"Aluna k..kamu?" tenggorokan Arlan tercekat hingga terbata-bata.
"Iya mas. Aku tau semuanya! Bahkan dari dulu aku sering mendengar kalian berdebat!" Kembali Aluna menjelaskan dengan suara bergetar bahkan lagi - lagi sudut matanya berlinang.
Arlan menatap lekat istri yang sangat ia cintai. Matanya ikut memerah serta sendu. "Tidak! Aku tidak akan menikahi siapapun!" Balas Arlan dingin sambil menggeleng kecil.
Lalu perlahan melepaskan genggamannya. Tubuhnya bergetar saat mengetahui kalau Aluna ternyata mengetahui semuanya.
Arlan mengusap wajahnya lalu menghela napas "Hhuufftt!!" Sambil bertolak pinggang menundukkan kepala yang tiba-tiba berdenyut.
"Tapi tidak ada pilihan lain!" Lanjut Aluna yang lantang.
Arlan kembali tersentak mendengar perkataan istrinya. Menatap tajam Aluna dengan wajah terlihat masam.
"Sekali tidak! Tidak!" Balasnya dengan penuh penekanan lalu meninggalkan Aluna yang berdiri di balkon.
Arlan menghempaskan bokongnya di pinggir spring bed. Terduduk dengan wajah masam. Arlan menautkan kedua tangannya meremas sendiri jemarinya hingga otot tangannya mengeras.
Hatinya memanas saat itu juga. Tatapannya tajam menusuk, rahangnya mengeras menahan emosi yang mulai meluap.
'
'
'
Aluna perlahan mendekati suaminya yang terlihat emosi. Rautnya berubah menjadi menegang, dengan tatapan tajam.
"Mas!" lirih Aluna berdiri menatap sendu suaminya.
Arlan tidak menyahut bahkan tidak meliriknya sedikitpun. Perlahan Aluna duduk di samping Arlan. Lalu, menggenggam tangan suaminya.
"Aku mohon mas! mungkin cuma ini satu - satunya jalan agar keluarga ini mendapat penerus." Jelas Aluna sambil menatap lekat suaminya.
"Tidak Aluna!" Tegas Arlan sambil berdiri membelakangi Aluna dengan wajah masamnya.
"Tapi mas..."
"Tidak ada tapi - tapi!" kembali Arlan mengenaskan, tatapannya tajam dan rahangnya mengeras. "Aku sudah mengatakan tidak masalah jika belum memiliki anak. Kita masih bisa menunggu!" lanjutnya dingin dan serak masih membelakangi Aluna.
"Tapi mama nggak bisa menunggu mas!" Balas Aluna serak membuat Arlan sedikit mengerutkan dahi menelaah ucapan Aluna. "AKU SUDAH MENYETUJUI RENCANA MAMA!" Lanjut Aluna lantang sontak mengejutkan Arlan membulatkan mata.
'
'
'
Meski terdengar lantang, tapi kedua sudut matanya berlinang dan.. kakinya dingin sampai seluruh tubuhnya terasa lemas.
Perlahan Arlan berbalik menatap tajam kepada Aluna. Kedua netranya terlihat menggelap, wajahnya seperti tidak memiliki aliran darah merasakan didihan di kepalanya. Tatapan yang tajam mengintai saat melihat Aluna yang berdiri di depannya.
Sementara Aluna, merasakan hawa dingin yang mencekam. Amarah dari Arlan cukup mendominasi seisi kamar, sampai terasa sangat sempit dan menghimpit.
Arlan mengatupkan gigi bersamaan dengan kedua tangannya yang mengepal memperlihatkan kukunya perlahan memutih tidak memiliki aliran darah, sampai ototnya mengeras.
"Tarik.. ucapanmu!!!" Seru Arlan serak dan dingin sambil melangkah mendekati Aluna.
Tubuh Aluna semakin bergetar, tenggorokannya tercekat dengan susah paya menelan saliva saat menatap kedua mata Arlan. Sangat jelas rasa kesal dan amarah yang membara tergambar di wajahnya.
Aluna dapat merasakan tubuh Arlan yang semakin mendekat bersamaan dengan seluruh emosinya. Dinding yang menjulang tinggi kian menghimpit, perlahan retak dan mengeluarkan bubuhan debu keretakan menimpanya.
