Pembalasan Istri Yang Kau Anggap MANDUL
"Kok pulangnya malam terus sich Mas?" protes Rayya karena sudah seminggu sang suami pulang larut malam. Selama seminggu itu juga hampir setiap malam selalu menunggu sampai tertidur di sofa karena tak kuat menahan kantuk.
"Aku sibuk!" jawabnya ketus.
"Tapi kata Papah sedang tidak ada proyek baru minggu-minggu ini Mas."
Reza dengan cepat menoleh ke arah Rayya, dia melangkah mendekati sang istri kemudian mengapit kedua pipi Rayya dengan kuat hingga wanita itu meringis kesakitan.
"Ma... As." Begitu kuat cengkeraman jemari Reza hingga membuat Rayya kesulitan untuk berbicara. Ekor matanya nampak basah, dia pun terkejut dengan perlakukan kasar sang suami yang belum pernah ia dapatkan sebelumnya.
"Untuk apa kamu bertanya pada Papah? Aku yang memimpin perusahaan itu sekarang, bukan Papah kamu lagi! Jadi aku yang tau ada atau tidak proyek di sana bukan Papah kamu yang hanya terima beres saja!"
"Aakkkhh..." Rayya hampir terjatuh setelah sang suami menyentakkan tangannya dengan mendorong wajah putih yang kini sudah memerah. Air mata Rayya tak dapat ia bendung lagi. Bahkan Rayya dengan mudah terisak karena hatinya begitu sakit mendapatkan perlakuan kasar untuk pertama kali dari sang suami.
"Sebaiknya kamu tidak perlu ikut campur masalah pekerjaanku! Tugas kamu sebagai istri itu memikirkan bagaimana caranya kamu bisa kasih aku keturunan, bukan malah merusuh urusan suami!"
"Tapi Dokter menyatakan aku baik-baik saja Mas. Kita bisa sama-sama program dan datang ke rumah sakit. Kamu pun belum melakukan cek kesehatan kan?"
PLAK
"Kamu anggap aku mandul? Ingat Rayya, aku tegaskan pada kamu. Keluargaku tidak ada yang mandul! Mungkin kamu yang tidak subur, dan bisa jadi pengecekan dari dokter kamu buat-buat, hanya karena kamu tidak ingin di anggap mandul. Padahal sebenarnya kamulah yang mandul. Dasar istri tidak berguna!" sentak Reza tepat di telinga Rayya.
Reza segera meraih jas dan tas kerjanya, tak lupa kunci mobil lalu meninggalkan kamar dengan membanting pintu kamar.
Rayya terjingkat mendengar suara pintu yang begitu memekakkan telinga. Isak tangisnya semakin kencang setelah sang suami pergi tanpa pamit.
Dua tahun menikah, baru kali ini Rayya merasakan tindak kekerasan dalam rumah tangga. Bukan hanya batin tetapi raganya pun ikut sakit.
Reza pria yang menikahinya dengan restu tak seluas samudra dari sang Papah ternyata berperingai kasar setelah sang Ibu mertua ikut tinggal di rumah mereka. Pria yang tidak pernah bermain tangan, tetapi pagi ini telah membuat pipi Rayya memerah.
Sebelumnya Reza adalah suami yang lembut dan pengertian. bahkan bisa merebut hati sang Papah hingga Reza yang hanya karyawan biasa, kini bisa menjabat sebagai CEO di perusahaan menggantikan Papah Tio yang sudah ingin pensiun dan menimang cucu.
Rayya mengusap air matanya dengan lembut, dia menarik nafas dalam sebelum akhirnya keluar kamar dan turun menuju meja makan.
"Ngapain saja kamu? Sudah tau suami mau berangkat kerja, bukannya disiapkan sarapan malah berlama-lama di kamar," oceh Bu Hanum, ibu mertua Rayya yang keberadaannya membuat suasana rumah semakin memanas.
"Iya Bu, maaf! Rayya bersih-bersih dulu tadi." Rayya segera mengambilkan makan untuk Reza yang hanya diam tanpa membela. Pria itu sibuk dengan ponselnya dan segera makan setelah Rayya selesai mengambilkan makanan untuknya.
"Selalu saja minta maaf, tetapi usahanya nol. Jangan lupa kamu minum jamu yang sudah Ibu siapkan! Sepertinya bulan ini kamu belum datang bulan. Kita lihat nanti hasilnya ya, karena semua anak dari teman Ibu berhasil. Bahkan ada yang langsung memiliki anak kembar. Berarti kamu juga kemungkinan manjur minum obat itu," ucap Ibu Hanum yang tiba-tiba berubah sikap menjadi begitu bersemangat.
"Doakan saja Bu, semoga berhasil!" ucap Reza.
