Bab 13

Sampai di kantor, Rayya segera masuk ke ruangannya. Baru ingin menutup pintu Rayya sudah ingin kembali keluar lagi tetapi dapat ditahan oleh tangan kekar seseorang yang sangat ia hindari.

"Lepas, Mas Reza!"

"Tidur dimana kamu semalam?" tanya Reza dengan mencekal lengan Rayya dengan tatapan tajam. Sudah sejak pagi Reza menunggu Rayya di ruangan wanita itu. Namun, dia harus bersabar dan menunggu hampir empat jam di sana.

"Tidak penting untuk kamu, Mas! Sudah ada istri baru yang tentu saja bisa memanjakan kamu, lalu untuk apa kamu mencariku? Bukankah aku hanya istri tidak berguna?" Rayya menatap Reza dengan mata berkaca-kaca. Kali ini Rayya tak lagi memberontak. Dia menatap Reza dengan tatapan sendu yang membuat Reza pun mengendurkan cekalannya.

Mungkin Reza lupa jika Rayya masih memiliki apartemen yang memang sejak menikah tidak pernah lagi dikunjungi oleh wanita itu.

"Bukankah kamu telah menemukan kebahagiaanmu, Mas? Kamu telah mendapatkan apa yang kamu mau. Lepaskan aku jika itu membuatmu bahagia, tapi satu pesanku, Mas. Jangan menjadi suami egois! Jika kelak Nora pun tidak bisa memberikanmu keturunan. Jangan kamu jadikan dia kambing hitam! Karena kesalahan bukan hanya pada wanita, tapi pria pun harus bisa introspeksi diri."

Emosi Reza yang tadinya mulai surut kembali tersulut. Dia tak terima dengan ucapan lembut Rayya yang berujung menuduh. Tatapan mata Reza kembali menajam dengan tubuhnya yang melangkah maju mengikis jarak dan sengaja mendorong Rayya hingga tubuh wanita itu terbentur pintu.

"Sudah jelas jika kamu mandul, jangan lempar batu sembunyi tangan, Rayya! Aku akan membuktikan padamu jika Nora akan hamil anakku," tegas Reza. "Dan sebagai istri pertama seharusnya kamu lebih legawa, bukan malah lepas tanggung jawab. Asal kamu tau, aku tidak ridho kamu berkerja lagi! Karena dengan ini kamu berubah menjadi istri pembangkang! Pulang atau aku acak-acak kantor ini!" ancam Reza dan cukup membuat Rayya sedikit ngeri.

Rayya tidak mungkin membiarkan Reza membuat onar di Perusahaan milik Mamahnya. Bisa-bisa mamahnya akan tau masalah yang terjadi dalam rumah tangga mereka.

"Nanti aku akan pulang, tapi aku mohon jangan membuat keributan di sini, Mas! Kamu tidak ingin kan Mamah dan Papah tau tentang masalah rumah tangga kita? Dan jangan melarangku bekerja! Karena aku begini bukan aku memiliki jabatan lagi, tapi karena kamu yang tidak adil dan bermain curang!"

Reza menghela nafas kasar, dia membuang muka dengan memukul pintu hingga menimbulkan suara dari luar. Hal itu membuat seseorang yang akan masuk ke dalam ruangan Rayya menghentikan langkahnya.

Dia mengerutkan kening, menatap pintu yang bergetar. Seperti ada sesuatu yang tidak beres di dalam sedangkan yang ia tau, Rayya hanya sendiri dan tidak mungkin wanita itu memukul pintu sekeras itu.

"Aku tunggu kamu di rumah! Jika kamu masih berulah, aku tidak akan segan-segan mengurungmu dan mengatakan kepada Mamah Ceri jika kamu sudah tidak sanggup bekerja karena otak kamu sudah tidak kuat berpikir lagi!" lirih Reza dengan menatap tajam wajah Rayya. "Dan jangan coba-coba membohongiku karena aku tidak akan segan-segan menyeret kamu dari sini!"

Rayya tidak berniat untuk menjawab, dia membuang muka dengan menghela nafas kasar. Hanya satu cara agar bisa meredam emosi Reza, menurutinya meski ia tidak tau bagaimana jika Reza kembali meminta dilayani.

Reza mengecup pipi Rayya, meski emosi dia masih ingat jika Rayya adalah istrinya. Sedikit rindu tetapi karena masalah dan keegoisan membuatnya tidak sadar jika telah kehilangan Rayya.

Reza segera membuka pintu hingga membuat tubuh Rayya terdorong ke depan. Pria itu melangkah keluar dan berjalan pelan saat bertemu pria yang nampak asing baginya. Namun, Reza enggan menyapa dan sengaja menyenggol bahu pria itu.

