Bab 18

Pagi ini di dalam ruang persidangan wajah Rayya tampak pucat. Sudah sepuluh menit persidangan berjalan tetapi Raditya tak kunjung datang. Rayya hadir hanya di dampingi oleh Pak Prio sedangkan sejak tadi dari pihak Reza sudah memberikan bukti-bukti dengan vidio cctv rumah yang menunjukkan jika hubungan keduanya tampak baik-baik saja.

Ada hal pelanggaran yang menguatkan untuk pihak Reza, jika Rayya sengaja pergi dari rumah tanpa seijinnya. Belum lagi Ibu mertua yang mendadak mellow dan tiba-tiba menangis membuat Rayya semakin tersudut. Hanya Nora yang tak hadir di sana mendampingi Reza. Pengacara Reza pun cukup kuat dalam beradu argumentasi membuat pengacara Rayya yang tak memiliki banyak bukti menjadi melemah.

"Bagaimana Bu Raya? Jika saksi lima menit lagi tidak datang dan bukti yang menguatkan tidak kunjung diberikan maka perceraian akan gagal. Persidangan pun akan dimenangkan oleh pihak pengguga," ucap pengacara Rayya.

Rayya menghela nafas berat, dia menoleh ke arah Reza yang tersenyum miring menatapnya. Reza sudah terlihat senang sekali karena pria itu yakin akan memenangkan perkara.

Rayya menoleh ke arah Pak Prio yang sejak tadi menghubungi Raditya tetapi tak kunjung dij angkat oleh pria itu membuat Rayya semakin gelisah.

"Bagaimana ini Kek? Apa Kakek yakin jika Cctv kantor sudah dihapus?" lirih Rayya.

"Sudah Nak, tapi..."

Rayya menundukkan kepala dengan mengusap air mata, dia tak ingin terlihat lemah di depan Reza dan Ibu Hanum. Rayya merogoh tas dan mengambil ponselnya untuk menghubungi Papah Tio. Tidak ada pilihan lain selain meminta tolong pada Papahnya. Rayya menyerah untuk membereskan urusannya sendiri. Meski hatinya mendadak geram dengan keadaan yang selalu menyudutkan, tetapi saat dia akan mendial nomor ponsel sang Papah pesan masuk dari nomor Raditya membuatnya mengurungkan niat. Rayya segera membuka pesan tersebut dan melihat isinya.

"Vidio..."

Ada lima vidio berdurasi tiga sampai lima menit masuk dari nomor Raditya. Perlahan senyum Rayya terlihat samar. Dia melirik ke arah Reza dengan tatapan sengit, kemudian beranjak dari duduknya lalu melangkah menuju meja hakim.

Rayya memberikan bukti vidio tersebut di bawah pantauan Reza. Pria itu menatap tajam geram gerik Rayya dengan hati bertanya-tanya hingga Rayya kembali ke kursinya dengan menyunggingkan senyuman tipis.

"Tunggu saja, Mas! Sebentar lagi kamu akan kembali ke habitatmu!"

"Berani dia menatapku seperti itu! Apa yang ia berikan? Aku curiga dia bermain curang. Lihat saja, jika sampai kamu memberikan bukti palsu. Karena aku tau, kamu tidak lagi memiliki bukti apapun yang bisa menyudutkanku!"

"Apa yang Ibu Rayya berikan?" tanya pengacara Rayya.

Rayya tersenyum simpul, dia membisikkan sesuatu ke telinga pengacaranya. Pak Prio yang melihat itu nampak tersenyum samar dengan menghela nafas lega.

"Dari vidio ini menjelaskan pada kami jika Bu Rayya mengalami kekerasan dalam rumah tangga yang sudah tergolong fatal. Bukan hanya itu, disini pun menjelaskan jika sikap Ibu Hanum dan Bapak Reza sangatlah buruk. Memfitnah tanpa bukti itu pun sesuatu yang dilarang, kecuali memiliki bukti jika Bu Rayya benar tidak mandul. Dapat disimpulkan jika penggugat tidak bersikap baik sebagai suami."

Reza dan Bu Hanum tercengang mendengar penjelasan hakim, Rayya tak tanggung-tanggung dalam bertindak. Dia memberikan langsung bukti kepada hakim untuk melihat dan menilainya sendiri. Hal itu jelas akan memberatkan penggugat dan keadaan mendadak berbalik. Pihak Reza kini nampak panik dan ketar ketir mendengarkan penjelasan dari pihak pengadilan.

