Bab 5 : Rencana Perjodohan

Tak membuang waktu lama-lama, selepas kembali dari kantor Bram, Baskoro langsung meluncur menuju kantor sang anak.

Berkali-kali memantapkan hati, tapi Baskoro tak mungkin menolak permintaan Bram yang diutarakannya tadi, meski ia bukan orang tua yang suka memaksakan kehendak kepada anak-anak nya apalagi ini tentang pasangan hidup yang akan mendampingi mereka nantinya.

Langkah kaki Baskoro terayun menuju kantor Satria yang berada di lantai sepuluh gedung pencakar langit ini.

Ya meskipun Satria masih menyewa di tempat itu, tapi kemajuan perusahaan Satria yang luar biasa itu membuat dia ikut merasa bangga atas keberhasilan sang anak.

Seorang resepsionis menyambut kedatangan Baskoro yang memasuki kantor tersebut.

"Pak Satria ada kan?" tanya Baskoro sopan terhadap resepsionis di depannya.

"Ada bapak, mari silakan masuk," ucap gadis manis itu sambil membuka pintu ruangan yang menghubungkan front office dan back office.

Baskoro melewati kubikel-kubikel yang berjajar rapi tempat bawahan anaknya berkutat dengan pekerjaannya, semua mengangguk hormat kepadanya ketika Baskoro melintas.

Langkah Baskoro berhenti tepat di depan meja Winda.

"Win... Satria ada?" tanya Baskoro mengagetkan Winda yang sedang menunduk membaca laporan di atas meja.

"Eh bapak.... pak Satria nya ada pak, silakan masuk." Winda bangkit dari duduknya, melangkah di depan Baskoro, mengetuk pintu di depannya, dan setelah dipersilahkan masuk, Winda membuka pintu dan membiarkan Baskoro ke dalam ruangan Satria.

"Ayah.... " sapa Satria, dia berdiri lalu mencium punggung tangan Baskoro takjim.

Satria mempersilakan Baskoro untuk duduk di sofa yang berada di ruangan tersebut.

"Tumbenan ayah datang nggak ngabarin aku dulu?" tanya Satria.

"Ayah kangen Nak sama kamu, sejak tinggal di rumah sendiri, kamu jarang nengokin ayah sama bunda." keluh Baskoro membuka percakapan.

"Maaf Yah, aku sibuk banget belakangan ini, cabang yang di Surabaya sama Bali kan mulai running, jadi Satria sibuk bolak balik kesana," terang Satria merasa tak enak hati, masih tinggal di satu kota yang sama dengan orang tua tapi jarang bisa menjenguk mereka.

Tak berapa lama Winda masuk membawa nampan berisi dua cangkir kopi dan juga air putih.

"Thanks Win," ucap Baskoro sopan.

Setelah meletakkan cangkir di meja, Winda gegas keluar dari ruangan bosnya, meninggalkan bapak dan anak itu untuk melanjutkan pembicaraan mereka.

"Winda cantik ya Sat?" puji Baskoro kepada sekretaris anaknya yang memang cantik, tinggi, langsing dan pinter itu.

"Hah?!" sahut Satria kaget.

"Kamu nggak tertarik sama dia?" tanya Baskoro memancing perasaan sang putra.

"Aku nggak kepikiran sampai sana Yah, Winda hanya aku anggap sebagai sekretaris tak lebih."

Baskoro menghembuskan nafas perlahan, dari jawaban sang anak, Baskoro sudah bisa menebak kalau Satria belum bisa move on dari Karina mantan pacarnya dulu.

"Kenapa ayah tiba-tiba tanya masalah Winda, ayah lagi nggak nyoba ngejodohin aku kan?" tanya Satria tepat sasaran.

"Tadi ayah berkunjung ke kantor om Bram... " ucap Baskoro.

"Om Bramenda papanya Gavin maksud ayah?" potong Satria cepat.

"Iya nak siapa lagi kalo bukan om Bramenda yang itu," jawab Baskoro menganggukkan kepala.

Satria manggut-manggut mendengar ucapan ayahnya.

