Masih Berlanjut

PERINGATAN!!

Bab ini mengandung kata-kata vulgar. Bagi pembaca yang tidak nyaman, silahkan di skip saja. Harap bijak dalam membaca.

Cahaya matahari menyusup ke dalam kamar melalui celah-celah jendela. Tapi Langit dan Aurora masih setia bergelung di dalam selimut. Mereka berdua sama-sama kelelahan setelah melewati malam yang penuh dengan gairah.

Langit mengerjapkan mata karena silau matahari yang mengenai matanya. Lalu dia melihat Aurora yang masih tidur berbantal lengannya.

Langit membelai halus puncak kepala Aurora. Mencium dengan lembut. Kemudian dia melihat jam di ponselnya. Menunjukkan pukul 09.15.

Tak lama kemudian Aurora menggeliat. Langit kembali mengelus puncak kepala Aurora.

"Sudah bangun?" tanya Langit sambil tersenyum.

Aurora menjawab dengan anggukan kepala. Kemudian dia menatap tubuh Langit yang bertelanjang dada. Lalu menatap ke arah tubuhnya yang masih telan jang di balik selimut. Wajahnya langsung memerah padam karena malu.

"Kenapa wajahmu memerah? Apa kamu ingin mengulang lagi adegan semalam?"

Mata Aurora langsung melotot mendengar pertanyaan Langit.

"Tidak untuk saat ini Mas. Tubuhku rasanya remuk. Kita sudah melakukannya tiga kali!" Aurora memasang wajah cemberut.

Melihat Aurora yang cemberut sambil menahan malu, membuat Langit tertawa.

"Aku sudah memesan makanan. Sekarang mau mandi. Kamu lanjut tidur dulu gapapa." Lalu Langit bangkit dari tempat tidur menuju kamar mandi.

Melihat Langit masuk ke dalam kamar mandi, Aurora langsung berjingkrak. Dia tak percaya kalau semalam dia menghabiskan malam pertamanya dengan Langit.

"Aw! Ternyata nyeri juga" pekik Aurora setelah merasakan nyeri dan perih di bagian intinya.

Tak lama kemudian bel rumah berbunyi berbarengan dengan Langit yang keluar dari kamar mandi.

"Aku buka pintu dulu. Itu pasti pengantar makanan."

Segera Langit membuka pintu untuk pengantar makanan online. Setelahnya dia menata makanan tersebut di atas meja makan. Lalu kembali ke kamar mengajak Aurora makan.

"Aw!" pekik Aurora saat mencoba berdiri.

Melihat Aurora yang mengaduh, Langit segera berlari ke arah Aurora yang duduk di tepi ranjang.

"Kamu nggak apa-apa?"

"Apa-apalah Mas! Ini sakit banget buat jalan. Kayak ada yang mengganjal, perih dan nyeri banget!" Aurora mengeluarkan keluh kesahnya.

Langit menahan tawa melihat Aurora yang mengeluh kesakitan. Lalu mengulurkan tangannya. Menggendong Aurora ala bridal menuju kamar mandi.

"Mandi pakai air hangat aja. Biar nyerinya berkurang." ucap Langit setelah menurunkan Aurora di bawah shower. Aurora mengangguk. Lalu Langit pergi keluar dari kamar mandi.

Setelah hampir setengah jam di dalam kamar mandi, akhirnya Aurora keluar dengan mengenakan bathrobe. Sekarang dia sudah bisa berjalan dengan nornal. Meski masih sedikit nyeri tersisa.

"Sini aku keringkan rambutmu", ucap Langit yang melihat rambut Aurora masih basah.

Aurora duduk di depan cermin meja rias dan Langit mengeringkan rambut Aurora dengan hairdryer.

"Aku suka aroma coklat dari tubuhmu", bisik Langit. Membuat wajah Aurora merona.

Setelah rambut Aurora kering, mereka pun pergi ke ruang makan dan menyantap makanan yang sudah di pesan tadi.

Mereka makan tanpa banyak mengobrol. Setelah selesai makan, Aurora membereskan meja makan.

"Biar aku saja yang cuci piringnya. Kamu istirahat aja!", titah Langit sambil mendekat ke sink.

"Gak apa-apa Mas. Biar aku aja", Aurora meraih piring yang ada di tangan Langit.

Langit melepaskan piring yang ada di tangannya berpindah ke tangan Aurora.

Langit menyeringai karena mendapat sebuah ide mesum. Lalu dia mendekati Aurora.

"Mas!" Aurora tersentak kaget saat tangan Langit melingkar di perutnya.

"Hmm." Langit hanya menggumam. Lalu dia menyapu leher putih Aurora dengan bibirnya. Membuat tubuh Aurora merinding seketika.