"Untuk Vidio keempat disini terlihat anda berselingkuh di belakang istri anda, dan ada bukti fotonya juga disana. Di tambah vidio kelima anda menikah lagi tanpa persetujuan istri anda. Benar begitu Bapak Reza?"

Reza menatap nanar wanita yang diam dengan wajah datarnya. Muak sekali Reza melihat Rayya yang kini menyerangnya balik sedangkan Ibu Hanum sudah menundukkan kepala. Beliau malu dengan bukti palsu yang tadi ia berikan dan tak mampu lagi berkelit saat bukti kebenaran sudah terlihat nyata.

Begitupun dengan pengacara Reza yang hanya bisa diam tak bisa lagi membela karena bukti yang Rayya berikan lebih kuat. Beliaupun bungkam dan membiarkan Reza menjawab pertanyaan hakim untuk membela diri.

"Saya menikah lagi ada alasannya Pak, istri saya mandul dan saya tidak mungkin diam. Saya butuh generasi penerus keluarga. Beliau pun ada saat kami menikah, dan untuk Vidio ke empat yang memperlihatkan saya berselingkuh itu kurang tepat. Yang benar adalah saya menjalani perkenalan untuk lebih mengenal satu sama lain, karena tidak mungkin saya kembali tertipu dengan menikahi wanita mandul," jelas Reza.

Kedua tangan Rayya mengepal kuat, dia menatap tajam Reza yang juga kini menoleh ke arahnya dengan memasang wajah datar.

"Pandai kamu bersilat lidah Mas!"

Reza pandai sekali menjawab disaat bukti sudah didepan mata. Pria itu membuat hakim dan jaksa kambali berdiskusi dan itu membuat Rayya kembali tegang. Jantungnya berdegup kencang dengan menatap lurus kearah meja hijau.

"Tenang Rayya, semua akan baik-baik saja!" ucap Pak Prio yang mengerti kegelisahan Rayya.

"Iya Bu Rayya, hakim tidaklah bodoh. Beliau akan benar-benar mempertimbangkan, tidak mungkin percaya akan ucapan Pak Reza begitu saja," sahut pengacara Rayya.

Di saat genting seperti ini Rayya merutuki Raditya yang tidak kunjung datang. Entah dimana pria itu, janjinya membuat Rayya kesal. Meskipun Raditya telah mengirimkan beberapa vidio dan bukti tetapi tidak membuat kekesalan Rayya padanya reda.

"Ibu Rayya, apa anda punya bukti hasil visum dari tindakan kdrt yang Bapak Reza lakukan? Dan ada hasil kesehatan yang menunjukkan jika anda tidak mandul?" tanya hakim ketua.

Rayya menggigit bibir bawahnya, dengan cepat Rayya mencari hasil kesehatan dari rumah sakit yang menujukkan jika dirinya sehat. Beruntung Rayya membawa berkas-berkas dari rumah sakit tempat ia beberapa kali mengecek kesehatan. Rayya memberikan bukti itu pada pengacaranya lalu diberikan ke hakim ketua.

"Maaf Pak, untuk hasil visum tidak ada. Saya hanya punya bukti foto yang telah saya berikan saat mengajukan cerai," ucap Rayya.

"Sebenarnya jika ada itu sangat menguatkan anda Ibu Rayya. Saya yakin hakim sudah mulai melihat kebenaran yang ada," lirih pengacara Rayya membuat wanita itu menghela nafas kasar.

"Saya tak kepikiran ke arah sana, Pak. Sibuk dengan luka hati sampai tak terpikirkan hal sepenting itu."

Di saat suasana semakin memanas, tiba-tiba pintu pengadilan terbuka dengan suara ketukan yang membuat semua orang di sana menoleh ke belakang.

"Pak Raditya..."

Reza mengerutkan keningnya melihat pria yang ia tahu adalah asisten Rayya. Namun, yang membuatnya heran pria itu tidak terus duduk di samping Rayya tetapi melangkah menuju meja hijau dengan menyerahkan sebuah amplop putih.

Terpopuler

Comments

Yuliana Purnomo

Yuliana Purnomo

oohh, Raditya emang pahlawan

2024-02-22

0

Osie

Osie

aach rayya pintar di ilmu pengetahuan tp bego dlm dunia kehidupan RT..ms udah di hajar suami tp g ke RS buat visum..makan tuh cinta yg bikin kamu ancur

2024-01-19

2

Aiur Skies

Aiur Skies

hasil visum dari RS kali

2023-12-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!