"Saya mewakili para dewan berterima kasih kepada bapak karena rumor yang sempat meresahkan perusahaan kini sudah mereda!"
"Benar, tidak salah kami mempercayakan posisi CEO kepada bapak, dengan begini saya kira proyek kita bisa tetap berjalan tanpa ada kendala!"
"Terima kasih atas kepercayaan para dewan!"
"Mhh, heh'heheh!" Tuan Redan mengangguk kecil terkekeh melihat tayangan video yang berhasil Rama rekam secara diam - diam saat di ruang rapat.
"Anak ini selalu pandai memperbaiki situasi!" Lanjutnya dingin memancarkan wajah masam.
"Apa rencana papa selanjutnya?" Tanya Rama yang duduk bersamanya di ruang besuk tahanan.
"Jangan terburu - buru! Tunggu keadaan lebih tenang, biarkan dia merasa berada dipuncak baru kita mulai menjalankan rencana!" Balas tuan Redan menatap putranya.
Keduanya saling menatap, kompak menyunggingkan senyum licik bersiap menyusun siasat selanjutnya.
'
'
'
Saat Aluna dan Helen berjalan menuruni tangga pintu utama restoran, secara tidak sengaja ia berpapasan dengan Arlan yang kebetulan datang untuk menjemput Nindia.
Untuk pertama kalinya setelah 2 bulan pasca perceraian, akhirnya mereka bertemu dan bertatap muka siang itu.
Perlahan Aluna menghentikan langkahnya saat melihat sosok Arlan dalam balutan jas hitam yang terlihat memasang wajah datar namun tidak menghilangkan kesan kewibawaannya.
Aluna menatap laki - laki yang kini menjadi mantan suaminya yang juga sedang menatapnya. Seluruh tubuhnya kembali bergetar, tenggorokannya tercekat. Ada rasa bahagia bercampur rasa sakit menyelimuti saat itu.
Begitu juga dengan Arlan yang menatap dalam wajah Aluna yang terlihat sedikit pucat dan kurus. Hatinya bergetar memandangi sosok wanita yang masih ia cintai, di satu sisi rasa bahagia menyelimuti karena telah berada di dekatnya, namun di sisi lain rasa sakit pun muncul saat menyadari jarak diantara mereka.
Arlan sedikit bergetar, mungkinkah Aluna saat ini sedang tidak baik - baik saja? melihat perawakannya yang terlihat sedikit berbeda dari sebelumnya. Atau mungkin dia sedang mengalami banyak tekanan? dengan melihat kondisi wajah dan tubuhnya yang lebih kurus.
Keduanya beradu dalam tatapan selama beberapa saat, ada rasa rindu yang dalam di antara mereka. Namun, walau berada sedekat itu, jarak di antara mereka cukup besar sehingga menyisahkan rasa sakit yang dalam.
Arlan sedikit memicingkan mata menahan rasa pedih di kedua matanya. Arlan mengepalkan kedua tangannya dengan kuat, sulit baginya membendung rasa rindu untuk Aluna.
"Sayang?" Sahut Nindia dengan suara manja terkesan pamer sontak mengejutkan keduanya.
Arlan spontan mengalihkan pandangannya ke arah Nindia yang berlenggak menuruni tangga menghampirinya, Nindia menggandeng lengan kiri Arlan bergelut manja.
Aluna memicingkan mata menatap Arlan dan Nindi bergantian lalu menatap lengan Nindia yang melingkar manja di lengan Arlan.
Seketika suasana mencekam di antara mereka, bahkan Helen yang menyaksikan merasa suhu disekitar terasa lebih dingin.
Aluna mengepalkan kedua tangannya, hatinya bergejolak menahan emosi melihat kelakuan Nindia, sementara Arlan hanya berdiri tanpa suara.
"Sayang kita pulang sekarang yah! Bayi kita butuh istirahat!" Lanjutnya sambil mengelus perutnya yang masih rata.
Aluna mengatupkan gigi menahan rasa pedih di matanya yang mulai memerah. Jadi mereka benar - benar akan memiliki anak! Andai saja Arlan tahu kalau di dalam perutnya juga ada anaknya, apakah sikapnya akan berubah?