Disaat bersamaan, ada rasa takut juga sedih yang menyelimuti hingga menggerogoti tubuhnya, semakin membuat Aluna merasakan tekanan yang berat dan sesak.
Dalam keadaan bergetar, untuk kesekian kalinya kedua matanya kembali meneteskan buliran jernih. "M..as..." Lirihnya dan bibirnya bergetar.
'
'
'
Selama beberapa saat hening. Tidak ada jawaban yang keluar dari Arlan. Hanya kedua matanya yang memerah dalam tatapan yang tajam.
Ada rasa kekecewaan yang terlihat dalam netranya saat Alun menatapnya. Matanya perlahan terasa pedih, sementara hatinya? Remuk hingga tidak berkeping. Dunianya seakan runtuh saat itu juga.
Perlahan Aluna mengulurkan tangan. Namun, saat dirinya baru ingin menggenggam, Arlan sontak menarik tangannya. Rasa kecewanya terlalu dalam hingga untuk disentuh pun dia merasa enggan.
Aluna tersentak, hatinya terasa pedih dan yang lebih menyakitkan lagi. Arlan tak hanya menarik tangannya untuk menolak sentuhan, tetapi dia bahkan berbalik meninggalkan Aluna seorang diri dikamar.
Aluna menatap punggung suaminya yang beranjak meninggalkannya. Punggung lebar tempatnya bersandar selama 5 tahun perlahan menghilang dari pandangannya.
Aluna menundukkan pandangannya, menatap sendu tangannya yang mengambang. Air matanya kian bercucuran bersamaan dengan tenggorokannya yang kembali tercekat. Lalu, mulai menelan saliva yang kian terasa pahit.
'
'
'
"Hiks. Hiks. Hiks."
Isakan Aluna mulai menghiasi kamar. Malam itu dia kembali meluapkan rasa sakit dalam hatinya yang sudah lama mem-benteng.
"Hiks.! Hiks.! Hiks.!" Aluna terus terisak seorang diri sambil berbaring dalam keadaaan meringkuk di atas kasur.
Matanya sembab dan wajahnya memerah,
dadanya terasa sesak serta tubuhnya merasakan hawa dingin yang kuat menyelimuti.
'
'
'
Sementara Aluna meluapkan rasa sakitnya dalam tangis seorang diri di kamar. Arlan justru tengah berada di sebuah klub malam.
Arlan yang mengenakan kemeja garis-garis kecil berwarna putih biru di padukan dengan celana kain senada. Terlihat sedang menuangkan minuman jenis whiskey ke dalam gelas kecil di depannya.
Wajahnya terlihat lesu. Tidak. Lebih tepatnya nampak seperti orang yang frustasi hanya dalam sekali lihat saja.
2 kanci teratas kemejanya bahkan terbuka, wajahnya merah bersama dengan matanya yang mulai sayu.
"Gluk. Gluk."
Arlan kembali meneguk minumannya untuk kesekian kali. Sudah 2 jam dirinya duduk minum seorang diri. Bahkan beberapa botol kosong berjejeran diatas meja sudah ia habiskan sendiri.
Pendengaran dan penglihatannya menurun, begitu juga dengan ingatannya. Dengan kata lain dia sudah mabuk berat dibawah pengaruh alkohol.
Namu anehnya, kata-kata Aluna msih terus terngiang dibenaknya. "AKU SUDAH MENYETUJUI RENCANA MAMA!" Hatinya kembali sakit.
Arlan menatap sendu gelas ditangannya, matanya kian memerah kemudian perlahan menggenggam kuat gelas itu merasakan sakit yang terus mengalir di dadanya.
"Cukup Pak!" Cegat seorang wanita yang memegang tangan Arlan saat hendak kembali meneguk minumannya.
Arlan sontak melirik wanita yang berada di sampingnya. Pandangannya yang mulai kabur membuatnya sedikit memicingkan mata menatap wanita berambut panjang tergerai itu.
'
'
'
"Nindia?" Lirihnya sambil menunjuk.
"Iya pak! Pak sepertinya bapak sudah mabuk berat. Sebaiknya saya antar pulang yah!" Tawar Nindia dengan wajah terlihat panik.
Nindia sendiri merupakan sekretaris Arlan di perusahaan, yang juga merupakan saudara dari Aluna. Jadi selain berprofesi sebagai sekertaris, Nindia juga merupakan saudara ipar Arlan.