"Dia lagi pusing," ucap Baskoro pelan.

"Kenapa?" tanya Satria.

"Mikirin Gelsey."

"Gelsey?"

"Iya, Gelsey anak perempuannya."

"Lalu apa hubungannya sama aku Yah kok ayah nyeritain ke aku?" tanya Satria semakin tak paham dengan arah pembicaraan sang ayah.

"Dia mau ngejodohin kamu sama Gelsey."

"Tunggu deh Yah, Gelsey itu bukannya adik bungsu Gavin, bocah bau kencur itu?!" ucap Satria sarkas.

"Dia udah nggak mau kencur lagi, udah dua puluh tahun lho usianya," sahut Baskoro sambil terkekeh mendengar ucapan Satria yang menyebut Gelsey bocah.

"Tapi tetap saja masih muda Yah, usianya juga terpaut jauh sama aku, ya masak aku yang sudah matang begini mau dijodohin sama dia sih," dengus Satria tak suka.

"Tolong nak, kita sudah banyak berhutang budi sama om Bram, ayah harap kamu mau memikirkannya, ayah tak pernah memohon sama kamu kan?" bujuk Baskoro lembut.

"Ayah nggak sedang menjual aku kan?" tanya Satria dengan suara dingin.

"Nggak mungkin ayah menjual kamu nak, tapi ayah nggak enak hati menolak keinginan om Bram, dia sudah banyak berjasa sama keluarga kita, kita bisa seperti sekarang kan karena om Bram yang dulu mau mengulurkan tangan sama kita ketika semua orang membuang muka sama kita." Baskoro kembali membujuk anak lelakinya yang keras kepala dan berpendirian teguh itu.

Tampak wajah Satria seketika menegang, dia tak pernah menolak permintaan orang tuanya, sesulit apapun itu akan ia usahakan, tapi tidak untuk pendamping hidupnya.

"Jangan bilang kamu masih belum move on dari Karina." Kini giliran Baskoro mendengus kesal membayangkan anaknya ditinggal kabur oleh pacarnya itu, padahal mereka sudah merencanakan pernikahan yang tinggal dua bulan lagi itu.

"Ngapain sih sebut-sebut nama itu!" tegur Satria tak suka.

"Ya sudah kalo gitu, ayah cuma ingin kamu memikirkan hal ini, ingat sebentar lagi kamu berumur dua puluh delapan tahun, waktunya memikirkan menikah, yang kemarin nggak usah diinget-inget lagi oke, ayah pamit dulu kalo gitu."

Selepas kepergian ayahnya, Satria menatap ke atas plafon ruang kerjanya, tiga tahun telah berlalu, tapi rasanya masih sesakit ini ketika ia mengingat nama Karina.

Apa iya dia belum bisa move on dari wanita itu, yang jelas-jelas meninggalkannya demi mengejar lelaki cinta pertamanya itu.

Jujur Satria trauma dengan manusia bergender perempuan itu, saat ini menjalin hubungan dengan mereka bukan prioritas utama baginya.

Tapi menolak permintaan Bram juga bukan perkara sepele, Satria tahu bahwa Bram punya kuasa untuk memaksakan kehendak, apalagi pria itu sudah banyak menolong keluarganya dulu ketika terpuruk dan tak ada satupun yang mau mengulurkan tangan untuk membantu.

Satria tak tahu harus melakukan apa, hanya rasa hati yang tak ingin dikekang yang ada di benaknya sekarang.

Rasanya ingin melakukan sesuatu atas perjodohan ini, tapi apa?

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

NTAR ANAK LO JUGA DPT WANITA LBH TUA...

2024-06-29

1

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

BRU JLN 28 TH, JARAK DGN GELSEY MSH WAJAR, KIRA UDH 30++

2024-06-29

1

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

SATRIA ANAK TUNGGAL, NNTI DEVANO JUGA TUNGGAL, UNTUNG DEVANO PNY ANAK TINGGA DRI LETTA..

