IJAB'MU TALAK'KU
Di dalam ruangan pemeriksaan khusus dokter obgyn, yang bernuansa putih bersih. Tampak seorang wanita muda yang berbaring di atas bad. Dengan baju yang sedikit terbuka pada bagian perut yang terlihat masih rata.
Dokter obgyn perempuan itu terlihat sedang menggerakkan alat USG-nya di atas perut wanita tersebut. Sesekali menatap layar monitor.
"DUG! DUG! DUG!"
Tak lama kemudian, suara detakan yang lebih kuat dan cepat menggema, menghiasi ruangan itu. Suara itu tak lain merupakan detakan jantung janin yang membuat sang pemilik bergetar.
"Itu suara apa dok?" Tanya Aluna kepada dokter sedikit bingung sambil melirik layar monitor yang sama sekali tidak ia pahami isi gambarnya.
Dokter perempuan itu mengulas senyum menatap Aluna. "Ini suara denyut jantung Janin ibu!" Sahutnya.
"BUM!"
Aluna tersentak mendengarkan jawaban dari dokter. Layaknya dentuman suara ledakan yang besar menghantam dadanya. Membuatnya sontak membulatkan mata detik itu juga.
"Ja.. J..antung janin?" Aluna kembali bertanya dengan nada terbata-bata.
"Iya! Selamat ya usia kehamilan ibu sudah memasuki 10 minggu!" Sambungnya sambil merapikan kembali pakaian Aluna.
Lagi-lagi dokter memberikan jawaban yang mengejutkan dan terkesan tidak mungkin. Aluna terdiam beberapa saat berusaha menata pikirannya, tenggorokannya tercekat dengan berat menelan saliva.
'
'
'
"Jadi aku sekarang benar-benar hamil dan sudah 10 minggu?" Batinnya sambil mengigit kecil bibir bawahnya. Badannya terasa lemas dan bergetar mendengar kabar yang tak terduga itu.
Aluna bangun dari pembaringannya, lalu duduk di kursi pasien berhadapan dengan dokter yang baru saja memeriksanya. Dokter itu terlihat sedang menulis beberapa catatan di buku kehamilan.
Sementara Aluna, dia terdiam memandangi buku dan foto USG itu. Tatapannya kosong dan wajahnya sedikit pucat. Hatinya bergejolak saat itu juga, ntah harus berbahagia atau bersedih.
Pasalnya, beru 1 bulan lebih dia bercerai dengan suaminya. Lukanya bahkan belum memudar. Tapi, kini dia justru mendapatkan kabar tak terduga, kalau dirinya ternyata sedang hamil 10 minggu. Itu artinya usia kehamilan Aluna saat perceraian kurang lebih 4 atau 5 minggu.
"GOD...!" Andai aja berita kehamilan ini diketahuinya lebih cepat, mungkin rumah tangganya masih baik-baik saja sampai saat ini.
'
'
'
"Bu ini resepnya. Bisa ditebus di apotek!" Sahut dokter itu menyodorkan secarik kertas resep bersama buku kehamilan kepada Aluna.
Aluna terkejut. Sontak menarik pandangannya, lalu menatap sendu buku dan resep itu. "Ny. Aluna!" Tulisan yang tertera di cover buku itu, membuat tenggorokannya kembali tercekat, kemudian dengan susah paya menelan salivanya lalu perlahan meraih buku itu.
"Terima kasih dokter!" Lirihnya lalu beranjak keluar dari ruangan.
'
'
'
Dengan langkah berat. Aluna berjalan di lorong rumah sakit yang menghubungkan dengan ruangan apotek. Wajahnya putih pasi, matanya memerah memikirkan perkataan dokter yang terus terngiang di benaknya.
"Selamat ya usia kehamilan ibu sudah memasuki 10 minggu!" Perkataan itu terus bergulir di ingatannya membuat kedua sudut matanya perlahan berlinang lalu menumpahkan buliran air mata.
Dia terus melanjutkan langkah kecilnya sambil sesekali menyeka wajahnya, menghapus buliran air mata yang terus mengalir bahkan hampir menghalangi pandangannya.
Namun, rasa sedihnya tidak cukup sampai disitu. Di luar dugaan. Secara tidak sengaja, dalam keadaan yang bisa dibilang hati dan pikirannya sedang kacau. Aluna malah melihat mantan suami bersama dengan istri barunya.
Seketika membuat langkahnya terhenti. Seluruh badannya bergetar dan terasa lemas. Wajahnya semakin memucat dan bibinya bergetar memandang laki-laki yang sebulan lalu masih dia panggil suami, berjalan bersama pasangan barunya.
Dari kejauhan, dengan hati yang tercabik-cabik Aluna memandang keduanya berjalan bergandengan menuju apotek membuat pandangannya perlahan kabur.
Aluna tiba-tiba merasakan tekanan berat pada dadanya, matanya semakin mengalirkan buliran air menyaksikan kebahagiaan mereka, yang perlahan memancing aura kehancuran dalam hatinya mendominasi tempat itu.
Perlahan memundurkan langkahnya bersandar di dinding putih yang menjulang tinggi.
Seketika hatinya berkecamuk melihat pemandangan itu dari jauh. Tangannya mencengkram kuat pada dinding kokoh yang perlahan retak seakan runtuh menghimpitnya saat itu juga.
Semakin lama retakan itu melebar dan dalam, lalu mulai berjatuhan menimpanya, membuat Aluna seperti merasa sedang berada di tengah tumpukan runtuhan dinding yang menghancurkan tubuh kecilnya. Tidak ada kekuatan untuk bangkit, tidak ada tempat berlindung dan tidak ada pertolongan untuknya.
