Bab 12

Rayya membuang muka dengan wajah merona. Malu, itulah yang ia rasakan saat ini tetapi perkataan Raditya membuatnya mendadak berpikir keras. Dia kembali menoleh ke arah Radit dengan helaan nafas kasar.

"Masa Iddah terlalu lama untukku, aku ingin cepat hamil. Tidak mungkin aku membiarkan Mas Reza semakin menggerogoti hartaku dan bertindak semakin menjadi-jadi. Jika kamu tidak bisa, katakan! Bukan malah mempersulit saya!"

Rayya segera meraih tasnya dan keluar dari kamar Radit dengan kesal. Bukan ini yang ia inginkan, dia seakan mengemis pada pria yang sangat berpegang teguh pada keyakinanya. Sedangkan Rayya ingin cepat membungkam mulut jahat mantan suami dan ibu mertua yang bermulut pedas.

BRAK

Pintu kembali tertutup saat Rayya ingin keluar. Wanita itu terjingkat dengan menatap tajam wajah Raditya yang terdiam menatap tangannya sendiri yang menutup pintu kamar dengan tiba-tiba.

"Apa yang akan anda lakukan?" tanya Radit dengan wajah datar.

"Mencari penggantimu!" jawab Rayya singkat tetapi cukup membuat Raditya terkejut. Kedua mata pria itu seakan tidak terima dengan jawaban Rayya. "Kenapa? Saya hanya butuh dibuahi untuk membuktikan jika saya tidak mandul, bukan mengemis ingin dinikahi!" lanjut Rayya dengan lantang.

"Segitu besar rasa sakit hati anda sampai akal sehat anda tertutup oleh dendam? Tidak bisakah sedikit bersabar agar semua berjalan sebagai mana mestinya tanpa ada kesalahan yang fatal dan membuat situasi semakin parah?"

Rayya menghela nafas berat, dia tidak menyangka akan berurusan dengan pria yang justru memperlambat langkahnya. Rayya tersenyum miring dengan terus menatap lekat ke arah Raditya. Dia mengikis jarak dengan tatapan meremehkan.

"Memangnya kamu tau apa dengan rasa sakit hati ini? Kamu tidak tau rasanya difitnah dan diinjak-injak harga dirinya! Kamu tidak tau rasanya melihat orang yang kamu cinta berkhianat dan mendua, bahkan tega menikah di depan mata. Kamu tidak tau rasanya berdiri sendiri membela diri di antara orang-orang yang menjatuhkan dan menganggapku tak berguna! Kamu tidak tau apa-apa dengan hancurnya hidup saya!"

Rayya begitu emosi, bahkan ia mendorong tubuh Raditya dan memukul dadanya meluapkan rasa sakit yang sangat menyiksa. Luka di hatinya masih sangat menganga dan butuh obat untuk menghilangkan perih yang sangat menyiksa batin.

"Tapi semua butuh pemikiran yang sehat dan melangkah tanpa gegabah. Cara anda seperti ini kelak akan menjadi boomerang untuk diri anda sendiri. Tenangkan dulu pikiran anda! Saya tau hati anda sakit, tidak mudah melewati ini semua, tetapi emosi akan membuat anda semakin terpuruk dan hancur! Dendam tak akan menyelesaikan masalah, tapi jika memang diperlukan maka melangkahlah dengan benar." Raditya menghela nafas panjang dan menatap sekilas wajah Rayya dengan hati tak karuan.

"Jangan meninggalkan norma agama yang akan merugikan anda dan membuat kecewa keluarga! Ingat orang tua, bagaimana jika mereka tau anda memiliki anak dari hasil yang tidak jelas? Bukan hanya mereka, bahkan saya pun akan menyalahkan perbuatan anda dan hidup anda akan semakin hancur. Pria itu dan Ibunya akan bersorak dan semakin menyudutkan, sia-sia sudah apa yang anda lakukan dan pertaruhkan. Harga diri anda semakin tak ada nilanya. Bukan hanya di mata mereka, tetapi juga di mata masyarakat," ucap Raditya lembut, dia berharap bisa merubah pemikiran Rayya. Menjadikan wanita itu kembali pada jati dirinya yang sesungguhnya dan bisa mengontrol emosi agar tak diperbudak oleh dendam.

Tubuh Rayya luruh ke lantai dengan air mata yang tak dapat ia tahan. Wanita itu sadar jika hidupnya telah berantakan dan sedang berupaya bangkit tetapi masih begitu sulit.

