Jam sembilan malam lebih beberapa menit, Gelsey mengendap keluar dari kamarnya, mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan mencari keberadaan papa dan mamanya yang agaknya belum tiba di rumah.
Dengan wajah sumringah, Gelsey melangkahkan kaki menuju ke garasi mobil, kesenengan karena niatannya untuk ke club malam ini tak menemui rintangan.
Mengendarai mobil perlahan, sampai di depan gerbang rumahnya, Gelsey membunyikan klakson mobilnya meminta mang Udin satpam yang jaga di rumahnya untuk membukakan gerbang untuknya.
Gelsey kembali membunyikan klakson mobilnya, karena mang Udin tetap diam di dalam pos tak juga membukakan gerbang untuk Gelsey.
Dengan perasaan marah, Gelsey keluar dari dalam mobilnya dan menghampiri Udin di dalam pos jaga.
"Mang... bukain gerbangnya!" perintahnya galak.
"Maaf non, tapi kata bapak, enon nggak boleh pergi malam-malam," sahut Udin gemetaran.
"Gue bilang bukain ya bukain!" teriak Gelsey lagi.
"Maaf non tapi mamang nggak berani melanggar perintah bapak, kalo bapak marah terus mamang dipecat gimana atuh non," tolak Udin dengan gemetaran.
"Oke kalo mang Udin nggak mau bukain gerbangnya, jangan salahin aku kalo aku tabrak tuh gerbang!" Ancam Gelsey emosi lalu masuk ke dalam mobilnya.
Gelsey menginjak gasnya dalam-dalam, sengaja belum memasukkan perseneleng, sehingga hanya suara bising yang keluar dari knalpot mobil Gelsey.
Karena takut terjadi sesuatu yang tak diinginkan dengan nona mudanya yang terkenal nekat itu, akhirnya dengan terpaksa Udin membukakan gerbang untuk Gelsey.
Mobil Gelsey melaju cepat meninggalkan rumah di belakangnya, menyisakan Udin yang hanya menatapnya nanar sambil mengelus dadanya pelan.
"Astaghfirullah.... non Gelsey sekarang begitu amat yak."
Gelsey terus memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju club langganannya yang berada di jantung kota ini.
Sesampainya disana Gelsey langsung memasuki club tersebut dan mengedarkan matanya mencari Rico atau Caca.
Hentakan music dan temaramnya lampu tak menghalangi pandangan matanya yang sedang menjelajah tersebut.
Tak melihat penampakan Rico ataupun Caca, akhirnya Gelsey melangkahkan kaki menuju sofa yang terletak di sudut ruangan.
Semua bartender dan pelayan disana menyapa Gelsey dengan ramah, siapa yang tak kenal dengan gadis itu bukan?
Anak seorang konglomerat yang bernama Bramenda Wicaksono dengan jajaran usaha yang menggurita dimana-mana.
Suara hentakan music mengalun dengan keras, mengiringi para pecinta dunia malam yang sedang berjoget menikmati kebebasannya.
"Rico dan Caca belum datang Tam?" tanya Gelsey kepada salah satu bartender yang ada di depannya menyuguhkan minuman kesukaan gadis itu.
"Belum sih Gel," jawab Tama dengan suara berteriak, agar suaranya tak tertelan kerasnya musik yang sedang dimainkan.
Tama sebenarnya tak ingin berbohong kepada Gelsey mengenai Rico, tapi kenyamanan tamu adalah prioritas setiap karyawan di club tersebut.
Dan Rico adalah salah satu tamu tetap disana, jadi sebisa mungkin Tama tak akan ikut campur urusan cowok itu.
Saat ini Rico sudah berada di tempat itu sejak tadi, dan sekarang cowok itu sedang bersenang-senang dengan selingkuhannya di salah satu kamar yang ada di lantai tiga gedung ini.
Sebenarnya Tama tak tega melihat Gelsey yang baik begini dipecundangi oleh cowok brengsek seperti Rico ini.
Gelsey meneguk cairan pekat di depannya, rasa terbakar langsung menyeruak di tenggorokannya.
Bosan menunggu Caca dan Rico yang belum juga menampakkan batang hidungnya, akhirnya Gelsey memutuskan turun ke lantai dansa mengikuti alunan musik yang dimainkan DJ di depan sana.
Slep....
Seseorang memeluknya dari belakang, Gelsey tersentak dan reflek menoleh ke belakang, dan ketika mengetahui siapa yang sedang memeluknya kini, senyum cerah terbit dari bibir Gelsey.
Cup....
Rico mengecup pipi mulus Gelsey sambil terus memeluk tubuh sang kekasih dan bergoyang mengikuti irama musik yang mengalun.