2024-06-29

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Di Kampus
2 Bab 2 : Clubbing
3 Bab Tiga : Kena Amuk
4 Bab 4 : Kedatangan sahabat lama
5 Bab 5 : Rencana Perjodohan
6 Bab 6 : Parasit
7 Bab 7 : Usaha membujuk Satria
8 Bab 8 : Tak sengaja bertemu
9 Bab 9 : Akhirnya Gelsey tahu
10 Bab 10 : Usaha pertama Gelsey
11 Bab 11 : Usaha tanpa hasil
12 Bab 12 : Gue kudu gimana?
13 Bab 13 : Gelsey pusing.
14 Bab 14 : Pusing? Party aja
15 Bab 15 : Akhirnya menyerah
16 Bab 16 : Pertemuan pertama
17 Bab 17 : Perjanjian pranikah
18 Bab 18 : Persiapan Pertunangan
19 Bab 19 : Hari pertunangan itu
20 Bab 20 : Pawangnya si boss
21 Bab 21 : Seserahan antik permintaan Gelsey
22 Bab 22 : Pacar si bos?
23 Bab 23 : Cincinnya bagus
24 Bab 24 : Prewedding
25 Bab 25 : The Wedding Day
26 Bab 26 : Tidur Bersama
27 Bab 27 : Suami dan aturannya
28 Bab 28 : Sang Paduka Raja
29 Bab 29 : Kursus Memasak
30 Bab 30 : Rasa itu mulai menyapa
31 Bab 31 : Melumer
32 Bab 32 : Undangan menginap di rumah mertua
33 Bab 33 : Tak sadar telah bucin
34 Bab 34 : Rico ketahuan
35 Bab 35 : Cemburu itu menyebalkan.
36 Bab 36 : Makanya jangan nethink
37 Bab 37 : Pagi dengan suasana baru
38 Bab 38 : Belum usai
39 Bab 39 : Pengacau
40 Bab 40 : (K)Satria berbaju hitam
41 Bab 41 : New Beginning
42 Bab 42 : Madu Cinta
43 Bab 43 : Kunjungan ke kantor suami.
44 Bab 44 : Sebucin itu ternyata.
45 Bab 45 : Ngapain kamu kesini
46 Bab 46 : Akhirnya Keluarga Tahu
47 Bab 47 : Aku takut mereka terlalu berlebihan.
48 Bab 48 : Kampus geger
49 Bab 49 : Lebih baik cuti dulu
50 Bab 50 : Rencana honeymoon
51 Bab 51 : Honeymoon
52 bab 52 : Dunia milik berdua, yang lain ngontrak
53 Bab 53 : Panggilan Sidang
54 Bab 54 : Tak Rela
55 Bab 55 : Salah paham.
56 Bab 56 : Masih marahan
57 Bab 57 : Pasangan labil
58 Bab 58 : Konfrontasi
59 Bab 59 : Konfrontasi 2
60 Bab 60 : Cantiknya luar dalam
61 Bab 61 : Usaha ini milik kita
62 Bab 62 : Vonis
63 Bab 63 : Usaha Karina
64 Bab 64 : Apa tega?
65 Bab 65 : Pengakuan Laura
66 Bab 66 : Serangan musuh dilancarkan.
67 Bab 67 : Ada apa lagi ini?
68 Bab 68 : Garis......
69 Bab 69 : Ujian dibalik anugerah
70 Bab 70 : Mencari fakta
71 Bab 71 : Papa akhirnya tahu juga
72 Bab 72 : Pada akhirnya semua keluarga tahu
73 Bab 73 : Merekatkan hati yang retak
74 Bab 74 : Melumer
75 Bab 75 : Terkuak juga
76 Bab 76 : Bad Move Karina
77 Bab 77 : Poor Karina
78 Bab 78 : Cinta memang se luar biasa itu
79 Bab 79 : Ngeblend dengan keluarga mertua
80 Bab 80 : Pertemuan Satria dan Bramenda
81 Bab 81 : Anugerah terindah
82 Bab 82 : Kabar dari Karina
83 Bab 83 : Epilog