Rayya sadar, sikapnya salah. Caranya tak dibenarkan karena dendam di hatinya lebih besar hingga ia lupa akan orang tua yang sudah ia buat kecewa. Terlebih jika beliau tau kelakuan Reza yang sesungguhnya. Sudah pasti mereka pun ikut terpuruk melihat nasib anak perempuannya.

"Sakit Radit! Yang saya tau hanya memberi pembuktian agar mereka menyesal telah menuduh saya mandul. Belum lagi kecurangan yang Mas Reza lakukan, dan saya harus bertanggung jawab atas itu semua."

"Melangkah dengan tepat, Bu Rayya! Saya akan membantu Ibu. Selesaikan dulu yang lebih penting selagi menunggu masa Iddah anda selesai! Ibu butuh banyak bukti untuk menjatuhkannya agar ketika mantan suami Ibu menyerang balik, Ibu kuat dengan semua data yang telah anda kumpulkan."

Rayya mengangkat kepalanya menatap Raditya dengan wajah sendu tetapi terselip senyum. Dia bangkit dan ingin memeluk tubuh Radit tetapi dengan cepat pria itu menghindar dengan melangkah mundur.

"Maaf Bu, bukan saya menolak, hanya saja saya takut khilaf. Kelak saya akan menjadi sandaran untuk Ibu dan memeluk tanpa Ibu minta."

Rayya tercengang mendengar ucapan Radit, dia yang sedang kalut tetapi begitu beruntung saat sadar jika adanya Raditya memberi dukungan dan semangat baru. Rayya ingin mengekspresikan diri dengan memeluk Raditya. Dia lupa jika pria itu sangatlah menjaga diri dari wanita yang belum muhrim untuknya.

Wajah Rayya seketika merona, imagenya sebagai Bos hancur sudah di depan Raditya. Dia segera membuka pintu dan keluar dari sana menuju kamar apartemen miliknya. Namun, Rayya sempat menghentikan langkahnya dan melirik Radit yang juga menoleh hingga pandangan keduanya bertemu.

"Terimakasih untuk wejangannya, Pak Raditya. Silahkan bersiap ke kantor dan tunggu saya di basemen karena hari ini saya tidak ingin membawa mobil!" Rayya kembali melangkahkan kakinya tanpa menunggu jawaban dari Raditya.

Raditya mengulum senyum melihat Rayya yang salah tingkah dengan wajah merona. Dia menutup kembali pintu kamar apartemennya dan segera bersiap, tetapi sebelumnya Raditya membuka ponselnya untuk mengecek sesuatu dan mengirimkan pesan kepada seseorang.

Rayya masuk ke dalam kamar apartemennya dan segera berendam di bathtub .Masih ada waktu untuk mendinginkan pikiran serta menenangkan hatinya. Tanpa ia sadar jika di dalam tas, ponselnya terus bergetar menampilkan foto Reza.

Setelah tiga puluh menit menenangkan pikiran dan bersiap, kini Rayya sudah rapi dengan setelan baju formal. Dia melangkah menuju basemen menghampiri Raditya yang berdiri di samping mobilnya.

"Silahkan, Bu Rayya!" ucap Raditya yang bergerak cepat membukakan pintu untuk Rayya saat sadar wanita itu sudah datang.

Rayya menghentikan langkahnya dan melirik pintu mobil yang terbuka tetapi tak ada niat ingin masuk ke dalam.

"Kamu itu asisten saya, bukan supir pribadi. Di depan saja!" sahut Rayya yang kemudian melangkah menuju pintu depan dan masuk tanpa menunggu Raditya membukakan pintu untuknya.

Raditya mengulum senyum, dia menutup kembali pintu mobil belakang dan segera masuk mobil menyusul Rayya.

"Maaf Bu, bahkan saya lupa jika saat ini saya calon suami Ibu," lirih Raditya, sontak membuat Rayya menoleh ke arahnya.

"Memang kamu sudah melamar saya? Tadi menolak sekarang mangakui dengan sesuka hati. Bukankah kamu meminta saya melewati jalurnya dengan benar? Lakukan sesuai prosedur Bapak Raditya. Baru memberi tanda jika saya calon istri anda!" lirih Rayya dengan tegas.

Terpopuler

Comments

Budi Paryanti

Budi Paryanti

salut ama raditya 👍🏻👍🏻

2024-04-04

0

TriAileen

TriAileen

Raditya orang berada pasti

2024-03-18

0

sherly

sherly

salahmu sendiri ngk mau ngomong Ama keluargamu.. oon banget kamu rayya

2024-02-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!