Tak sedikit mata menatap iri kepada Rico, cowok beruntung yang berhasil menaklukkan hati Gelsey, si gadis cantik anak dari konglomerat bernama Bramenda Wicaksono itu.
Lelah karena sejak tadi terus berjoget, Gelsey menarik tangan Rico untuk kembali ke tempat duduk mereka.
Disana sudah duduk Caca dengan rokok yang terselip di jarinya, dengan cuek Gelsey melambaikan tangan ke arah Caca yang memandang cowok disebelahnya dengan tatapan tajam.
Mereka duduk melingkar di sana, dengan Gelsey yang terus melingkarkan lengannya memeluk Rico dengan posesif.
Tanpa pembicaraan yang terucap dari bibir ketiganya karena Caca memang tidak respect terhadap Rico, yang sayangnya tak dipedulikan oleh cowok itu.
Dengan rakus Rico melu*at bibir Gelsey, hingga gadis itu ngos-ngosan karena pasokan udara yang tak sampai ke paru-parunya.
"Heh disini ada manusia lain!" maki Caca kesal, pasalnya Rico sengaja ingin mengejeknya dengan bermesraan bersama Gelsey.
Jujur sebagai sahabat Caca sering merasa khawatir jika melepaskan Gelsey untuk berduaan dengan Rico apalagi ke tempat seperti ini, makanya walaupun dia berat hati untuk menginjakan kaki di tempat seperti ini, tapi mau tak mau Caca akhirnya ikut juga kemari.
Gelsey menenggak lagi minuman pekat di depannya.
"Jangan minum banyak-banyak Gel, lo nggak mau kena omel om Bram kan?" tegur Caca menarik gelas yang berisi minuman itu dari tangan Gelsey.
"Udah biasa kalik gue kena omel, bokap gue kan nggak idup kalo nggak ngomel," sahut Gelsey cuek membuat Caca kesal lalu menggeplak kepala Caca.
"Sakit tahu Ca!" maki Gelsey dengan suara kencang.
"Lo kenapa sih?! Emak bukan, saudara bukan, suka ngatur-ngatur Gelsey!" ucap Rico mulai jengah dengan tingkah posesif Caca.
"Kenapa emang?! Lo nggak suka?! Oh gue tahu maksud lo, biar lo bisa ngelecehin temen gue kan kalo dia mabuk, jangan lo kira gue nggak tahu kelakuan busuk lo itu!" ucap Caca dengan suara dingin.
"Heh dia cewek gue, suka-suka gue mau ngelakuin apa!" bentak Rico tak terima.
"Ba*ot digedein lo, nggak kemakan ama gue drama lo," balas Caca.
Sementara keduanya sedang berdebat kusir, tanpa mereka sadari Gelsey terus menenggak minuman yang ada di hadapannya.
Hingga tiba-tiba.... bruk.... kepala Gelsey terkulai di atas meja.
"Astaga nyusahin amat sih lo Gel!" maki Caca kesal dengan tingkah sahabatnya itu.
Mengacuhkan keberadaan Rico, Caca memanggil Tama.
"Tam.... Tama.... bantuin gue angkat Gelsey ke mobil."
Tanpa pikir dua kali Tama langsung mengangkat tubuh Gelsey ke dalam mobil tak mempedulikan Rico yang berdiri di sampingnya.
"Thanks Tam," kata Caca lalu menyerahkan beberapa lembar uang kemerahan ke tangan Tama.
Dengan gemas Caca yang berada di balik kemudi menyentil kening Gelsey yang tertidur lelap di sampingnya.
"Kalo om Bram tahu bisa berabe nih," Caca bergumam sendiri sambil melajukan mobil menuju rumah Gelsey.
Pagar hitam tinggi itu telah nampak di hadapan Caca, dengan dada berdebar Caca membuka kaca jendela mobil, mang Udin yang paham mobil itu langsung membuka gerbang tinggi tersebut.
Dan di sana di teras itu berdiri sosok Bramenda yang menatap nyalang ke arah mobil yang masuk perlahan ke garasi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
GADIS BANDEL NI SI GELSEY MUDA..
2024-06-29
0
Sulaiman Efendy
JIAAHHHH GK PERAWAN TUH BIBIR GELSEY, DICIUM PRIA YG ABIS CIUM WANITA SLINGKUHANNYA, SATRIA NNTI DPT BEKAS
2024-06-29
1
Sulaiman Efendy
NI CALON MAMANYA DEVANO, CALON BESAN VITA & MAMAT, PREMPUAN KOQ MAINANNYA DICLUB, TRUS MINUM2 ALKOHOL, UDH2 JELAS2 DIHARAMKN OLEH ALLAH.. CBA PAS MABUK DI LECEHKN ORG..GK MIKIR KSANA
2024-06-29
1