Aluna menelan saliva yang terasa pahit, ia memilih diam menyembunyikan kehamilannya takut akan membahayakan kondisi bayi dalam perutnya terlebih setelah mengetahui seperti apa sifat asli dari Nindia, dia bahkan mungkin lebih busuk dari yang terlihat saat ini.
"Jangan terlalu pamer, merebut hak orang lain tidak akan bertahan lama!" Sahut Helen tiba - tiba sontak membuat Nindia menatapnya masam.
Arlan mengerutkan dahi sedikit bingung atas ucapan Helen lalu melirik Nindia yang masih memeluk lengannya.
"Apa maksudmu merebut? Balas Nindia dingin, "Kak Aluna dan Arlan sudah bercerai, dan sekarang aku sedang mengandung anaknya!" Lanjutnya penuh penekanan menatap tajam kepada Helen.
"Kamu pikir cuma kamu yang ham,,,!"
"Helen!" Potong Aluna menghentikan perkataan Helen yang hampir saja membocorkan kehamilannya sambil memegang lengan sahabatnya.
Arlan dan Nindia mengerutkan dahi sedikit penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh Helen tadi.
Aluna memegang tangan Helen dalam keadaan bergetar dan Helen pun bisa merasakan, bahkan ia dapat merasakan dinginnya telapak tangan Aluna saat itu.
Helen mengerling menatap wajah Aluna yang pucat dan bergetar berusaha menekan emosi dalam hatinya.
"Ayo kita pergi, masih banyak kerja yang lebih penting harus kita kerjakan!" Ajak Aluna serak menarik Helen meninggalkan mereka.
Helen menatap tajam kepada Nindia sebelum pergi, sementara yang ditatap mengangkat kedua alisnya lalu tersenyum licik mengiringi langkah mereka.
Arlan menatap sendu punggung Aluna yang masuk ke dalam mobil Helen, ia sangat meyakini kalau perasaan Aluna saat ini untuknya masih sama begitu juga dengan dirinya yang masih mencintainya.
'
'
'
"Dasar wanita tidak tahu diri, lihat saja kalau besok kita bertemu lagi dengannya sudah pasti ku jambak habis rambutnya, huh!" Gerutu Helen kesal sambil mencabik - cabik tisu di depannya.
Aluna menggeleng kecil melihat tingkah sahabatnya "Sudah, tidak usah dilanjutkan!" Sahut Aluna membuat Helen mengerutkan dahi menatapnya.
"Aluna, orang seperti dia harus diberi pelajaran!" Lanjutnya ketus.
"Bukan itu, maksudku tisunya!" Balas Aluna menunjuk bungkus tisu yang sudah dicabik habis olehnya.
"Hhh!" Helen membulatkan mata melihat potongan - potong tisu yang berserakan di atas meja kerjanya sampai berterbangan ke lantai.
"Se,,sebanyak ini?" Tanyanya terbata - bata tidak menyangka akan hal ia lakukan sambil menunjuk potong tisu di depannya.
"Em!" Aluna mengangguk "Masih ada di sana!" Lanjutnya menunjuk meja dan sofa panjang yang berada di tengah ruang kerja mereka, yang juga di penuhi potongan - potong tisu.
Helen pun baru menyadari akibat ulahnya dia telah menghabiskan 2 bungkus tisu dan semuanya berserakan memenuhi hampir setengah ruangannya.
Helen wanita yang modis, sedikit tempramen dibandingkan Aluna, berkulit putih dan cukup manis. Memiliki emosi yang kadang meledak tanpa mengenal tempat, suka mencabik atau merobek sesuatu jika sedang marah seperti tisu, kertas atau benda - benda yang lebih lunak. Namun selalu luluh jika berhadapan dengan Aluna juga selalu menjadi pelindung untuknya sejak mereka kenal di bangku kuliah. Sisi baiknya dia orang yang setia kawan dan renda hati.
'
'
'
Malam itu, Arlan sedang menyendiri di dalam ruang kerja pribadinya. Dengan wajah yang terlihat murung, tatapannya sendu menatap bingkai foto pernikahannya dengan Aluna, sudah 2 bulan mereka bercerai dan sejak saat itu separuh kebahagiaannya telah menghilang.
Rautnya selalu terlihat datar dan lebih serius terutama pada saat berada di lingkungan kerja. Perlahan menyimpan bingkai itu ke dalam laci lalu mengambil sebuah cincin yang berwarna keemasan.
