Bab 14

Kini tinggal Rayya dan Raditya berdua duduk di meja yang sama. Klien sudah pamit lebih dulu setelah Raditya meyakinkan pekerjaan mereka.

"Terimakasih Pak Radit." Rayya tersenyum hambar dengan mata berkaca-kaca. " Saya seakan tak punya muka lagi saat mendengar keluhan beliau. Bagaimana nanti jika sampai Papah tau, pasti akan sangat kecewa dan menyesal telah mempercayakan perusahaan pada menantunya." Rayya menghela nafas berat dengan memejamkan mata. Wanita itu menggenggam gelas yang ada di tangannya dengan sangat kencang.

"Sama-sama Bu, sudah kewajiban saya sebagai asisten Ibu untuk membuat klien percaya akan kinerja kita. Saya harap Ibu jangan terlalu banyak pikiran! Dan lepaskan gelas itu, bukan seperti ini cara melampiaskan amarah. Ibu akan menyakiti diri sendiri jika seperti ini."

Raditya menatap tangan yang semakin merenggang. Dia segera meraih gelas itu dan menjauhkannya pada Rayya.

"Mari saya antar pulang, Bu! Agar Ibu bisa segera beristirahat dan menenangkan pikiran."

Raditya menoleh sebentar tetapi gebrakan meja tiba-tiba membuat keduanya terjingkat. Rayya mengangkat kepala menatap pria yang datang bersama dengan seorang wanita. Rayya tak menyangka akan bertemu dengan Reza di tempat itu. Terlebih saat ini Reza sedang bersama Nora. Mungkin wanita itu datang menyusul Reza ke kantor. Jauh dari kebiasaan Rayya dulu yang hanya diam di rumah menunggu suami pulang.

"Jadi ini kelakuan kamu di luar? Ngakunya bekerja ternyata kamu pun berselingkuh dengan dia! Siapa dia, hhmm?" tanya Reza dengan menatap tajam Rayya yang kini mulai beranjak dari kursinya.

Rayya menoleh ke arah pengunjung yang lain. Malu rasanya saat tuduhan dilayangkan begitu kasar sedangkan dia semakin tersudut saat pengunjung mulai bergunjing membicarakannya.

"Apa tidak bisa berkata pelan sedikit ? Aku selesai meeting, dan dia asisten priabadiku. Apa kamu tidak malu Mas menuduhku seperti itu?"

"Kamu pikir aku percaya begitu saja, sedangkan kalian terlihat sangatlah akrab!" sahut Reza yang mulai mengecilkan suaranya. Reza masih tidak percaya dan tidak suka Rayya berdekatan dengan pria lain. Terlebih Reza akui pria itu tampan. Mungkin Reza lupa jika tadi dia sempat bertemu di kantor Rayya.

"Jika kamu tidak percaya, kamu bisa tanyakan sendiri pada Mamah. Dia diperkerjakan Mamah untuk membantu pekerjaanku! Bukan mendadak jadi selingkuhanku, dan jangan samakan aku dengan kamu, Mas!"

Rayya segera meraih tasnya dan segera melangkah pergi dari sana dengan diikuti oleh Raditya. Pria itu tersenyum samar melihat Rayya mampu melawan dan membela diri di saat finah dilayangkan.

"Tunggu!"

Reza menghentikan langkah Raditya dan saling berhadapan dengan tatapan mata tajam. Keduanya seperti saling menunjukkan kekuatan masing-masing.

"Rayya cantik dan berwawasan tinggi. Saya yakin kamu pasti tergoda dengannya, tapi jangan harap kamu bisa merebut Rayya dari saya!" ucap Reza dengan penuh penekanan.

Raditya tersenyum mendengar ucapan Reza. Dia seakan tidak takut dengan pria itu. Bahkan Raditya melangkah maju tanpa mengalihkan pandangannya.

"Jika anda tau kelebihan istri anda, seharusnya anda menjaga bukan membuat kecewa!" tegas Raditya dengan melirik ke arah Nora yang hanya diam merangkul lengan Reza. "Sesuatu yang sudah terlepas dari genggaman tak akan bisa kembali lagi meskipun sudah di tangkap berulang kali!" lirih Raditya dengan penuh penegasan. Dia tau saat ini Reza sedang menahan emosi, terbukti dengan urat leher pria itu yang mulai terlihat.

Raditya segera melangkah pergi dari sana tanpa menunggu Reza kembali berucap. Dia melangkah panjang menyusul Rayya yang kini telah menunggunya di depan mobil.

"Kenapa lama sekali? kamu membuat kakiku pegal tau nggak?" celetuk Rayya yang mendadak sewot.

Raditya menaikan kedua alisnya, dia bingung dengan sikap Rayya yang mendadak sewot tetapi terdengar manja. Raditya segera membukakan pintu untuk Rayya dan melindungi kepala wanita itu dengan menghalangi bagian atas pintu mobil dengan telapak tangannya. Barulah dia menyusul masuk ke kursi kemudi.