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Bab 1 : Di Kampus
2
Bab 2 : Clubbing
3
Bab Tiga : Kena Amuk
4
Bab 4 : Kedatangan sahabat lama
5
Bab 5 : Rencana Perjodohan
6
Bab 6 : Parasit
7
Bab 7 : Usaha membujuk Satria
8
Bab 8 : Tak sengaja bertemu
9
Bab 9 : Akhirnya Gelsey tahu
10
Bab 10 : Usaha pertama Gelsey
11
Bab 11 : Usaha tanpa hasil
12
Bab 12 : Gue kudu gimana?
13
Bab 13 : Gelsey pusing.
14
Bab 14 : Pusing? Party aja
15
Bab 15 : Akhirnya menyerah
16
Bab 16 : Pertemuan pertama
17
Bab 17 : Perjanjian pranikah
18
Bab 18 : Persiapan Pertunangan
19
Bab 19 : Hari pertunangan itu
20
Bab 20 : Pawangnya si boss
21
Bab 21 : Seserahan antik permintaan Gelsey
22
Bab 22 : Pacar si bos?
23
Bab 23 : Cincinnya bagus
24
Bab 24 : Prewedding
25
Bab 25 : The Wedding Day
26
Bab 26 : Tidur Bersama
27
Bab 27 : Suami dan aturannya
28
Bab 28 : Sang Paduka Raja
29
Bab 29 : Kursus Memasak
30
Bab 30 : Rasa itu mulai menyapa
31
Bab 31 : Melumer
32
Bab 32 : Undangan menginap di rumah mertua
33
Bab 33 : Tak sadar telah bucin
34
Bab 34 : Rico ketahuan
35
Bab 35 : Cemburu itu menyebalkan.
36
Bab 36 : Makanya jangan nethink
37
Bab 37 : Pagi dengan suasana baru
38
Bab 38 : Belum usai
39
Bab 39 : Pengacau
40
Bab 40 : (K)Satria berbaju hitam
41
Bab 41 : New Beginning
42
Bab 42 : Madu Cinta
43
Bab 43 : Kunjungan ke kantor suami.
44
Bab 44 : Sebucin itu ternyata.
45
Bab 45 : Ngapain kamu kesini
46
Bab 46 : Akhirnya Keluarga Tahu
47
Bab 47 : Aku takut mereka terlalu berlebihan.
48
Bab 48 : Kampus geger
49
Bab 49 : Lebih baik cuti dulu
50
Bab 50 : Rencana honeymoon
51
Bab 51 : Honeymoon
52
bab 52 : Dunia milik berdua, yang lain ngontrak
53
Bab 53 : Panggilan Sidang
54
Bab 54 : Tak Rela
55
Bab 55 : Salah paham.
56
Bab 56 : Masih marahan
57
Bab 57 : Pasangan labil
58
Bab 58 : Konfrontasi
59
Bab 59 : Konfrontasi 2
60
Bab 60 : Cantiknya luar dalam
61
Bab 61 : Usaha ini milik kita
62
Bab 62 : Vonis
63
Bab 63 : Usaha Karina
64
Bab 64 : Apa tega?
65
Bab 65 : Pengakuan Laura
66
Bab 66 : Serangan musuh dilancarkan.
67
Bab 67 : Ada apa lagi ini?
68
Bab 68 : Garis......
69
Bab 69 : Ujian dibalik anugerah
70
Bab 70 : Mencari fakta
71
Bab 71 : Papa akhirnya tahu juga
72
Bab 72 : Pada akhirnya semua keluarga tahu
73
Bab 73 : Merekatkan hati yang retak
74
Bab 74 : Melumer
75
Bab 75 : Terkuak juga
76
Bab 76 : Bad Move Karina
77
Bab 77 : Poor Karina
78
Bab 78 : Cinta memang se luar biasa itu
79
Bab 79 : Ngeblend dengan keluarga mertua
80
Bab 80 : Pertemuan Satria dan Bramenda
81
Bab 81 : Anugerah terindah
82
Bab 82 : Kabar dari Karina
83
Bab 83 : Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!