Kedua sudut matanya memerah dan berlinang memandangi cincin pernikahannya dengan Aluna. Hatinya terasa sakit menyadari kenyataan kalau mereka sudah bukan lagi pasangan suami istri, Arlan tidak pernah berniat menghapus Aluna dalam hidupnya.
Dia bertekad, jika dirinya bersama Aluna sudah tidak bisa bersatu dikehidupan ini, maka akan tetap ada ruang untuk Aluna dihatinya yang akan ia bawa sampai mati sekalipun.
Arlan memijat kedua sudut matanya yang terasa perih, lalu kembali memasukkan cincin itu di dalam laci sebelum menguncinya rapat - rapat.
'
'
'
Sementara itu, Aluna sendiri duduk termenung di atas kasur sambil memeluk kedua lututnya.
"Tentu saja, aku tidak perlu lagi selalu berpura - pura baik kepada saudara tiriku, dan semua orang sudah tahu kalau akulah sekarang menantu satu - satunya keluarga tuan Wijaya!"
"Tidak akan! Dia tidak bisa melahirkan keturunan, sementara aku sekarang sudah mengandung pewaris pertama keluarga Wijaya!"
Perkataan Nindia kembali terngiang dibenaknya, hatinya terasa sakit mengingat kembali kejadian tadi siang terlebih saat dirinya melihat Nindia memeluk manja Arlan.
Ada rasa cemburu, kesal bercampur sedih menyelimuti. Rasanya cukup menyiksa melihat sosok yang dirindukan dan dia cintai berada dekat dengannya, namun jangankan memeluk bahkan untuk menatap berlama - lama saja dia sudah tidak berhak.
Bahkan saat ini Nindia sudah hamil, itu artinya dia sudah tidak ada harapan lagi untuk Arlan. Dia hanya bisa diam dan menikmati setiap harinya saat Arlan perlahan menghapus tentangnya di kehidupan ini.
Matanya berlinang merasakan gejolak dalam dadanya, bahkan kepalanya berdenyut hampir meledak dan membuatnya gila. Suhu ruangan terasa lebih dingin, dan terasa sempit hingga menghimpit tubuh kecilnya.
"Hhhfftt!!!" Menghela napas menahan perih dikedua matanya agar tidak kembali meneteskan air mata.
Aluna mengatupkan gigi menegakkan kepala, lalu beranjak dari kasur langsung duduk di sofa yang masih berada di dalam kamarnya.
Ia tidak boleh lemah dan terlalu lama larut dalam ingatan masa lalunya. Aluna mulai mengambil sebuah kertas HVS juga sebatang pensil. Perlahan mulai menggoreskan pensilnya di atas kertas mencoba menggambar sesuatu.
Namun sulit baginya sehingga ia memilih meremas kertas itu lalu membuangnya, kemudian kembali mengambil selembar kertas dan kembali menggambar.
Percobaan pertama, kedua, ketiga dan ke empat masih sama, hingga percobaan yang kelima justru semakin membuatnya tertekan.
Kedua sudut matanya mulai meneteskan buliran jernih perlahan membasahi pipinya, tangganya bergetar hingga semakin sulit berkonsentrasi dan pada akhirnya dia mencoret - coret kertas itu dengan kasar.
"hiks. hiks. hiks." Isakan kecil darinya mulai terdengar sambil terus mencoret kasar kertas itu "hiks! hiks! hiks!" Isakan nya seorang diri menghiasi kamarnya.
Aluna merasa kesal dan marah kepada dirinya sendiri karena tidak mampu menahan air mata untuk yang kesekian kalinya. Entah berapa banyak yang sudah ia keluarkan dan entah sampai kapan ia akan terus seperti ini!
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
jadi sebenernya gak ada cinta buat Nindia yaaa ... cuma sbg pabrik anak aja ... begitukah ? 🤔
2023-08-21
0
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
kesian tisu jadi korban "kebrutalan" Helen ..🤣🤣🤣
2023-08-21
0
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
iya Al.. jangan sampai dedemit uget2 itu tau kehamilan kamu ..bisa2 kamu dlm bahaya.. krn pasti gak mau anaknya punya saingan ...
2023-08-21
0