Kedua tangan Rayya terkepal menatap adegan panas di depan mata. Hilang sudah cinta dan air mata, yang tersisa kini hanya emosi dan rasa ingin membalas dendam.
Di sana Reza tengah bercumbu mesra sampai tak mendengar suara gaduh di ambang pintu. Padahal suara jatuhnya wadah nasi dan berkas yang ia genggam cukup ribut. Namun, tak membuat dua pasang telinga suami dan selingkuhannya yang sedang sibuk bertukar saliva, mendengar dan melepas pagutan mereka.
Reza dan wanita itu seakan tuli, keduanya bergerak semakin liar dengan tangan yang mulai tidak bisa diam. Sungguh hal itu membuat Rayya muak dan serasa ingin muntah.
Rayya tersenyum tipis dengan terus mengepalkan kedua tangannya. Rasa sakit hampir membuat hatinya mati dan kini yang ia inginkan adalah mencekik Reza dengan perlahan hingga mati dalam genggaman.
Pak Hamzah menghela nafas berat dan segera segera mendekat dan membereskan berkas serta meminta cleaning service untuk membersihkan makanan yang tumpah.
"Sejak kapan Pak?" lirih Rayya.
Pak Hamzah terjingkat karena Rayya yang tiba-tiba sudah menutup pintu dan berdiri bersedekap tangan dihadapannya. Beliau segera beranjak dan berdiri sejajar dengan Rayya.
"Maaf Bu, belum lama. Baru enam bulan belakangan ini."
Rayya terdiam tampak berpikir, pantas saja jika sikap suaminya menjadi kasar dan berubah menjadi suami yang perhitungan. Ternyata, karena sudah mengenal kenikmatan di luar. Sedangkan, di rumah Reza selalu mengamuk karena tak diberi anak.
"Ikut saya, Pak!" tegas Rayya.
"Baik Bu."
...****************...
Sampai di rumah, Rayya tetap mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga tanpa terlihat raut wajah kesedihan. Tak lupa ia memasak untuk mertua dan suaminya. Hingga malam semua berkumpul di meja makan dengan Reza yang terlihat begitu sumringah.
"Tumben kamu masak banyak Rayya? Ada apa? Kalau begini bagaimana mau irit, pasti kamu meminta uang belanja terus sama anak Ibu," ucap mertuanya dengan tatapan sengit. Namun, Rayya hanya tersenyum dan enggan untuk menanggapi.
"Bisanya hanya menghabiskan uang belanja saja, tidak memikirkan bagaimana suami kamu susah payah mencarinya," lanjut Ibu Hanum yang belum puas berbicara dan terus memojokkan Rayya.
Rayya hanya menatap jengah sang Ibu mertua yang rajin sekali protes. Mulut beliau tidak bisa berhenti menghina dengan terus mengunyah makanan. Rayya melirik piring Ibu Hanum, piring itu terisi penuh dengan semua makanan yang Rayya sajikan.
"Benar kata Ibu, tumben kamu masak banyak?" tanya Reza yang ikut heran.
"Anggap saja ini masakan terakhir yang aku masak, jadi jangan sampai tersisa karena istrimu yang hanya tau urusan dapur dan wanita mandul, mulai besok akan lebih sering di luar rumah dari pada dasteran mengurus rumah."
Rayya segera beranjak dari tempat duduknya meninggalkan Reza yang nampak terperangah tak mengerti dengan maksud dari perkataan Rayya.
"Hei! Makanan kamu belum habis, duduk dan habiskan dulu!" titah Reza meminta Rayya untuk kembali duduk.
"Aku sudah kenyang, jadi silahkan habiskan semua makanan ini! Terlebih kamu Mas, karena untuk pekerja keras seperti kamu perut harus kenyang. Apalagi kamu bekerja siang dan malam mengeluarkan banyak keringat. Pasti butuh banyak asupan bukan?" Rayya tersenyum manis dan segera melangkah menaiki anak tangga menuju kamar.
"Istri kamu kenapa?" tanya Ibu Hanum heran, beliau merasa sikap Rayya tak seperti biasanya. Terlihat datar dan cuek, belum lagi dengan menu yang tersaji di atas meja. Seperti sedang ada acara perayaan sesuatu.
"Aku tidak tau, Bu." Reza segera menghabiskan makannya dengan terus mencerna ucapan sang istri.
...****************...
Pagi ini Reza terbangun setelah merasakan sentuhan lembut di pipinya. Dengan mata yang masih tertutup Reza tersenyum dengan menyentuh jemari Rayya.
"Sayang, aku masih mengantuk sekali. Belum puaskah? Nanti ya, aku lanjut tidur dulu."