"Mas aku lagi nyuci piring nih!" protes Aurora. Langit tak mendengarkan protes itu. Bibirnya masih menjelajah di kulit leher Aurora.

Lalu kedua tangan Langit merayap masuk ke dalam baju atas Aurora. Membelai halus perut datar itu, kemudian melepas pengait bra. Sehingga dua buah gundukan sintal itu terasa menggantung di tempatnya. Dan dengan cepat tangan Langit menyambar dengan kedua tangannya.

"Maasssh" de sah Aurora saat Langit memi lin puncak gundukan sintal yang mulai menegang.

Aurora meletakkan kembali piring kotor ke dalam sink. Takut kalau piring-piring itu akan terjatuh karena tubuhnya yang mulai bergetar karena sentuhan-sentuhan Langit.

"Bukankah sudah kubilang, biar aku saja yang mencuci piringnya?" bisik Langit di telinga kanan Aurora, lalu menji latnya.

Melihat tubuh Aurora yang bergetar, membuat Langit semakin bergairah. Dia mendekatkan tubuhnya ke tubuh belakang Aurora, lalu menggesekan miliknya yang sudah menegang ke bokong Aurora.

Aurora semakin mende sah saat Langit mencubit kecil puncak gundukan sintal miliknya. Tangannya mencengkeram tepian sink.

Langit melepaskan celana pendek milik Aurora, lalu membelai kulit paha Aurora yang terekspos.

Belaian tangan Langit tak berhenti di situ. Perlahan belaian itu naik ke atas lalu jemarinya menyusup di antara kedua paha Aurora.

"Aaah" de sah Aurora saat tangan Langit menekan ujung kli torisnya.

Langit menggerakkan dua jarinya di atas kli toris Aurora. Gerakan itu dimulai dengan tempo lambat, lalu perlahan naik tempo hingga cepat dan terus berulang. Menciptakan de sahan yang luar biasa dari bibir Aurora.

Tak lama kemudian, tubuh Aurora menggelinjang dan Aurora mendapat pelepasan pertamanya. Tubuhnya terkulai lemas dalam pelukan Langit.

"Mas jahil banget ya?!" protes Aurora.

"Tapi rasanya enak kan?" tanya Langit tanpa tahu malu. Aurora tak menjawab.

Aurora memang merasakan nikmat yang luar biasa setelah pelepasan tadi. Tapi dia tak mungkin mengiyakan pertanyaan Langit.

Langit dan Aurora saling memagut penuh gairah.

Langit membawa Aurora ke dalam pangkuannya dan duduk di kursi makan. Setelah sebelumnya Langit sudah menanggalkan celananya.

Segera Langit memasuki milik Aurora dengan posisi duduk.

Langit menyentakkan miliknya keluar- masuk. Membuat tubuh Aurora tersentak naik-turun. Dibarengi dengan desa han- de sahan nikmat dari keduanya.

"Aah.. Milikmu sempit sekali! Membuatku candu!" racau Langit.

Tak lama kemudian tubuh Aurora menggelinjang hebat dan Langit merasakan cairan hangat yang membasahi seluruh miliknya yang masih berada di dalam Aurora.

Melihat Aurora yang lemas, Langit memperlambat tempo gerakan pinggulnya. Dia mengusap punggung Aurora beberapa saat.

Kemudian Langit memagut bibir Aurora. Menurunkan tubuh Aurora dari pangkuannya dan membungkukkan tubuhnya di atas meja makan dengan posisi berdiri. Langit kembali memasuki tubuh Aurora dari belakang.

Mereka kembali memenuhi ruang makan dengan de sahan serta suara kulit yang saling bertepuk.

"Apa kamu menyukainya?" tanya Langit sambil terus menghentak-hentakkan miliknya.

Aurora hanya mengangguk dengan wajah yang memerah penuh gairah.

Tak lama tubuh Aurora kembali bergetar.

"Mas sepertinya saya mau keluar."

"Kita keluar bersama, ya?" Langit bergerak semakin cepat.

Dan akhirnya mereka melakukan pelepasan bersama.

Langit menyandarkan tubuhnya di atas punggung Aurora sambil menahan tubuh Aurora agar tak jatuh ke lantai. Karena kaki Aurora yang bergetar dan lemas.

Mereka kembali ke kamar dan berbaring karena lelah. Tak butuh waktu lama mereka pun terlelap.

Saat mereka terbangun, ternyata sudah sore. Dan olahraga ranjang pun berlanjut pada malam hingga dini hari.

Dahlah serah mereka aja. Namanya juga pengantin baru. Harap di maklumi, hihihi

Terpopuler

Comments

Anis Hasan

Anis Hasan

lanjut nie belum datang kekasihnya

2023-08-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!