"Maaf Bu, tadi saya mampir ke toilet sebentar." Radit segera melajukan mobilnya setelah menjawab pertanyaan Rayya saat di luar tadi.

Tak ada lagi pembicaraan diantara keduanya, hingga mobil berhenti didepan rumah Rayya. Wanita itu menoleh ke arah pagar. Rasanya enggan sekali untuk turun tetapi mengingat ancaman dari Reza dengan berat hati dia harus kembali ke rumahnya sendiri.

"Jangan khawatir! Jika ada apa-apa Ibu bisa menghubungi saya!" ucap Raditya yang mengerti akan keraguan di hati Rayya.

Rayya segera membuka safety beltnya dan bergegas untuk turun. Dia menarik nafas dalam sebelum membuka pintu mobil.

"Terimakasih telah mengantar saya pulang." Rayya segera keluar dan menutup pintu mobil dengan sedikit kencang. Dia masih berdiri menunggu mobil itu berlalu tetapi kaca mobil terbuka menampakkan sosok pria yang menundukkan kepala menoleh ke arahnya.

"Masuklah Bu, jangan menunggu saya pergi!"

Rayya menganggukkan kepala dan segera memasuki pagar tinggi rumahnya. Sementara Raditya masih diam dengan menatap Rayya yang sudah tak lagi terlihat. Dia segera melajukan mobilnya setelah sempat memperhatikan sekeliling rumah Rayya.

"Masih berani kamu pulang setelah menyakiti anak saya dan kabur tengah malam? Semakin lama sikap kamu semakin urakan Rayya! Semakin tak terkendali dan mulai berani," celetuk Ibu Hanum menyambut kepulangan Rayya yang baru saja sampai di depan pintu.

Rayya menghela nafas kasar mendapat sambutan yang membuatnya muak. Jika tidak terpaksa dia pun tidak ingin pulang.

Rayya tak menghiraukan ucapan mantan mertuanya. Dia segera melangkah menaiki anak tangga menuju kamar.

"Dasar menantu tak punya sopan santun. Orang tua sedang bicara dia malah ngeluyur saja," ketus Ibu Hanum. "Anak orang kaya tetapi tak tau adap!" ketus Bu Hanum. Wajah wanita paruh baya itu begitu kesal menatap Rayya yang melangkah panjang masuk ke dalam kamar.

Tak lama kemudian Reza masuk ke dalam rumah dengan terburu-buru. Dia meninggalkan Nora yang baru saja keluar dari mobil dengan menyentakkan kakinya. Wanita itu cukup kesal dengan sikap Reza yang mendadak cuek setelah tadi bertemu dengan Rayya di Restoran.

"Apa Rayya sudah pulang, Bu?" tanya Reza membuat Ibu Hanum terkejut dengan kedatangannya.

"Kamu sudah pulang, mana Nora Nak?"

"Aku menanyakan Rayya, Bu!" tegas Reza, pria itu segera melangkah panjang menaiki anak tangga.

"Pelan-pelan jalannya! Rayya ada di kamar," seru Ibu Hanum. Beliau melihat putranya kemudian menoleh ke arah Nora yang baru masuk rumah. Wanita paruh baya itu segera melangkah menghampiri menantu barunya.

"Nora, ada apa dengan Reza?"

"Entah Bu, tadi kami bertemu Rayya bersama dengan pria lain di restoran. Mereka begitu mesra sehingga mas Reza marah pada Rayya," jawab Nora dengan menatap jengah ke arah kamar utama.

"Pantas saja Reza terlihat sangat marah, ternyata dia melihat istrinya sedang bermain gila dengan pria lain. Dasar wanita murahan!" celetuk Ibu Hanum menimbulkan seringai tipis dari Nora.

...****************...

Sampai sini kalian geregetan sama siapa? Reza, Ibu Hanum, Nora, atau malah Rayya. Coment ya Man teman. Jangan lupa tinggalkan jejak cantik kalian dan satu lagi, simak terus kisah Rayya guys😘😘🤗🤗

Terpopuler

Comments

Budi Paryanti

Budi Paryanti

ama rayya aq gregetan kalau ama reza jbu xa juga nora aq benci dan jijik ,pengen ngelidahin mereka bertiga karna saking benci xa

2024-04-04

0

Nasywa Humaira Zidny

Nasywa Humaira Zidny

thor

2024-02-23

0

Nasywa Humaira Zidny

Nasywa Humaira Zidny

gak sadar diri banget lho bu Hanum yang murahan itu menantu ibu yang baru bukan raya sudah numpang tak sadar diri sebel jadinya baca nih novel jangan selalu menyiksa raya tjor ceritanya

2024-02-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!