Nindia cukup kompeten dan cekatan dalam membantu setiap permasalahan yang dihadapi Arlan. Itu sebabnya dia diangkat menjadi sekretaris menggantikan seketika lamanya.
Nindia menjadi sekertaris Arlan sejak 2 tahun terakhir. Hubungan Nindia juga cukup baik dengan Aluna. Sebelum menikah dengan Arlan, Aluna tinggal bersama dengan Nindia dan ibu sambungnya.
Nindia berusia 26 tahun. Satu tahun lebih muda dari Aluna. Memiliki kulit putih, dengan rambut hitam yang panjang. Kedua netranya hitam, hidung mancung dan bibir sedang.
Parasnya cukup cantik, di tambah dengan body yang ramping. Membuatnya banyak di incar pria - pria di perusahaan tempatnya bekerja.
Tepat jam 23 : 00 malam..
Nindia mengantar Arlan pulang ke apartemen. Di sana sudah ada Aluna yang menunggu di depan pintu.
Aluna berkali-kali menghubungi suaminya, namun di luar jangkung membuatnya khawatir. Selama 1 jam Aluna mondar mandir di depan unit apartemen.
Aluna menggigit ujung kuku ibu jarinya sambil terus menghubungi Arlan. Ntah berapa ratus kali dia mondar mandir di depan apartemen saking khawatirnya.
Sesekali ia membuka chat WhatsApp nya yang sudah 1 jam masih centang 1. Selama 5 tahun pernikahan, ini merupakan kali pertamanya Arlan pergi tanpa pamit dan tidak bisa dihubungi.
Membuatnya berpikir yang tidak - tidak. Bagaimana kalau terjadi sesuatu dengan suaminya? sedang apa dan bersama siapa sampai selarut ini?
Pikiran - pikiran itu terus bergulir membuat kepalanya berdenyut semakin membangkitkan rasa khawatirnya. Bahkan matanya yang sembab kembali memerah dan pedih.
"Ting!"
Notifikasi WhatsApp berbunyi, sontak membuatnya membulatkan mata. Dengan cepat membaca isi chat yang dikirim oleh Nindia...
"Aku ada di bawah. Arlan mabuk berat!"
Pesan dari nomer Nindia itu membuatnya terkejut, tanpa berpikir panjang Aluna berlari menuju lift kemudian lanjut berlari menuju lobi. Rasa bahagia bercampur kepanikan membuatnya tidak berpikir jernih.
Aluna berlari ke lobi apartemen tanpa menggunakan alas kaki. Hanya dress yang di padukan sweater rajut menutupi tubuhnya. Bahkan rambut yang biasanya tertata rapi kini terurai dan terlihat kusut, belum matanya yang sembab serta wajahnya yang pucat.
Wajah yang terlihat lesu dan kelelahan. Aluna berlari menghampiri mobil milik Nindia yang baru saja terparkir di depan tangga lobi.
"Nindia?" Panggil Aluna saat melihat adiknya berdiri di samping mobilnya. "Apa yang terjadi?" lanjutnya menatap adiknya bergantian dengan Arlan yang terlihat tertidur di kursi tengah.
"Aku menemukannya dalam keadaan mabuk di klub." Sahut Nindia sambil menatap Aluna.
Aluna kembali tersentak mengigit kecil bibirnya menatap Arlan. Selama ini Arlan tidak pernah menyentuh tempat seperti itu apalagi minum sampai mabuk.
Aluna membuka pintu mobil kemudian dengan bantuan Nindia dia mengeluarkan Arlan yang sudah tidak sadar.
"Terima kasih!" Lirih Aluna sambil memapah Arlan.
"Kak?" panggil Nindia dan Aluna kembali melirik. "Kalian baik - baik ajakan?" tanya Nindia sedikit khawatir melihat waja lesu kakaknya. Tapi Aluna hanya mengangguk mengulas senyum kecil.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Thewie
eleehhh pertama2 sok nolak ..lama2 ketagihan
2024-09-13
1
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
hadeeeuuh ... pelarian koq ke club spt itu ...
kejadian ONS kah ?
2023-08-21
0
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
seharusnya Arlan juga lebih bijak ...
cari tau .. kenapa Aluna menjadi spt itu ...
padahal kalo kamu tau itu semua gara2 mama kamu sendiri yg mengancam Aluna ... gimana sikap kamu, Arlan ?
2023-08-21
0