Merried By Order
Krietttt......
Pintu ruangan kelas yang berada di belakang terbuka pelan, Gelsey mengintip ke dalam kelas, memperhatikan di depan kelas sana pak Sapto sedang mengajar tentang kompilasi hukum adat, kebetulan beliau sedang menulis materi kuliah di whiteboard.
Marsha atau biasa dipanggil Caca dan Arumi, kedua sahabat Gelsey itu duduk di barisan belakang, menoleh ketika mendengar deritan pintu di belakangnya.
Dengan jalan berjingkat dan mengendap, Gelsey melangkah menuju bangku kosong di sebelah Arumi.
Caca dan Arumi tersenyum masam dan menggeleng pelan melihat kelakuan Gelsey itu.
Pak Sapto menghadap ke mahasiswanya kembali dan menjelaskan materi yang ditulisnya tadi.
Semua mahasiswa tampak tekun menyimak dan menulis pada buku mereka, karena dosen yang sedang berdiri di depan sana termasuk salah satu dosen killer di fakultas ini yang suka melontarkan pertanyaan acak kepada mahasiswanya, bahkan sering memberi materi tambahan untuk mahasiswa pemalas.
"Sampai disini penjelasan dari saya, untuk materi bab berikutnya akan saya jelaskan dipertemuan kita selanjutnya," kata pak Sapto dari balik mejanya.
"Tolong daftar absensinya!" Perintah pak Sapto tegas.
Pak Sapto tampak memeriksa kertas absensi di tangannya dengan teliti, dosen galak itu bahkan seperti mengeja satu persatu nama mahasiswanya.
"Gelsey Ayu Pramesta!" panggil pak Sapto dengan suara keras.
"Saya pak." Dengan pede Gelsey mengangkat tangannya tinggi-tinggi.
"Absensi kamu saya coret!" ucap pak Sapto tegas tanpa belas kasihan.
"Aelah, kok dicoret sih pak? Masak saya udah dateng dan mengikuti kuliah tapi dianggap nggak masuk," ucap Gelsey memelas.
"Ikut kuliah cuman sepuluh menit aja bangga!" Ketus pak Sapto lalu membereskan mejanya dan berjalan keluar dari kelas.
"Pffftttt....." Caca dan Arumi menahan ketawanya mendengar perkataan pak Sapto tadi.
Bahkan hampir semua teman Gelsey melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Caca dan Arumi.
"Anj*r tuh bapak, belagu amat yak, mentang-mentang berkuasa jadi semena-mena sama mahasiswa," sungut Gelsey kesal.
"Lagian lo aneh Gel, udah tahu si bapak itu disiplin, masih juga coba-coba, kemana aja sih jam segini baru nyampai?" tanya Arumi sambil memasukan alat tulis ke dalam tasnya.
"Paling bangun kesiangan lagi," tebak Caca yang selalu tepat itu.
"Nah itu lo tahu," colek Gelsey ke dagu Caca sambil cengengesan.
Mereka nongkrong di tempat parkir sambil menunggu kelas selanjutnya yang masih beberapa jam lagi itu.
"Ntar malem clubbing yuk," ajak Gelsey.
"Sorry say gue absen dulu ya, kebetulan hari ini Steven Mamoto baru pulang dari Jepang," tolak Arumi.
"Bokap lo tuh!" ucap Caca sambil memukul lengan Arumi gemas.
"Hehehehehe," kekeh Arumi tanpa dosa.
"Yuk Ca temenin gue, udah dua minggu nih kita nggak absen ke Nirwana, nggak kangen lo," rayu Gelsey sambil mengedipkan mata untuk merayu Caca untuk menemaninya.
"Ini bukan malem minggu lho Nyet, ya kalik kita mau dugem sih," tolak Caca pelan.
"Tumbenan lo dugem terjadwal Ca, biasanya juga nggak liat hari," ucap Arumi sambil nyengir.
"Lho kagak tahu aja gimana sangarnya si Jack sekarang, bujut tuh mulut pedesnya ngelebihin sambel level geledek petir kilat." Caca meringis mengingat papanya yang semakin cerewet akhir-akhir ini.
"Anj*r ngatain gue, lo sendiri kurang ajar manggil bokap lo pakai nama doang." Cibir Arumi kesal, karena tadi sempet digeplak Caca yang panasnya masih terasa sampai sekarang di kulitnya.