"Hhhfftt! Hhhfftt!" Aluna memegang dadanya yang terasa sesak. Sorot matanya sayu, perlahan mulai menutup dan bibinya semakin bergetar, bahkan kedua kakinya terasa lumpuh.
"Ngingg................!!!!"
Aluna merasakan kepalanya berat dan telinganya berdengung saat itu juga. Badannya mulai oleng, bahkan matanya perlahan menutup.
'
'
'
"Bu! Ibu tidak papakan?" Suara yang terdengar samar membuat Aluna perlahan mengembalikan kesadarannya. Lalu, melebarkan matanya saat ibu-ibu paru baya itu menopang tubuhnya yang nyaris ambruk di atas lantai.
Aluna perlahan melebarkan pandangannya menatap wajah di depannya sambil menggelengkan kepala "Terima kasih Bu!" Lirihnya.
Dengan bantuan ibu-ibu itu, dia kembali berdiri tegak kemudian kembali menatap ke depan meneliti tempat itu. Tapi, mantan suami dan istri barunya sudah tidak ada di tempat.
Saat itu, Aluna merasa dirinya sedang berada dititik terendah dalam hidupnya. Meski menikah dan bercerai memang sudah menjadi garis takdir hidupnya. Tapi, jika saja sang mantan suami membina rumah tangga yang baru dengan orang lain, mungkin dia akan lebih mudah untuk melupakan.
Namu. Pada kenyataannya, secara tidak langsung saudara perempuannya justru menjadi pihak yang telah membuatnya berada dalam kepahitan itu.
'
'
'
Aluna duduk di lantai, bersandar disudut kasur memeluk kedua lututnya dengan erat.
Sekuat tenaga menahan suara saat air matanya kembali mengalir membasahi kedua pipinya. Bibirnya bergetar dan wajahnya memerah merasakan kepahitan yang dirasakan.
Rasanya tidak adil baginya di usia muda harus bercerai dan hamil tanpa suami yang mendampingi.
Bagaimana dia akan menghadapi hari-harinya seorang diri? siapa yang akan memberikan dukungan, mendampingi di setiap momen menjalani kehamilannya? dengan siapa dia akan berbagi keluh kesahnya? lalu bagaimana dengan pandangan orang-orang di sekelilingnya?
Berbagai pertanyaan bermunculan dalam benaknya, membuat hatinya bergejolak mengacaukan pikirannya bahkan menumbuhkan akar rasa kekhawatiran yang kuat dan kokoh menjulang tinggi di dalam dadanya.
Selama beberapa saat dia mencoba menahan tangisannya sampai pada akhirnya...
"Hiks.! Hiks.! Hiks.!" isakan kecil yang tidak tertahankan lagi mulai terdengar. Dengan perasaan pedih Aluna membenamkan wajahnya di atas kedua lututnya "HIKS.! HIKS.! HIKS.! Semakin terisak dan lebih keras.
Bagai berada dalam ruang kosong yang gelap dan jauh, dirinya merasakan setiap titik rasa sakit yang tumbuh semakin membesar sampai membuat dadanya hampir meledak.
"HAAAAAA.... !!!!" Teriaknya mendongakkan wajahnya yang di basahi air mata, sementara kedua tangannya mengepal kuat sampai kukunya memutih hingga ototnya mengeras.
Aluna meluapkan amarah, kesedihan dan kepahitan yang dirasakannya saat itu dalam tangisan di dalam kamarnya seorang diri.
Tidak ada sosok yang mendampingi saat dia merasa rapuh, membuat dirinya seakan berada di jalan buntu. Apa tidak ada lagi secercah kebahagiaan yang tersisa untuknya? Dan.. mengapa takdir mempermainkannya dengan begitu kejam?
Ingatannya kembali beberapa tahun lalu. Kebahagiaan yang dia rasakan selama 5 tahun pernikahannya dengan Arlan.
5 tahun menjalin bahtera rumah tangga yang harmonis lenyap seketika. Hanya karena Aluna yang tidak mampu memberikan keturunan membuat mertuanya memilih untuk menikahkan Arlan dengan wanita lain.
*Aluna Sagita Putri. Merupakan gadis berusia 27 tahun yang berparas cantik alami dan berkulit putih. Memiliki sepasang bola mata dengan netra berwarna hitam. Hidungnya mancung dan bibirnya tipis.
*Aluna memiliki tinggi badan sekitar 160 cm dan berat badannya sekitar 50 kg. Memiliki hobi masak dan berbakat dalam bidang seni desain grafis.
Saat ini berprofesi sebagai desainer disalah satu perusahaan dalam negri. Aluna mahir dalam membuat desain cincin dan kalung membuatnya memiliki karier yang baik di usia mudanya.
Tapi tentu saja, karir yang mapan bukanlah jaminan untuk kebahagiaan hidup seseorang. Sama seperti yang dia alami.
Meski pernikahan mereka didasarkan cinta 5 tahun lalu. Tapi, tampa kehadiran sang buah hati justru menjadi pemicu perceraian yang terpaksa mereka jalani.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Frida Fairull Azmii
awal cerita udah keren,lanjut baca
2023-09-07
2
Uthie
sinopsis yg bagus.. tertarik mampir 👍♥️
2023-08-22
1
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
nah .. Bener dugaan Neng Gemoy ...
kelakuan mertua yg trll rempong dgn rumah tangga anak nya ..
2023-08-21
0