beberapa hari lagi. Katanya gabung dengan jurusan Sastra. Kali ini kau benar-benar harus ikut, tidak boleh absen." Dillan mengingatkan karena Daffin suka sekali absen dari berbagai kegiatan kampus. Padahal pengurus BEM pernah mengincar cowok itu untuk jadi ketua BEM, sayang sekali Daffin tidak pernah berminat. Itu bukan prioritas pria itu. Dia pernah bilang ke Dillan.

"Mbak, mau ke mana? Bayar dulu. Pesanannya kan sudah mbak ambil!" suara toa pelayan didepan sana mengalihkan perhatian Daffin dan Dillan.

Gadis itu berulah lagi. Daffin yang sudah lupa keberadaan gadis tadi kini kembali memperhatikan ke depan. Ke arah gadis itu berada. Gadis itu sudah kembali memakai masker, sehingga Daffin tidak bisa lihat jelas wajahnya. Dan tentu saja siap-siap keluar. Entah apa yang membuatnya buru-buru ingin keluar dari tempat itu.

"Hehehe, maaf mbak lupa akunya." kata gadis itu lalu mengeluarkan beberapa uang tunai dan di kasih ke sih pelayan. Ia kemudian mengambil kopi dan roti pesanannya di atas meja  dan buru-buru keluar.

Pelayan tadi hanya menggeleng-geleng merasa gadis itu adalah pelanggan paling aneh yang datang beli makanan hari ini. Kalau Gavin jadi pelayan, tentu saja dia juga akan berpikir gadis tadi sangat aneh.

"Bagaimana, kau akan ikut study tour kan?" Dillan bertanya lagi memastikan. Daffin meliriknya.

"Hari apa?" ia balas bertanya.

"Tiga hari lagi, berarti kamis."

kali ini Daffin mengecek jadwalnya. Setelah dilihat tak ada jadwal penting hari itu, dia mengangguk ke Dillan.

"Baiklah, aku akan pergi." putusnya kemudian. Memang kegiatan kuliah penting, tapi Daffin sudah pernah bicara dengan dosen-dosen yang bersangkutan dan mereka setuju tidak apa-apa dia tidak ikut kegiatan-kegiatan seperti itu dengan catatan dirinya memasukan tugas yang lain. Untuk mengganti absennya. Dia juga sering membantu para dosen yang membutuhkan bantuannya dalam hal membuat program.

Banyak dosen yang mengakui bakatnya. Itu sebabnya dikampus ini, dia adalah salah satu mahasiswa yang berbondong-bondong diberikan tawaran kerjasama oleh beberapa perusahaan. Sayangnya Daffin menolak. Cowok itu punya rencana sendiri dan paling tidak mau diatur orang lain.

Daffin juga sangat populer dikampus. Banyak wanita yang mengejarnya. Sayang sekali pacaran bukanlah prioritas utama Daffin. Yang ingin dia kejar sekarang adalah menjadi sukses dengan kemampuannya sendiri, dan membuat adiknya mendapatkan perawatan yang terbaik serta mamanya tidak lagi bekerja banting tulang demi perawatan sang adik. Daffin tahu itu semua butuh waktu, tapi dia tidak akan menyerah. Demi orang-orang yang dia sayang.

Terpopuler

Comments

Rita

Rita

sdh rada inget

2024-11-13

0

Lovey

Lovey

aku suka banget karakter ceweknya. cowoknya juga. thankyou Thor.

2023-07-19

0

Lovey

Lovey

Lucu sih Winter😆

2023-07-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!