"Tentu saja, kalau sampai tidak berhasil berarti memang istrimu saja yang bermasalah," sahut Ibu Hanum dengan menatap sengit Rayya yang hanya diam menundukkan kepala.
Rayya tak sanggup lagi berkata-kata, hatinya begitu sesak bahkan ia serasa tidak sanggup setiap hari harus diperlakukan kurang menyenangkan seperti itu.
Terlebih sudah hampir satu tahun Rayya harus meminum berbagai macam jamu dengan rasa yang tidak mengenakkan di lidah. Jamu yang selalu disiapkan oleh sang Ibu mertua untuk kesuburan kandungannya.
"Kamu dengar tidak Rayya?" sentak Ibu Hanum.
"Rayya dengar kok Bu," lirih Rayya dengan air mata yang sudah hampir terjatuh. Perlakuan ini sangat menyakitkan bagi Rayya. Wanita yang begitu lembut dan diperlakukan baik dalam keluarganya, kini harus merasakan perlakuan semena-mena dari sang suami dan ibu mertua yang semakin hari semakin menjadi.
"Aku berangkat Bu, nantu aku transfer uangnya untuk Ibu arisan."
Ibu Hanum yang sejak tadi begitu emosi dan manatap sengit pada menantunya, tiba-tiba berubah sumringah setelah Reza mengatakan akan mentransfer uang.
"Oke, janji hati-hati ya Nak! Kerja yang giat agar bisa terus membahagiakan Ibu. Ingat! Surga di telapak kaki Ibu. Bukan istrimu yang kerjaannya hanya melamun di rumah tanpa memikirkan cara menghasilkan anak!" celetuk Ibu Hanum dengan melirik Rayya yang kini siap mengantarkan putranya sampai halaman, seperti kebiasaan yang selalu Rayya lakukan setiap hari.
"Sudah Bu! Kasihan istriku, banyak pikiran juga menganggu kehamilan bukan?"
"Ya, tapi khusus istrimu tidak. Hanya makan tidur saja kerjaannya kok banyak pikiran. Mikir apa dia? Hutang? keterlaluan jika sampai diam-diam punya hutang, padahal kamu mencukupi segala kebutuhannya tanpa kekurangan!" ucap ibu Hanum jilid.
Rayya menghela nafas berat, dia menyurut air mata dan melangkah lebih dulu keluar rumah. Hati wanita itu serasa tidak sanggup mendengar semua ucapan sang ibu mertua.
"Aku berangkat Bu, yang akur dengan Rayya! Walau bagaimana pun, aku bisa seperti sekarang karena dia." Reza segera mengecup tangan dan kening sang Ibu, lalu melangkah keluar rumah.
"Memang kamunya saja yang membawa rejeki," gumam Ibu Hanum, dan kembali meneruskan sarapan yang sempat tertunda
Sampai di teras Rayya menatap sang suami dan merapikan dasi Reza dengan senyum yang ia sematkan. Senyum kegetiran yang begitu menyakitkan tetapi tak membuat Reza mengerti jika pagi ini dirinya begitu sedih.
"Sudah! Aku harus buru-buru berangkat, ada meeting pagi ini." Reza menepis tangan Rayya lalu mengulurkan tangannya untuk dicium oleh Rayya dengan lembut.
"Mas, uang belanja habis. Bisa nanti sekalian transfer ke rekeningku juga?" tanya Rayya penuh harap karena memang dia harus belanja bulanan hari ini.
"Kamu memang bisanya minta saja. Baru dua Minggu aku transfer tetapi sekarang sudah minta lagi! Istri yang baik itu harus bisa mengatur keuangan dengan benar. Bukan terus menengadah tangan," sewot Reza.
Rayya menggelengkan kepala mendengar ucapan sang suami. Begitu terlihat perbedaan Reza dalam memberikan jatah padanya dan Ibu mertua. Padahal dulu tidak begini, tetapi sekarang Reza terlihat perhitungan sekali.
"Tapi Mas, semua bahan-bahan masakan di kulkas sudah habis. Aku tidak bisa masak jika tidak ada apa-apa. Uang belanja dua Minggu yang lalu sudah aku belanjakan untuk kebutuhan sehari-hari, dan..."
Reza tidak memperdulikan ucapan Rayya, dia segera melangkah menuju mobil dan pergi tanpa menyematkan kecupan di kening yang sudah hampir tiga bulan sudah terlupakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Ita rahmawati
ya ampun trnyata ceritanya bikin pengen nendang tuh laki sm mertuo gk tau diri gk sadar diri dn gk lupa diri 🤣
2024-09-30
0
guntur 1609
mngkn jamu yg diberikan adalah jamu pengering kandungan
2024-09-26
0
guntur 1609
dasar manusia tak tahu diri. karyawan biasa saja. sok sok an. hempaskan sja ketemoat samoah
2024-09-26
0