Sedangkan Raditya sejak tadi terdiam menatap Reza hingga pria itu melangkah menjauh. Wajahnya datar dengan hembusan nafas kasar. Ada emosi yang tersembunyi dari wajah tenangnya. Tatapan Raditya pun sulit dimengerti. Dia kembali melangkah untuk masuk tanpa mengetuk pintu.

"Bu Rayya, anda tidak apa-apa?" tanya Raditya yang tidak bisa menutupi rasa kekhawatirannya.

Rayya yang masih terdiam di belakang pintu, menoleh ke arah Raditya yang tiba-tiba masuk.

Rayya tak menjawab, dia segera melangkah menuju sofa dengan diikuti oleh Raditya. Pria itu dengan sigap mengambilkan air minum dan memberikannya pada Rayya.

"Terimakasih, Pak Raditya," lirih Rayya kemudian meminum air tersebut. Dia bernafas lega dengan dengan menyandarkan tubuhnya di sofa. Gelas yang ia pegang segera diambil kembali oleh Raditya.

"Aku terpaksa harus pulang Radit, mas Reza memaksa dan mengancam."

"Apa anda yakin bisa menjaga diri anda dari mantan suami? Bagaimana jika..."

"Sudah resiko Radit. Aku belum ingin jujur padanya sebelum dapat menghancurkan dia dan mengembalikan semua milik orang tuaku dengan utuh," sahut Rayya dengan mata terpejam.

Raditya menghela nafas berat, dia menatap wajah Rayya sekilas dan kembali menundukkan kepala. "Anda bisa menghubungi saya jika anda sudah tak sanggup berada di sana." Raditya segera melangkah keluar ruangan setelah meletakkan berkas untuk Rayya tanda tangani.

"Dua jam lagi ada meeting dengan klien dari Singapura. Saya harap Ibu segera bersiap!" ucap Raditya sebelum menutup kembali pintu ruangan Rayya.

Rayya membuka mata dan beranjak dari sana. Dia membawa berkas yang tadi dibawa oleh Raditya ke meja kerja dan mempelajarinya sebelum meeting.

Setelah siap dan waktunya pun sudah semakin dekat. Rayya segera keluar ruangan, kebetulan Radit pun sudah siap dan keduanya melangkah bersama.

"Kita meeting dimana?"

"Restoran XX, tempat sudah siap dan klien pun sudah menuju ke lokasi. Kebetulan tidak jauh dari tempat penginapan mereka." Rayya menganggukkan kepala, keduanya segera pergi ke tempat tujuan. Rayya pun sudah tak terlihat sendu, dia berusaha untuk melupakan dan mengesampingkan masalah pribadinya.

Meeting berjalan lancar dan di akhiri dengan ramah tamah. Rayya dan Raditya pun nampak kompak dan akrab. Keduanya cukup solid dalam bekerja dan mampu membuat klien percaya lalu bersedia menandatangani kontrak kerjasama.

"Terimakasih Bu Rayya, senang bisa bekerjasama dengan anda. Apalagi asisten anda sangat pintar, saya harap semua lancar," ucap klien dari Singapura yang kebetulan berwarganegaraan Indonesia.

"Terimakasih, Pak. Saya pun senang bisa bekerjasama dengan Bapak. Semoga langgeng seperti sebelumya," sahut Rayya.

"Salam untuk Pak Tio, saya cukup kecewa dengan kinerja perusahaannya saat ini. Hasilnya sangat anjllok, maka dari itu saya tidak bisa bertahan dengan perusahaan beliau. Saya harap dengan Bu Rayya, bisa kembali mencapai target."

Rayya tersenyum canggung, bagaimana pun yang beliau tau jika yang memimpin perusahaan Weda saat ini adalah Reza. Secara tidak langsung beliau menyentil dirinya. Rayya menundukkan kepala dengan wajah merona. Malu, itulah yang ia rasakan saat ini.

"Maaf Pak, saya jamin untuk kerjasama dengan kami akan berjalan dengan baik. Terlebih Bu Rayya terkenal smart dan semangat dalam bekerja," sahut Raditya. Dia paham akan apa yang Rayya rasakan saat ini.

Rayya menoleh ke arah Radit, dia menatap pria itu dengan tatapan penuh arti.

...****************...

Hay Man-teman, jangan lupa tinggalkan jejak-jejak kalian ya. Baca terus sampai akhir dan ikuti setiap update dari aku. Terimakasih 🙏🤗

Jangan lupa follow Ig aku weni0192

Terpopuler

Comments

Nike Natalie

Nike Natalie

Reza sundal,,,rayya juga sama ,,sudah d gebukin tp pengen d sodok Reza,,,gatellll bnagetttt

2024-12-22

0

guntur 1609

guntur 1609

brti kau yg bodoh. knp kau gak ngomong sm mamamu saja. org reza juga miskin

2024-09-26

0

Tini 89

Tini 89

lemah banget si wanita nya pdhl yg kaya dia

2024-05-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!