Rayya mengerutkan dahi mendengar jawaban dari Reza. Dia kembali membangunkan pria itu dengan menepuk pipi suaminya lagi.
"Mas..."
"Iya Nora sayang, aku bang_" Reza tak lagi meneruskan kata-katanya. Kedua mata pria itu membola dengan mulut terbuka.
"Rayya, kamu..."
" Siapa Nora, Mas?" tanya Rayya dengan tatapan penuh tanda tanya. Entah mengapa rasanya begitu sayang untuk air matanya terurai di pagi ini. Meskipun dadanya terasa sesak mendengar sang suami memanggil nama wanita lain. Namun, Rayya tidak ingin meratapi nasib karena pengkhianatan sang suami.
Jika kemarin dia sangat rapuh dan bersedih karena tidak kunjung mendapatkan anak hingga dicap mandul oleh suami serta Ibu mertua. Namun, setelah dia melihat sendiri sang suami berselingkuh. Rasanya sudah cukup rasa sakit yang suami dan mertuanya torehkan. Reza memang bukan pria baik seperti yang dikatakan Papahnya.
"Nora..."
"Kamu terlalu licik, Mas. Setelah kamu menduduki kursi CEO di perusahaan Papahku, kamu tega berselingkuh. Kamu sehat, Mas? Kamu begitu perhitungan sama aku, memaki aku sesuka hati kamu dan sekarang kamu berkhianat. Bagaimana jika Papah tau kelakuan kamu? Menjadikan perusahaannya sebagai tempat untuk berzina dan bersenang-senang."
Reza segera beranjak dari kasur, dia turun dan berdiri dihadapan Rayya. "Sudah pandai kamu menuduhku. Selain mandul kamu juga pandai memfitnah suamimu! Dasar istri kurang ajar!" sentak Reza.
Rayya tersenyum miring dengan bersedekap dada. Wanita itu memasang wajah menantang dengan tatapan sengit.
"Menuduh? Bagaimana jika aku punya bukti perselingkuhan kamu, Mas? Hhmm?"
"Berani kamu sama aku?" sentak Reza dengan rahang mengeras. Dia ingin meraih rambut Rayya namun dengan cepat sang istri menepisnya.
"Cukup kamu menganggapku mandul, tapi sepertinya kamu lupa jika istrimu ini tidak bodoh?" Rayya tersenyum miring dan segera meraih tas serta kunci mobilnya.
"Mau kemana kamu?" tanya Reza dengan menarik lengan Rayya.
Rayya tersenyum menoleh ke arah Reza, perlahan tangannya melepas cengkeraman jemari yang cukup menyakiti lengannya.
"Aku ingin kembali bekerja," jawab Rayya tegas.
"Siapa yang memperbolehkan kamu bekerja? Kurang uang yang sudah aku berikan? Atau memang kamu sudah tidak betah menjadi ibu rumah tangga? Makanya hamil, biar ada kerjaan dan bisa membahagiakan suami. Dasar Mandul."
"Cukup, Mas! Terserah kamu mau bicara apa, aku tidak peduli. Mulai hari ini aku akan tetap bekerja, dan aku tidak butuh ijin dari suami pengkhianat seperti kamu!" ucap Rayya dengan nada meninggi membuat Reza tak habis pikir dengan perubahan sikap Rayya yang begitu tiba-tiba.
"Berhenti atau aku akan marah!" sentak Reza kembali menarik tangan Rayya hingga tubuh wanita itu terpental ke dada bidang sang suami.
Wajah Rayya merona, bukan karena posisi dengan Reza yang begitu lekat. Namun, Rayya mendadak jijik dengan Reza karena teringat akan kelakuan pria itu dengan wanita simpanannya.
Buru-buru Rayya melepaskan diri dan melangkah mundur dengan mengusap kasar tubuhnya yang menyentuh tubuh sang suami.
"Tubuhmu terasa beda, Mas! Tak sehangat dulu sebelum jatahku kamu bagi dengan wanita lain!" Rayya kembali melangkah keluar. Dia tidak peduli jika Reza akan marah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Budi Paryanti
bagus rayya jangan jadi wanita lemah dan cengeng, menghadapi suami dan mertua kaya gt harus tegar dan tangguh.....lebih baik hidup sendiri dari pada status xa ajj istri dan kenyataan xa cuma jadi boneka yg di caci maki dan di hina se enak xa,padahal mereka numpang hidup ama keluarga mu tapi g tau diri
2024-04-03
3
Yuliana Purnomo
semangat Rayya
2024-02-21
0
Dinda Indah
ahirx rayya bangun dr tidurx .. 🤦♀️
2024-01-20
3