"Iya bener, si Bramenda juga lama-lama nyinyir, segala macem dikomentarin, dikatain, bosen gue dengernya!" celetuk Gelsey kesal.
"Tahu diomelin kenapa masih nekat dugem mulu?" tanya Arumi sambil mengerutkan kening melihat tingkah Gelsey yang tak ada takutnya menghadapi papanya yang super duper galak itu.
"Gue kan butuh refresing Rum dari carut marutnya kehidupan yang bikin frustasi, lagian nih ya kasihan bokap gue, duit segitu banyaknya siapa yang mau ngabisin kalo bukan gue," sahut Gelsey sambil terkekeh.
"Be*o lho!" maki Caca sambil tertawa lepas.
Sementara tampak dikejauhan sana terlihat Rico sedang berjalan mendekat ke arah mereka.
Rico.... Casanova kampus yang juga pacar Gelsey dan musuh bebuyutannya Caca itu menyunggingkan senyum melihat Gelsey yang menatap memuja kepadanya.
Caca mendengus kasar, malas banget kalau cowok parasit banyak tingkah itu ikutan ngumpul bersama mereka.
Mukanya pasaran banyak tingkah yang membuat Gelsey bucin, kayak.... um... nggak ada cowok lain yang lebih menarik daripada dia.
"Parasit dateng!" ucap Caca lirih.
"Dih... lo gitu amat sih Ca ama cowok gue!" omel Gelsey tak terima.
"Emang parasit kan? Apalagi sebutan yang cocok untuk dia, ya nggak Rum?" tanya Caca menoleh ke arah Arumi yang hanya bisa mengangguk-anggukan kepala tanda setuju dengan ucapan Caca.
"Dia kan nggak pernah minta macem-macem ke gue Ca, gue sendiri yang suka ngasih-ngasih ke dia kok," bela Gelsey dengan nada tak terima jika kedua sahabatnya itu menjelekan Rico.
"Iya dia nggak pernah minta, cuman ngode lho doang biar lo beliin, jadi cewek jangan be*o kenapa sih Gel!" ketua Caca dengan suara datar.
"Biarin aja kali Ca, nanti kalo udah nyungsep karena sakit hati ma tuh cowok juga nyadar sendiri!" gumam Arumi pelan.
"Hai Yang," sapa Rico mesra setelah berada di depan Gelsey.
"Hai babe," balas Gelsey dengan wajah sumringah.
Caca memiringkan badannya melihat interaksi keduanya, menatap Arumi yang sedang asyik mengutak-atik ponselnya, men-scroll media sosialnya.
"Nanti ke club yuk babe," ajak Gelsey kepada Rico.
"Yuk," sahut Rico dengan semangat.
Caca memutar matanya malas, kalau Gelsey janjian sama Rico, sudah pasti Caca harus ikut, karena Caca tahu bagaimana Gelsey setiap berada di club dan mabuk, so untuk menghindari hal yang tak diinginkan maka Caca harus mendampingi Gelsey.
"Di club biasa kan?" tanya Rico.
"Iya." jawab Gelsey
"Lo ikutan kan Rum?"tanya Gelsey .
"Dibilangin bokap gue ada di rumah juga masih nanya ikutan atau nggak!" dengus Arumi kesal sambil merotasi kedua matanya.
Sebenarnya Arumi juga ingin pergi ke club buat refresing karena stress dengan keberadaan bokapnya yang sering standby di rumah belakangan hari ini.
Tapi meskipun Arumi butuh piknik tapi ia tak akan ambil resiko dengan kelayapan ke club kalau tak ingin di coret sebagai ahli waris harta ayahnya yang segunung itu.
"Cemen lo Rum!" ledek Gelsey.
"Ini bukan masalah cemen, ini masalah masa depan yang butuh pengorbanan," sahut Arumi asal.
"Kalo lo Ca, ikutan kan?" tanya Gelsey menoel pundak Caca pelan.
"Lihat ntar!" sahutnya judes.
Dan Gelsey pun bisa tersenyum lebar, tak sabar menunggu malam segera tiba.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
DEGEL JUGA NI OMA GELSEY.
2024-06-29
0
Mamah Kekey
pemula
2023-10-19
1
Amiera Syaqilla
/Good/
2023-10-13
0